♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!
******
Chandra kini sedang duduk di pinggir lapangan pacuan kuda bersama Gentala dan juga Nafis. Keduanya baru saja beristirahat setelah hampir satu jam menghabiskan waktu berpacu mengendari hewan berkaki empat itu.
"Udah tiga bulan gak berkuda kirain bakalan lupa, Alhamdulillah, nggak." Nafis membuka suara."Kita belajar berkuda sejak SD, yakali ditinggal tiga bulan doang lupa." Balas Chandra.
Walaupun terletak di pedalaman, pesantren tempat Chandra, Gentala, Nafis, Satria, dan Anggana belajar memiliki fasilitas yang lengkap, kendati jauh dari kata mewah. Setiap Santri dibekali paling tidak tiga kemampuan dasar dalam urusan fisik; berkuda, memanah, dan bela diri.
"Adik lo kayaknya seneng banget, tuh." Ujar Gentala.
Chandra tersenyum kecil. Sejak tadi, atensinya memang tertuju pada Restu yang sedang menaiki kuda dengan dituntun oleh Anggana. Di samping kanan-kirinya, ada Erlangga dan Satria yang mengiringi dengan kudanya masing-masing.
"Thanks, akhirnya gue bisa ngeliat Restu semangat ngelakuin sesuatu." Ucap Chandra pada Gentala.
"Santai." Gentala menepuk pundak Chandra pelan.
"Emang adik antum sehari-hari gimana, Chan? Sampai bahagia banget kayaknya antum pas dia seneng berkuda gitu." Nafis ikut bertanya.
"Hah, gue bingung gimana jelasinnya. Dia anaknya pemalas banget, gak tertarik sama apa-apa, kerjaannya sehari-hari cuma leha-leha, kayak gak ada motivasi hidup. Makannya gue berusaha buat dia tertarik ngelakuin sesuatu." Chandra menatap sang adik di tengah lapangan sana.
"Gue takutnya hidup dia jadi meaningless." Lanjut Chandra kemudian.
"Kalau takut hidup dia jadi meaningless kenapa gak disuruh belajar agama aja? Bukannya agama itu menjawab tiga pertanyaan dasar manusia, ya? Darimana kita berasal, untuk apa kita hidup di dunia, dan kemana kita akan pergi setelah mati nanti. Kalau tahu jawaban dari tiga pertanyaan itu, hidup kita pasti jadi meaningfull." Nafis berujar.
"Yaiya! Cuma 'kan gak mungkin gue datang ujug-ujug langsung ngomongin itu. Minimal gue harus bikin dia trust dulu lah." Tukas Chandra.
"Chandra bener, apalagi dia sama Restu kepisah hampir sembilan tahun. Gak etis kalah dateng-dateng langsung bahas yang bold, ya, gak?" Gentala merangkul bahu Chandra.
Chandra tersenyum kecil dan mengangguk pelan.
"Lagian, dakwah kan bukan seni mendoktrin orang lain, tapi hakikat dakwah yang sebenarnya adalah seni dalam membujuk hati." Jelas Gentala kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
CULTURE SHOCK!!
FanfictionKisah 5 orang santri yang tiba-tiba masuk sekolah umum. Ikuti keseruan Chandra, Gentala, Nafis, Anggana, dan Satria dalam mengarungi masa muda mereka yang penuh godaan. Doain, ya, semoga mereka bisa tetap Istiqomah. **** Publish : 3 April, 2023 C...