Tisa hanya menarik nafas dengan malas, dan memperhatikan Carla yang berjalan mulai menjauhinya.
"Gue mimpi apa sih semalam? Sampai-sampai dua orang saudara sepupu ini, membuat gue nyaris gila?" Dumel Tisa dan lalu mengikuti Carla.
Pelajaran pertama dimulai, semua mengikuti dengan tenang. Dan kini guru yang mengajar memberikan soal latihan, semua tampak hening berfokus pada soal latihan.
"Ok, sekarang ibu mau salah satu dari kalian menjawab soal latihan didepan. Ayo siapa bisa?"
"Saya bu."
"Baik, ayo Siska maju." Dengan santai Siska pun maju untuk mencoba mengerjakan soal dipapan tulis.
"Dia harus dikasih paham nggak sih?" Bisik Tisa sambil memperhatikan sang guru.
"Maybe. Tapi nanti, ada waktunya." Balas Carla dengan senyum miring tapi kedua matanya tertuju kedepan.
"Hm, gue penasaran." Bisik Tisa.
"Tisa, Carla kalian lagi ngobrolin apa?" Tegur sang guru.
"Tisa cuma tanya rumus yang dipakai untuk soal nomor tiga bu." Dusta Carla dengan senyum.
"Kalau kamu tau jawabannya, silakan maju."
Siska yang masih berada didepan, langsung memberi senyuman remeh ke Carla. Melihat hal itu Tisa menjadi geram, namun dengan sigap Carla menahan sahabatnya itu dan berjalan maju.
"Ayo coba soal nomor tiga, karena kamu mengajari temanmu. Ibu yakin pasti kamu tau, kalau nggak bisa kerjakan kamu berdiri dibelakang sampai jam saya selesai."
"Baik bu."
Carla langsung mengambil spidol, dan langsung memulai mengerjakan soal latihan yang diberikan.
"Kalau nggak ngerti, nyerah aja." Bisik Siska seakan meremehkan Carla. "Selesai." Siska langsung berjalan meninggalkan Carla.
Dengan tipu muslihat tangan Carla, ia berhasil mengacaukan jawaban Siska tanpa ada yang melihatnya. Tidak, Aska menyadari hal itu namun memilih diam. Carla pun masih mengerjakan soal latihan, sang guru pun mulai memeriksa pekerjaan Siska.
"Jawaban kamu salah Siska." Ungkapan sang guru membuat Siska menghentikan langkahnya menuju meja.
"Loh salah dimananya bu?" Protes Siska.
"Ini kenapa hasilnya segini? Kamu berdiri dibelakang."
"Tapi bu. Saya tadi jawabnya,"
"Berapa?" Tanya sang guru menunggu jawaban, "Sudah berdiri dibelakang." Siska hanya bisa melakukan perintah sang guru.
"Selesai bu."
"Ok, jawaban Carla benar. Kamu duduk."
Carla pun berjalan santai menuju mejanya, namun saat akan duduk dengan santai Carla melempar senyuman miring kearah Siska. Melihat hal itu Siska tak terima, seakan ia sadar apa yang terjadi. Pelajaran pertama selesai, saat guru keluar kelas dengan segera Siska menghampiri Carla.
"Mau lo apa sih? Kok lo jail banget?" Protes Siska.
"Udahlah Siska, jadi orang itu jangan sok pintar. Jangan merasa paling bisa, buktinya ternyata lo bisa salah juga tuh." Ungkap Carla memainkan bahunya.
"Lo pasti punya ulahkan?!" Kesal Siska.
"Emang ada bukti?" Carla terus menggoda Siska, hingga membuat Tisa terkekeh geli.
"Gue yang lihat." Ungkap Aska secara tiba-tiba dari belakang Carla.
"Tuh, Aska yang mergoki lo." Siska langsung merasa menang, Carla pun segera membalikkan tubuhnya kebelakang.
"Lo lihat apa?" Tanya Carla dengan tenang.
"Lihat kalau Siska salah nulis angka." Ungkap Aska dengan wajah datar.
"What?" Kesal Siska.
"Udahlah, gue males ngomong sama lo." Ungkap Carla yang beranjak dari tempat duduknya.
Tertutup amarah yang besar, Siska segera menarik rambut Carla dengan kasar. Tanpa sengaja membuat plester leher Carla tertarik oleh Siska, membuat bekas hickey dileher Carla terpampang jelas.
"Wow. Ternyata lo murahan ya? Lo habis mesum sama Daniel? Wait, lo jual diri? Gila, murahan juga lo." Ungkap Siska memperlihatkan dengan jelas merah dileher Carla.
"Bukan urusan lo." Carla menepis tangan Siska dengan kasar.
"Dasar murahan." Umpat Siska dengan senyum miring.
"Jaga mulut lo." Kesal Tisa mendorong Siska.
.
.
.
.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Stepbrother || TREASURE✅
FanfictionNamanya Carla Aglisa, gadis remaja yang penuh misteri. Mau tau gimana ya, perasaan seorang gadis bernama Carla diumur ke 17 th nya dia mendapati seorang saudara baru yang seumuran dengannya? . . Apakah dia siap menerimanya atau tidak? Apakah dia bi...