47

217 24 1
                                    

Airmata Carla terus mengalir deras begitu saja, dengan takut Carla perlahan menganggukan kepalanya. Melihat kenyataan pahit itu, dengan keras tuan Hendra segera menampar Aska sangat keras hingga sudut bibirnya terluka.

"BRENGS*K! Bisa-bisanya kamu lakukan ini ke Carla!" Kesal tuan Hendra.

"Aska bilang ke papa sekarang ini semua nggak benar!" Tuan Wijaya mencengram bahu Aska dan tampak belum percaya.

"Sayang, mama tau kamu mau melindungi Carla. Sama seperti yang dibilang Kevin, tapi caranya."

"Gue hamil, ini semua karena lo."

"Sejak kapan? Kenapa lo baru kasih tau gue?"

"Kenapa? Lo mau gue, buat gugurin kandungan gue? Iya?"

"Terus lo mau gue jujur ke papa sama mama?"

"Lo egois. Lo hancurin semua hidup gue, lalu lo mau pergi gitu aja? Mau lempar batu sembunyi tangan? Hebat banget lo."

"Ini belum saat yang tepat."

"Sampai kapan?"

Semua terdiam mendengar rekaman suara, yang ternyata diputar dari ponsel Carla. Tanpa ragu Kevin ingin merampas ponsel Carla, dengan sigap Aska lagi-lagi melindungi Carla. Nyonya Henna yang syok langsung jatuh pingsan, setelah mendengar rekaman itu.

Hampir 1 jam semua tampak terdiam berkumpul diruang keluarga, tuan Hendra dan nyonya Linda pun ada bersama mereka. Nyonya Henna tak henti-hentinya menanggis dalam pelukan Kevin, nyonya Linda juga tampak lesu dalam pelukan suaminya.

"Apa yang kalian lakukan selama ini?" Tanya tuan Wijaya berusaha menenangkan dirinya. "JAWAB!" Bentaknya tiba-tiba.

"Semua terjadi, k-karena kesalah p-pahaman pa." Ungkap Aska.

"Salah paham? Salah paham seperti apa itu?" Tanya tuan Hendra dengan nada menekan.

"Sebelum bayi itu lahir, kita harus gugurin sekarang." Ungkap tuan Wijaya dengan ide gilanya.

"ENGGAK PA! ENGGAK! INI ANAK AKU, AKU SUSAH PAYAH MERAWAT DIA. INI DARAH DAGING AKU!" Kesal Carla yang mulai meledak.

"Papa nggak mau kamu susah." Ungkap tuan Wijaya.

"Wijaya, kandungan Carla sudah di tri semester akhir. Ini semua nggak mungkin," ungkap nyonya Linda sambil memperlihatkan catatan kehamilan Carla.

"Tapi kak, Carla sebentar lagi ujian kelulusan. Bagaimana dengan sekolah dia, aku nggak mau lihat anak aku hancur." Ungkap tuan Wijaya.

"Wijaya, kita cukup cari jalan keluar lainnya." Ungkap tuan Hendra.

"Papa bilang, papa nggak mau lihat aku hancur. Tapi papa sudah sering buat aku hancur pa! Papa mau lihat aku bahagia, tapi papa nggak bisa korbanin milik papa! Lagi pula apa susahnya Aska nikahin aku dan tanggung jawab? Toh kami ini cuma saudara tiri, dan kita bisa rahasiakan ini." Ungkap Carla dengan airmata terus mengalir.

"Carla kamu jangan konyol! Pokoknya kamu harus nurut sama papa. Kita gugurin kandungan kamu." Ungkap tuan Wijaya dengan kekeh.

PLAAKK

Tamparan keras kembali terdengar, kali ini dengan amarah yang sudah memuncak tuan Hendra menampar tuan Wijaya. Dengan tatapan emosi yang meledak, tuan Hendra segera menarik kerah baju tuan Wijaya.

"Gila kamu! Itu anak mu! Carla itu putrimu, sadar Wijaya! SADAR!" Tuan Hendra menatap tuan Wijaya yang kini mulai menanggis dengan tatapan tajam.

"Aku gagal mendidik mereka kak." Tanggis tuan Wijaya hingga berlutut didepan tuan Hendra.

"Sekarang pilihan ada ditangan kamu, melepaskan mereka," tuan Hendra memberi kode kearah nyonya Henna dan anak kembarnya, "atau melepaskan Carla?" Ungkap tuan Hendra.

"Kak, aku nggak akan pilih keduanya." Tanggis tuan Wijaya.

"Wijaya, kamu nggak bisa egois. Saat ini, Aska dan Carla telah berbuat kesalahan besar." Ungkap nyonya Linda.

"Bagaimana jika kami merawat Carla hingga lahiran, setelah itu bayi itu bisa kita berikan kepada seseorang yang bisa merawatnya. Dengan begitu kita bisa melupakan masalah ini." Ungkap nyonya Henna.
.
.
.
.
.
Bersambung...

Stepbrother || TREASURE✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang