Carla terus menatap wajah bayi kecil, yang tertidur didadanya. Sesekali senyumnya mekar melihat wajah munggil bayinya.
"Kak." Sapa Jhon yang masuk bersama dokter Yohan.
Carla hanya melempar senyum kearah keduanya, dokter Yohan langsung duduk disamping Carla.
"Bagaimana?" Tanya dokter Yohan.
"Yang harus nanya gitu, aku kak. Bagaimana?" Tanya Carla.
"Jhon kamu tunggu diluar ya." Pinta dokter Yohan dengan lembut.
"Iya kak. Kak Carla ini buah-buahnya, buburnya jangan lupa dimakan." Ungkap Jhon lalu pergi meninggalkan mereka.
"Mau kakak kupasin buahnya?" Tanya dokter Yohan, dengan sigap Carla menganggukan kepalanya. "Bayi lo mau ditaruh dulu?" Tanya dokter Yohan.
"Nggak, aku mau sama dia aja kak." Ungkap Carla yang terus membelai bayinya.
"Kenapa, lo mau Aska hancur?" Tanya dokter Yohan sambil mengupas buah.
"Kakak ingat nggak, cowok yang pernah aku ceritain 2 tahun yang lalu?" Tanya Carla.
"Cowok? Yang ngirimin kamu email misteri itu?" Tanya dokter Yohan.
"Hm."
Dokter Yohan langsung berhenti mengupas buah ditangannya, matanya segera menuju pintu. Dan segera mengawasi seluruh isi ruangan itu, dan mengunci pintu perawatan.
"Kamu mau bilang itu Aska?" Tanya dokter Yohan dengan nada berbisik.
"Hari itu..."
.
.
.
Memori..Carla baru saja terbangun dari tidurnya, dengan segera Carla berjalan menuju meja belajarnya. Tanpa pikir panjang, ia segera membuka laptopnya. Tak lama setelah mengucak-acik laptopnya, tampak sebuah pesan email masuk. Seakan tau dan terbiasa akan notif itu, Carla dengan santai membuka pesan tersebut.
Kini terpampang jelas foto Carla sedang dijalan pulang sekolah, dan tampak jelas foto itu diambil dari jarak jauh.
"Ku harap aku bisa membelai rambutmu, dan menatap binar matamu dengan dekat."
Isi pesan singkat itu, membuat Carla terdiam mengamati foto dirinya. Hingga akhirnya ia hanya bisa diam, dan meninggalkan laptopnya begitu saja. Carla segera bersiap untuk berangkat sekolah, saat ia melewati kamar Aska tampak ada yang berbeda. Kamar Aska tampak terbuka tak seperti biasanya, dan dari arah luar Carla melihat jelas laptop Aska masih menyala.
Tanpa sungkan dan mengamati sekitar, Carla segera masuk kedalam kamar Aska dan menutup pintu perlahan. Carla tampak tersentak kaget, saat melihat dibalik pintu kamar Aska. Tampak sejumlah foto dirinya tertempel disana, mata Carla segera tertuju pada foto yang sama pada kiriman email pagi ini. Tanpa basa-basi Carla segera mendekati meja belajar Aska, ada toolbar Email masih terbuka.
Carla segera meng-Klik toolbar Email itu, tampak jelas tertera nama pemilik akun yang sama dengan pengirim Email pagi ini. Mengetahui hal itu Carla berusaha untuk tenang, lalu berjalan keluar kamar Aska tanpa siapa pun yang tau.
.
.
Back.."Jadi saat itu aku berusaha untuk cari tau, kenapa Aska ngelakuin itu semua." Ungkap Carla sembari mengambil sepotong buah dari dokter Yohan.
"Apa yang kamu dapatkan?" Tanya dokter Yohan.
"Yang pasti, dia terlanjur jatuh cinta sama aku awal pertemuan kami saat liburanku ke Jepang bareng kakek." Jelas Carla singkat.
"Gimana kamu bisa seyakin itu?" Tanya dokter Yohan lagi.
"Kak Yohan, aku sudah baca semua isi buku catatan Aska tentang aku. Dia tuliskan sudah lebih dari sekali bertemu tidak sengaja dengan ku, hingga akhirnya dia meminta seseorang mengikutiku dan mencaritahu semua tentangku. Sampai akhirnya dia tau siapa aku, yang jelas-jelas adalah putri dari tuan Wijaya yang dia anggap papa kandung dia. Lucu nggak sih kak?" Ungkap Carla terkekeh geli.
"Lalu kenapa dia nggak berhenti?" Tanya dokter Yohan tampak binggung.
"Dari yang dia tulis, Aska sudah ditahap untuk melupakan perasaannya. Tapi saat ia tau saudara kembarnya, menyukai aku dia merasa tidak bisa melepaskan aku. Dan dia diam-diam menyimpan rencana gila, dengan menjadikan cita-cita senimannya menjadi alibi semuanya." Jelas Carla.
.
.
.
.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Stepbrother || TREASURE✅
FanfictionNamanya Carla Aglisa, gadis remaja yang penuh misteri. Mau tau gimana ya, perasaan seorang gadis bernama Carla diumur ke 17 th nya dia mendapati seorang saudara baru yang seumuran dengannya? . . Apakah dia siap menerimanya atau tidak? Apakah dia bi...