♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!
******
"Chandra, itu yang namanya Monas, ya?" Seorang pemuda dengan seragam sekolah menunjuk sebuah tugu yang barusan mereka lewatu.
"Mana ada Monas, itu patung Pancoran." Jawab teman yang memboncengnya.
"Kalau Monas yang mana? Aku sering denger di Jakarta itu ada Monas." Ucap pemuda itu lagi, Satria Bhumiantara namanya.
"Ya, ada, cuma gak di sini." Jawab pemuda berkulit tan itu, Chandra, Febrian Chandra Hendarta.
"Kata Mama, di Monas itu ada emasnya, itu berarti orang Jakarta kaya-kaya, ya? Tapi kok pas baca di google Jakarta ini tingkat kemiskinannya tinggi, ya, Chandra?" Satria kembali bertanya.
Chandra memejamkan matanya kesal.
"Sat, ini lo gak liat gue lagi goes sepeda? Nanya nya nanti aja kan bisa!" Chandra mengerang kesal.
Jadi ceritanya, mereka ini mau berangkat ke sekolah pake sepeda. Chandra yang goes, Satria dibonceng. Tapi masalahnya tuh anak daritadi nanya-nanya mulu! Gak tau apa nih Chandra hampir bengek kehabisan napas!
"Ih, jawab dulu... aku suka kepikiran kalau nanya tapi belum dikasih tau jawabannya." Satria bersikukuh ingin tahu.
"YA MANA GUE TAU KENAPA ANGKA KEMISKINAN DI SINI TINGGI! TANYA KEMENSOS SONO!" Chandra sampai menghentikan sepedanya karena emosi.
Satria yang dibentak seperti itu menghela napas kecewa, padahal Satria ingin tahu jawabannya.
"Chandra-"
"Nanya sekali lagi gue banting nih sepeda!" Ucap Chandra sudah kepalang emosi.
"Chandra marah-marah terus, gak seru." Satria memberengut kesal.
"Nonton lenong sono kalau mau seru! Ngeselin lo, udah untung gue boncengin." Chandra mendumal kesal, lalu kembali menggoes sepedanya.
"Chandra, ini sekolahnya masih jauh? Kalau masih, aku mau tidur, ngantuk, semalam habis jalan-jalan ke gedung pasar malam." Satria bercerita.
"Dimana emang ada pasar malem?"
"Di deket rumah aku. Pasar malemnya bagus loh, Chandra, di dalam gedung. Tapi gak ada permainannya, cuma ada makanan aja." Jelas Satria.
Dahi Chandra sempat berkerut mendengarnya, namun sesaat kemudian ia menyadari tempat yang dimaksud oleh Satria.
"Itu namanya supermarket, Toyib! Makannya kalau disuruh Yai ke kota tuh ikut, biar gak udik-udik amat." Chandra mendumal.
"Gak dibolehin Ustadz Husain, soalnya aku suka muntah kalau naik angkot." Jelas Satria jujur.
"Lagian kampungan banget, naik angkot muntah. Jangan-jangan pas pulang dari Pesantren ke sini mabok lagi lu!" Chandra menuduh Satria.
KAMU SEDANG MEMBACA
CULTURE SHOCK!!
FanfictionKisah 5 orang santri yang tiba-tiba masuk sekolah umum. Ikuti keseruan Chandra, Gentala, Nafis, Anggana, dan Satria dalam mengarungi masa muda mereka yang penuh godaan. Doain, ya, semoga mereka bisa tetap Istiqomah. **** Publish : 3 April, 2023 C...