7

556 49 1
                                    

"Nggak tega? Wijaya, kamu lupa? Carla itu masih punya keluarga, ada aku, ada Linda, ada Daniel yang bisa nemanin dia. Bahkan dia juga punya sahabat." Tegas tuan Hendra dengan mulai mengecilkan nada bicaranya.

"Tapi kak, kakak dan dan kak Linda juga kadang sibuk bisnis. Sedangkan Daniel beda kelas dengan Carla, Tisa pasti ada kegiatan lain. Yang mungkin sewaktu-waktu nggak bisa nemani Carla, kak." Jelas tuan Wijaya dengan nada selaras dengan tuan Hendra.

"Ok kalau itu pikiran kamu, tapi kenapa harus Henna? Bagaimana kalau Carla tau?" Cemas tuan Hendra, "Dan lihat, kamu sampai nyuruh bodyguard untuk jemput Carla. Lagipula Carla itu sama Daniel, bukan sama orang lain." Lanjutnya.

"Kak, aku cuma mau makan malam sama Carla dan keluarga baruku. Aku ingin Carla bisa menerima mereka. Dan kakak tau kan Henna itu sahabat aku." Tegas tuan Wijaya.

"Wijaya, Carla bukan lagi anak yang polos. Dia sudah besar, dia sudah bisa mengerti. Berikan dia waktu untuk menerima ini semua, jangan paksa dia untuk mengerti mau kamu." Tegas tuan Hendra.

"Kak ini keluarga aku, jadi aku mohon biarkan aku mengurus semuanya." Pinta tuan Wijaya.

"Ok. Tapi ingat baik-baik sampai terjadi sesuatu pada Carla, kamu akan tau akibatnya. Dan satu hal lagi, jangan paksa Carla untuk menerima keluarga barumu. Camkan itu." Ungkap Tuan Hendra dengan segera meninggalkan tuan Wijaya.

"Baik kak." Jawab tuan Wijaya sembari tertunduk.

Tuan Hendra baru saja keluar dari ruangan tadi, langsung disambut oleh Park Henna dengan sopan.

"Henna, anak-anak. Ini kak Hendra, kakak aku. Anak-anak kalian bisa panggil om Hendra." Ungkap tuan Wijaya memperkenalkan kakaknya itu.

"Wijaya sering menceritakan tentang anda dan istri anda. Senang bisa bertemu langsung." Henna langsung mengulurkan tangannya.

"Iya saya tahu kamu, Park Henna. Dan anak-anak kamu Aska dan Kevin, Wijaya juga menceritakan tentang kalian." Ungkap tuan Hendra menyambuti tangan Henna dan masih bersikap berwibawa.

"Terima kasih. Bagaimana kalau kita makan malam bersama?" Tawar Henna dengan sopan.

"Hm... Mungkin lain waktu saja, kebetulan istri saya mengatakan sudah menyiapkan makan malam. Dan Linda mau Daniel mengajak Carla dan Tisa untuk bergabung." Ungkap tuan Hendra menolak tawaran Henna sembari memandang tuan Wijaya.

"Kak..."

"Bolehkan Wijaya? Maklumlah Linda baru balik dari Canada setelah dua minggu sibuk untuk urusan bisnis, jadi dia rindu sama anak-anak." Ungkap tuan Hendra sembari menepuk bahu tuan Wijaya.

"Iya kak, boleh." Tuan Wijaya kini hanya bisa pasrah saja.

"Bibi, boleh panggilkan anak-anak? Mereka tadi bilang mau kekamar Carla." Pinta tuan Hendra pada ART yang kebetulan lewat.

"Baik tuan."

Tak lama kemudian Daniel, Carla dan Tisa pun turun dari lantai 2. Carla tampak menggandeng tangan Daniel dan Tisa dengan erat, seperti ketakutan dan menghindari tatapan tuan Wijaya.

"Kalau gitu kami pamit dulu. Permisi." Tuan Hendra segera membawa anak-anak itu pergi.

Tanpa di sadari Aska dan Kevin saling berlempar pandang, seakan tak suka dan perasaan cemburu jelas diwajah keduanya. Seakan keduanya sedang menyimpan sesuatu, dibalik tatapan mereka.

Didalam mobil Carla hanya bisa diam dalam pelukan Tisa, sedangkan Daniel sesekali mengintip Carla dari kursi depan. Dan sesekali memandang tuan Hendra yang sedang menyetir, dan suasana menjadi cukup hening. Perlahan Tisa mencolek Daniel dari bangku belakang, sambil memberi kode.

"Pa, kita antar Tisa dulu." Ungkap Daniel perlahan.

"Ok." Jawab tuan Hendra sekenanya.

"Terima kasih Om Hendra." Ungkap Tisa dengan sopan.

"Sama-sama Tisa." Jawab tuan Hendra dengan senyum simpul.
.
.
.
.
Bersambung...

Stepbrother || TREASURE✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang