16

417 41 0
                                    

Carla baru saja selesai mendapatkan tindakan perawatan di IGD, dokter dan perawat yang merawat luka Carla langsung pergi setelah selesai. Daniel yang sedari tadi ada di samping Carla, terus menggenggam tangan sepupunya itu. Tuan Wijaya memperhatikan kedekatan keduanya, merasakan hangat dan yakin bahwa Daniel menjaga Carla dengan baik.

"Masih sakit nggak?" Tanya Daniel yang memperhatikan pipi Carla yang diperban.

"Sedikit." Ungkap Carla dengan nada sedih.

"Udah jangan sedih, nanti kalau lukanya udah kering gue bakalan nemani lo perawatan deh." Hibur Carla.

"Permisi tuan, ini pelaku penyerangan nona Carla." Ungkap Jina yang baru saja datang membawa Jesi disusul oleh seorang guru.

Melihat Jesi yang ketakutan, membuat Carla langsung bersembunyi dibelakang Daniel. Jesi menatap Carla dengan binggung. Tak lama kemudian orangtua Jesi pun datang, dengan rasa bingung.

"Bagaimana anda mempertanggung jawabkan ini semua. Bahwa anak anda menyerang putri saya dengan brutal?" Tanya tuan Wijaya dengan tetap berwibawa, dan berusaha meredam emosinya.

"Carla, lo bilang ke mereka kalau lo jebak gue." Ungkap Jesi yang tiba-tiba mencengkram kedua tangan Carla.

"Apa-apaan sih lo!" Daniel pun segera melepaskan genggaman Jesi dan mendorong Jesi.

"Niel. Dia nyerang gue. Gue nggak ada jebak dia sama sekali," ungkap Carla dengan airmata mulai mengalir.

"Jesi." Ibunya segera menariknya dan semakin binggung.

"Tuan Wijaya, saya mohon jangan hukum putri saya. Ini semua karena saya begitu memanjakan putri saya," ungkap Ayah Jesi.

"Pa. Jesi nggak salah, percaya sama Jesi pa." Tanggis Jesi terus memohon.

"Jesi cukup." Bentak ibunya yang mulai habis kata-kata.

"Permisi, sebaiknya masalah keluarga bisa diselesaikan diluar. Karena akan mengganggu pasien lain." Sela sang perawat.

"Daniel kamu jaga Carla." Ungkap tuan Wijaya lalu berjalan keluar dari sana.

Hingga yang lainnya pun ikut keluar, tersisa Carla dan Daniel disana sendirian.

"Udah nggak usah nanggis, gue tau. Kebiasaan lo buat mainan ektrim kaya gini, parah." Ungkap Daniel secara tiba-tiba.

"Pfft... Gimana serukan, gue yakin Tisa sangat menikmati ini." Ungkap Carla tersenyum senang.

"Huft.. Gini nih, punya sepupu rada-rada." Ungkap Daniel lalu mengeluarkan ponsel Carla dari sakunya. "Nih,"

"Wihh sempet juga Tisa ngasih ini ke lo." Ungkap Carla tertawa geli lalu melakukan panggilan.

"Halo, La? Lo aman?" Tanya seseorang diseberang telpon.

"Aman Sa. Gimana lo senang nggak? Gue bela-belain nih buat hiburan untuk lo." Ungkap Carla sembari meminta Daniel untuk mengawasi sekitar.

"Sumpah lo nekat sih, tapi gue salut sama lo. By the way, lo mau gue samperin nggak?" Tanya Tisa.

"Pfftt.. bilang aja lo mau bolos. Tapi boleh deh, bawain makanan ya gue laper." Ungkap Carla dengan santai.

"Hm, gue tau ujungnya. Ok deh, entar gue bawain makanan. Bye."

Sambungan telpon pun terputus, Carla pun masih sesekali tertawa kecil karena kejadian saat itu. Namun senyumnya seketika padam perlahan, setelah membuka notif pesan.

"Niel, ayo." Ajak Carla tiba-tiba.

"Hah? Ayo? Kemana? Ntar bokap lo nyari." Daniel yang masih binggung dengan pernyataan Carla.

Tak ada kata keluar dari mulut Carla, ia hanya memperlihatkan sesuatu diponselnya kepada Daniel.

"Ya udah, ayo." Ungkap Daniel langsung meng-iya kan ajakan Carla dengan memberi kode, lalu meninggalkan Carla.

"Loh, kamu mau kemana?" Tanya seorang perawat saat melihat Carla berjalan sendiri.

"Saya cuma mau ke toilet suster." Dusta Carla.

"Mau saya temani?" Tawar sang perawat.

"Nggak apa suster, saya bisa sendiri." Carla meyakinkan sang perawat.

"Ya udah hati-hati ya." Ungkap sang perawat.

.
.
.
.
.
Bersambung....

Stepbrother || TREASURE✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang