54

220 21 0
                                    

Jhon tak mau tunggu lama lagi, ia kembali mengeluarkan sebuah kertas yang disembunyikan dibelakangnya.

"Disini tercatat jelas, bahwa DNA kak Aska dan papa Wijaya itu tidak cocok." Ungkap Jhon sembari menunjukan kertas itu.

"Lo pasti manipulasi data. Lo nipu kan?!" Kesal Aska meremukan kertas itu.

"Waktu lo masuk ke IGD kemarin malam, lo kekurangan darah. Om Wijaya yakin sekali kalau kalian dalam DNA yang sama, dia berniat untuk mendonorkan darahnya. Tapi sayang, darah kalian nggak sama." Ungkap Daniel dengan tatapan dinginnya.

"Yupss, daripada semuanya sia-sia dan ini adalah kesempatan baik. Kenapa nggak? Iya kan kak Aska?" Ungkap Jhon dengan raut wajah sumringahan.

"Dan lo menyelamatkan status Carla, yang sedang hamil." Ungkap Daniel lalu pergi keluar.

"Daniel! Kembali!" Teriak Aska.

"Ssstttt... Kak Aska cukup ya. Kalau kakak pernah buat aku hampir mati, bagaimana kalau kak Aska juga merasakan betapa mengerikannya berada diujung maut?" Ungkap Jhon lalu pergi begitu saja.

Aska terdiam sejenak, airmatanya mengalir perlahan. Seakan masih belum percaya dengan apa yang ia lihat.

"Permisi, saya ingin menyuntikan obat." Ungkap seorang suster yang tiba-tiba masuk.

"Baik sus." Ungkap Aska yang berusaha menutupi kegelisahannya didepan orang.

"Ok, selesai. Saya permisi," suster tersebut segera berjalan keluar.

Tak lama kemudian tiba-tiba Aska merasa tubuhnya tak beres, dadanya terasa begitu nyeri. Rasa sesak membuatnya sulit bernafas, dengan segera ia berusaha mengapai bel. Namun sayang seketika Aska mengalami kejang hebat, tanpa seorang pun disampingnya. Airmata Aska mengalir, seakan mengingat ucapan Jhon tadi.

Daniel dan Jhon tampak duduk dibangku taman diarea rumah sakit itu, keduanya terdiam. Jhon masih memegang amplop dan kertas tadi ditangannya, Daniel menyadari kegelisahan Jhon dengan segera ia merangkul adik sepupunya itu.

"Kalian baik-baik saja?" Tanya seseorang yang berdiri didepan mereka.

"Kakek." Ungkap Jhon segera memeluk tuan Hinata.

"Kakek, apa ini." Ungkap Daniel ragu.

"Ini belum apa-apa, ini hanya peringatan. Akibat perempuan itu terlalu gila pada anakku Wijaya, sampai membuat aku hampir kehilangan seorang mantuku dan seorang cucuku." Ungkap tuan Hinata dengan tegas.

"Tapi, tadi disana ada kak Jina dan kak Aldi." Ungkap Daniel mengkhawatirkan hal lain.

"Tenang, mereka adalah orang-orang kakek. Mereka kakek minta untuk mengawasi pergerakan Wijaya dan Park Henna, kalian tenang saja." Ungkap tuan Hinata dengan senyum simpul.

"Jadi selama ini mereka?" Daniel tampak tak percaya.

"Iya, mereka juga yang mengawasi Carla atas perintah kakek. Nggk cuma Carla, tapi kamu juga. Karena kakek dengar dari mereka bahwa kalian berdua selalu bersama." Ungkap tuan Hinata.

"Kakek. Gimana kak Carla?" Tanya Jhon yang teringat akan kakaknya.

"Carla sedang ada diruang bersalin, 15 menit yang lalu. Sebaiknya kita kesana," ungkap tuan Hinata, mereka pun segera pergi dari situ.

Tuan Wijaya, nyonya Henna dan Kevin tampak berjalan bersama. Ketiganya sempat menyapa para perawat yang sedang berjaga dibangsal yang terbilang VVIP. Dengan langkah ringan, Kevin membantu membukakan pintu buat papa dan mamanya.

"Aska sayang, mama datang bawain makanan kesukaan kamu." Ungkap nyonya Henna, namun tak ada respon dari Aska.

"Ma, Aska lagi tidur." Ungkap tuan Wijaya saat melihat Aska yang terbaring tanpa curiga.

"Aska, ini gue. Bangun dong, gue pengen minta maaf ke lo." Ungkap Kevin menguncang tubuh Aska perlahan, tapi tak ada respon juga.

Tanpa ragu, Kevin segera mengelitik Aska tapi tak ada respon satupun. Nyonya Henna segera mendekati Aska, kini tampak bagi nyonya Henna. Aska begitu pucat, dengan segera nyonya Henna memegang tangan Aska perlahan.

"ASKAAAAAA...!!!" Teriak nyonya Henna histeris, membuat Kevin segera berlari keluar.
.
.
.
.
.
Bersambung...

Stepbrother || TREASURE✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang