16- Cuman temen

573 101 24
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





*****

"Oohh... Jadi lo sama Dina temen kecil?" Nafis mengangguk-angguk paham.

"Tapi kapan temenannya? Perasaan lo masuk pesantren kelas lima SD." Gentala menimpali.

"Ya, sebelum kelas lima." Jawab Anggana.

"Tetanggaan, ya?" Tebak Chandra, dan Anggana mengangguk mengiyakan.

"Hm, makannya jangan nuduh yang aneh-aneh lagi." Pinta Anggana.

Anggana kesal karena terus mendapat teror dari teman-temannya sejak semalam. Mereka terus bertanya tentang Dina. Padahal Anggana memang tidak ada hubungan apa-apa dengan gadis itu, mereka hanya teman kecil, tidak lebih.

"Tapi mitosnya cowok sama cewek itu gak ada yang bisa temenan." Erlangga tiba-tiba menyahut.

"Huh? Maksudnya? Kita sama temen-temen satu kelas bisa temenan, kok, Erlangga." Ujar Satria.

"Bukan, maksudnya gak bisa sahabatan deket tanpa naruh rasa sama sekali, salah satunya pasti punya perasaan lebih." Jelas Erlangga.

Nafis mengangguk setuju.

"Bener juga, sih, jangankan yang temanan deket lama gitu, yang baru beberapa kali ketemu aja bisa langsung suka. Contohnya Chandra sama Ayumi."

"Dih, apaan nama gue dibawa-bawa?" Sewot Chandra saat Nafis tiba-tiba menyebut namanya.

"Gak usah ngeles, Chan, orang buta juga tau kalau antum suka sama Ayumi." Balas Nafis.

"Iya, Chandra kalau sama Ayumi perhatiannya beda." Satria turut membenarkan.

Chandra mendengus kesal, sementara Erlangga hanya tertawa. Erlangga refleks melirik Gentala yang juga tampak tidak suka jika teman-temannya membahas perihal kedekatan Chandra dengan Ayumi. Erlangga tahu Gentala juga menyimpan perasaan lebih pada gadis bermarga Harada itu.

"Mamang, ini kenapa Bus nya gak jalan-jalan?" Tanya Satria pada sopir bus sekolah mereka.

"Sebentar, Den, di sekitar sini ada dua siswa yang belum berangkat, tuh." Pak Supir menunjuk layar monitor yang ada di samping setir bus. Terdapat dua titik merah di sana yang menandakan masih ada dua siswa yang menunggu jemputan.

Jadi ceritanya, mulai hari ini mereka berenam—Gentala, Chandra, Anggana, Satria, Nafis, dan Erlangga—berangkat menggunakan bis sekolah.

Hal tersebut dikarenakan hari ini pihak sekolah mewajibkan semua siswanya untuk menaiki bis sekolah yang menggunakan tenaga listrik ini dalam rangka merayakan Hari Bebas Polusi Nasional.

CULTURE SHOCK!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang