Kevin terdiam, ia menatap tuan Hendra dan tuan Wijaya yang sedang berbicara berdua.
"Gue kira Jhon waktu itu telah meninggal, karena gue dan Aska mukulin dia separah itu." Ungkap Kevin tertunduk.
"Lo mukulin Jhon? Hm." Daniel hanya manggut-manggut mendengar fakta yang sebenarnya dia sudah tau.
"Lo nggak kaget?" Tanya Kevin menatap Daniel.
"No." Respon Daniel sekenanya. "Tapi gue mau tau kenapa lo berdua Aska mukulin dia?" Tanya Daniel menatap Kevin dengan dingin.
"Karena pacar gue dan Aska menyukai Jhon. Cuma itu." Ungkap Kevin tertunduk.
"Gila juga alasan lo berdua. Konyol tau nggak? Nih gue kasih fakta buat lo ya," Daniel mendekati Kevin perlahan, sembari mengamati sekitarnya. "Lo berdua salah mencari lawan. Asal lo tau aja, Jhon itu adik kandung dari Carla. Jadi lo tau kan lawan lo sebenarnya?" Ungkap Daniel tersenyum miring.
.
.
.
"Daniel? Daniel?"Seketika lamunan Daniel buyar begitu saja, saat tuan Hendra menguncang tubuhnya.
"Kamu kenapa Niel?" Tanya tuan Hendra.
"I'm ok pa." Ungkap Daniel.
Tuan Hendra langsung melangkahkan kakinya menghampiri tuan Wijaya, yang begitu terpukul. Kevin hanya menatap kosong kearah jendela luar, airmatanya benar-benar tak terbendung memikirkan dua orang yang berharga baginya.
Daniel perlahan duduk disamping Kevin, tak ada kata yang keluar dari Daniel. Perlahan Daniel memberikan sebungkus roti dan air mineral, kedalam genggaman Kevin. Perlahan Kevin merespon sikap Daniel, dan menatap Daniel dengan sayu.
"Gue turut berbelasungkawa." Ungkap Daniel tanpa menatap Kevin.
"Kenapa?" Tanya Kevin perlahan dengan suara seraknya.
"Lo pikir aja sendiri, asal lo tau ya. Sebenci-bencinya gue ke orang, gue juga punya hati nurani bro. Dan ini bukan saat yang tepat buat kita membahas hal itu." Ungkap Daniel membalas tatapan Kevin.
Kevin tertunduk sambil mengigit bibir bawahnya, berusaha untuk menahan airmatanya. Dan dengan tiba-tiba Kevin berlutut didepan Daniel, tanpa sepengetahuan tuan Hendra dan tuan Wijaya.
"Niel, gue ketemu sama kakek lo disini. Dan gue lihat dia berada disekitar ruang perawatan Aska. Please, gue mohon buat bilang ke kakek lo, untuk balikin Aska. Gue nggak peduli kondisi hidup atau mati Aska, tapi gue mau tubuh Aska kembali ke gue." Tanggis Kevin.
"Lo apa-apaan sih, berdiri." Daniel segera menarik Kevin untuk duduk disampingnya.
"Niel gue sudah nggak punya siapa-siapa." Tanggis Kevin sesegukan.
"Sorry gue nggak tau soal itu, gue nggak pernah ikut campur dengan urusan orang dewasa." Ungkap Daniel mengalihkan pandangannya.
Tak lama seorang tenaga medis keluar dari sebuah ruangan, dengan mengenakan gown medis. Dan sekilas berbicara dengan tuan Wijaya, lalu mempersilakan tuan Wijaya untuk masuk. Melihat hal itu, Kevin segera mengikuti tuan Wijaya.
Sesampai didalam, Kevin dan tuan Wijaya terpaku terdiam melihat tubuh nyonya Henna terbaring pucat.
"Mama, maafin Kevin ma. Harusnya Kevin nggak ninggalin mama." Tanggis Kevin memeluk tubuh nyonya Henna yang kini mulai dingin.
"Maafin aku Henna." Tanggis tuan Wijaya ikut memeluk tubuh nyonya Henna.
Tuan Hendra dan Daniel hanya diam saja melihat pemandangan duka itu, keduanya berusaha memberi ruang buat mereka berkabung dengan mengajak Daniel keluar dari ruangan itu.
"Pa, Kevin." Daniel tampak ragu mengatakan sesuatu.
"Jasad Aska sudah dimakamkan." Ungkap tuan Hendra membuat Daniel tampak binggung.
"Bagaimana papa tau?" Tanya Daniel.
"Kakekmu menyerahkan jasad Aska ke papa, untuk dikirim ke Seoul. Cuman papa pikir, om Wijaya bakal jagain dan ngurus semua kebutuhan Kevin disini. Jadi papa makamkan Aska di Indonesia, setelah berdebat panjang dengan kakekmu." Ungkap tuan Hendra sambil mengawasi sekitar.
"Om Wijaya tau pa?" Tanya Daniel sambil menatap tuan Wijaya dan Kevin dari luar.
.
.
.
.
Bersambung..
KAMU SEDANG MEMBACA
Stepbrother || TREASURE✅
FanfictionNamanya Carla Aglisa, gadis remaja yang penuh misteri. Mau tau gimana ya, perasaan seorang gadis bernama Carla diumur ke 17 th nya dia mendapati seorang saudara baru yang seumuran dengannya? . . Apakah dia siap menerimanya atau tidak? Apakah dia bi...