28

307 31 0
                                    

Tuan Wijaya seakan menguatkan dirinya untuk menghadapi putrinya itu, dan mulai mengangkat tangannya keatas meja makan.

"Jika kamu mau papa untuk melepaskan keluarga baru papa, maaf Carla papa nggak bisa. Karena semuanya ini untuk kamu," Ungkap tuan Wijaya dengan penuh wibawa.

"Aku nggak akan minta papa untuk ninggalin mereka, aku cuma minta jangan pernah menganggu kesenangan yang aku buat atau bahkan menyentuhnya. Bukan untuk papa aja, tapi buat keluarga baru papa juga. Gimana? Mudahkan?" Ungkap Carla melempar senyum miring sembari mengangkat sebelah alis matanya.

"Kamu yakin dengan apa yang kamu minta sayang?" Tanya tuan Wijaya.

"Kenapa? Papa mau aku minta yang lebih lagi? Emang papa sanggup? Paling papa akan mencari 1001 cara untuk menolaknya? Coba aja kabulin satu permintaan dulu, kalau papa sanggup ditambah deh. Kaya aku nurutin mau papa, adilkan?" Ungkap Carla langsung berdiri dari meja makan.

"Makanan lo belum disentuh sama sekali." Tegur Aska dengan nada dingin.

"Bukan urusan lo." Ungkap Carla sembari menendang kaki kursi Aska.

"CARLA!" Tegur tuan Wijaya yang melihat hal itu.

"Kenapa pa? Papa mau marah? Hah?! Anak kandung papa itu siapa sih? Aku atau dia." Tanya Carla menendang kaki kursi Aska lalu pergi begitu saja.

"CARLA. CUKUP." Tuan Wijaya tampak ingin mengejar Carla, namun dengan sigap ditahan nyonya Henna.

"Pa, cukup. Aku nggak apa, mungkin emang Carla butuh waktu buat terima kita." Hibur Aska.

"Ya udah kita lanjut makannya dulu," Bujuk nyonya Henna. "Kevin? Are you okay?" Tanya nyonya Henna yang menyadari Kevin sedang melamun.

"Hm. Iya ma." Kevin pun kembali sadar dalam lamunannya.

Namun bagi Aska, Kevin seperti memikirkan sesuatu. Hal itu membuat Aska mengingat adengan ciuman yang dia lihat didapur antara Kevin dan Carla.

Kini jam sudah menunjukan pukul 10 malam, Aska baru saja selesai dari kamar mandi dan langsung berjalan mendekati pintu arah balkon kamarnya untuk menutup gorden pintu itu. Namun sekilas ia melihat tampak asap putih melewati kamarnya, secara ketidak sengajaan kamar Aska bersebelahan dengan balkon kamar Carla.

Perlahan Aska membuka pintu, dan menuju balkon untuk melihat asal dari asap putih itu. Aska tampak masih belum yakin dengan apa yang ia lihat. Carla sedang asik santai dibalkon kamarnya, sembari menggunakan rokok elektrik (Vape) dengan memejamkan matanya.

"Bagaimana kalau papa tau, lo makai vape?" Tanya Aska membuat Carla membuka matanya.

"Kenapa? Mau ngelarang gue? Coba aja kesini, ambil ini dari gue." Ungkap Carla sembari mengayunkan vapenya.

Tanpa kata Aska segera masuk kekamarnya, membuat Carla tersenyum miring.

"Satu, dua, tiga." Tampak jelas kamar Carla diketok, "Nice." Ungkap Carla langsung berjalan masuk untuk membuka pintu kamarnya.

Dengan santai Carla membuka pintu kamarnya, Aska dengan tatapan dinginnya segera masuk dan menutup pintu. Bersamaan dengan Aska masuk kekamar Carla, bersamaan Kevin juga melihat Aska masuk kekamar Carla. Carla tak begitu canggung, melihat Aska yang kini dihadapannya.

"Kenapa? Mau ambil ini? Coba aja, kalau bisa." Pancing Carla sembari berbisik.

Tanpa kata yang keluar, Aska berusaha mengambil vape dari tangan Carla.

"Ayo, tangkap kalau bisa." Pancing Carla sembari tertawa kecil.

Mendengar tawa Carla dari luar, membuat Kevin diam sejenak didepan pintu kamar Carla. Didalam kamar, Aska masih berusaha untuk mengambil vape dari Carla. Aska terus berusaha, tiba-tiba ia tak sengaja menarik baju tidur Carla hingga kancing baju Carla terlepas. Kini tampak Carla tampil didepan Aska dengan dalaman tangtop putih.
.
.
.

.
Bersambung...

Stepbrother || TREASURE✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang