60

211 21 0
                                    

"Jangan bilang kamu." Tampak dokter Yohan terdiam saat berusaha menerka pikiran Carla.

"Yups, aku mau keduanya saling menyakiti. Sama seperti ibu mereka, yang melakukan hal kejam ke mama." Ungkap Carla membelai bayi kecilnya.

"Carla, bagaimana dengan bayi ini? Dan rencana kamu?" Tanya dokter Yohan

"Kakek dan om Hendra juga tau rencana ini, dan yang ku ceritakan baru pengantarnya. Kak Yohan cukup membantu kakek dan om Hendra, dan membantuku melindungi bayi ini. Bayi ini akan tetap aku jaga, aku nggak peduli mau Aska hidup atau mati." Ungkap Carla dengan penuh tekad.

"Lalu, untuk apa kamu bilang mau Aska?" Tanya dokter Yohan.

Carla tak menjawab, dia hanya tersenyum penuh teka-teki. Dokter Yohan hanya bisa berusaha membaca jalan pikiran Carla. Lalu dengan tiba-tiba Carla menarik kerah jas dokter, milik dokter Yohan mendekatinya.

"Kak Yohan tau kan apa yang akan terjadi sama kakak, kalau kakek tau apa yang sebenarnya terjadi?" Bisik Carla perlahan.

"Carla." Dokter Yohan menatap mata Carla dengan dalam.

"Cukup ikuti permainan yang ada, karena aku benci keluarga aku. Bagaimana mereka ngebuang aku, bagaimana mereka menyembunyikan semuanya?" Ungkap Carla dengan nada pelan.

Dokter Yohan hanya terdiam mendengar ucapan Carla, dan perlahan Carla melepaskan genggaman dikerah jasnya.

"Jangan sampai buat aku kecewa, karena aku percaya sama kakak. Kak Yohan tau kan? Aku benci orang yang nusuk aku dari belakang. Aku sedang tidak ingin mengancam, hanya sekedar mengingatkan aja." Ungkap Carla tersenyum.

"Iya kakak paham." Ungkap dokter Yohan menganggukan kepalanya.

"Apa? Aku nggak dengar." Ungkap Carla memberi tatapan manja.

"Iya sayang, aku paham." Ungkap dokter Yohan membelai rambut Carla perlahan.

Mendengar ungkapan itu Carla hanya tersenyum, lalu menatap bayi kecilnya.

Nyonya Henna masih terus menanggis sendirian memikirkan anaknya Aska, hatinya begitu sesak mengingat tentang anaknya. Kevin perlahan mendekati ibunya, lalu menutup tirai yang ada disana membuat ruang untuk berdua.

"Ma, maafin Kevin." Ungkap Kevin perlahan dengan airmata yang mulai mengalir.

"Sayang." Nyonya Henna ingin memeluk Kevin, namun terjadi penolakan.

"Ma, aku mau mama jujur. Sebenarnya, papa kandung aku dan Aska siapa ma?" Pertanyaan Kevin seketika membuat nyonya Henna tersentak.

"Apa maksud kamu sayang?" Tanya nyonya Henna yang binggung.

"Ma, Kevin bukan anak kecil lagi. Kevin sudah tau semua masa lalu mama. Dari mama sebagai wanita penghibur, sampai." Ungkapan Kevin terhenti, dan berusaha melawan isak tanggisnya. "Sampai mama, ngebunuh tante Stella mama kandung Carla." Ungkap Kevin yang berusaha menahan isak tanggisnya.

"APA YANG KAMU KATAKAN KEVIN!" Bentak nyonya Henna, membuat tuan Wijaya segera membuka tirai.

"Ada apa ini?!" Tanya tuan Wijaya yang langsung memeluk nyonya Henna yang menanggis. "Kevin?"

"Cukup ma. Aku nggak bisa menanggung sakit ini sendiri ma, aku takut semua terlalu jauh. Maafkan saya tuan Wijaya." Ungkap Kevin memberikan amplop coklat kepada tuan Wijaya lalu pergi.

Tuan Wijaya tampak binggung dengan semua perkataan dan sikap Kevin, tanpa kata tuan Wijaya segera membuka isi amplop itu. Seketika kaki tuan Wijaya melemah membuatnya terduduk dikursi yang ada didekatnya, nyonya Henna ikut binggung karena tidak tau apa yang dilihat suaminya. Tuan Wijaya segera mengecek isi kertas putih yang terlipat, tampak jelas isinya hasil DNA tuan Wijaya dengan Kevin yang menjelaskan mereka tak ada ikatan darah.

"Ada apa sayang? Jangan buat aku khawatir." Desak nyonya Henna dengan airmata yang tak kunjung berhenti.

"Kamu bisa jelaskan maksud dari ini semua?" Tanya tuan Wijaya memperlihatkan isi amplop itu.

Melihat semua isi amplop tadi, membuat nyonya Henna tampak binggung untuk menjelaskan semuanya.

"Kamu harus percaya sama aku Wijaya." Ungkap nyonya Henna.

.
.
.
.
Bersambung..

Stepbrother || TREASURE✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang