03- Krim nyeri otot

1.2K 160 14
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


******

"Kok gak kerasa, ya, Sat?" Chandra bertanya saat tidak merasa sensasi apapun setelah mengoleskan krim nyeri otot yang diberikan Satria padanya.

"Chandra olesinnya kurang banyak, kali." Ujar Satria.

"Kurang banyak gimana! Udah segeplok gini! Masa harus sesendok tembok gue tempel di mari!" Chandra menepuk kakinya yang sudah dipenuhi oleh krim nyeri otot itu dengan kesal.

"Kadaluarsa kali." Ujar Nafis.

"Coba cek dulu." Gentala menimpali.

"Gak ngarti, ini krim bahasanya pake bahasa asing. Lo cek dah!" Chandra memberikan krim berwarna merah itu kepada Nafis.

"Lah, lo bukannya bisa bahasa China, Chan?" Gentala melirik tulisan di wadah krim itu sekilas.

"Bukan tulisan China itu, Korea atau Jepang lah, gue kagak ngarti." Jawab Chandra.

"Antum yang bisa empat bahasa gak paham, Chan, apalagi Ana yang bahasa Indonesia aja remedial. Coba Antum baca dah, Ga." Nafis berdecak dan memberikan krim itu kepada Anggana.

"Nggak bisa." Tolak Anggana cepat.

Jadi, ceritanya mereka sekarang ada di rumah Satria. Lagi nongkrong sambil nunggu adzan Maghrib. Rumah Satria dipilih karena lokasinya ada di tengah-tengah, gak jauh-jauh amat dari rumah Gentala, Chandra, Nafis, atau Anggana.

"Satria, krim nyeri ototnya ketemu atau nggak?"

Para remaja yang sedang duduk-duduk di ruang keluarga itu menoleh bersamaan saat suara lembut perempuan terdengar, itu Arum, Mamanya Satria.

"Ketemu Mama! Cuma kata Chandra gak kerasa apa-apa, kenapa ya? Apa krimnya kadaluarsa?" Satria menatap sang Mama penuh tanya.

"Hah? Enggak, ah, Mama baru beli kemarin. Coba sini, Fis, Tante liat." Arum meminta dan Nafis langsung memberikan krim di tangannya.

"Astaghfirullah, pantesan. Ini bukan krim nyeri otot, Sayang, ini BB cream punya Mama." Arum tertawa dan mengusak surai putranya gemas.

Bagai disambar petir di siang bolong, Chandra cepat-cepat melipat kakinya yang sudah diolesi krim itu. Ini apa pula dia pakai BB cream di kaki! Mana pakenya banyak, sampai habis setengah!

"D-duh, maaf Tante, Chandra gak tau. Itu krimnya udah Chandra pakai setengah." Chandra meringis tidak enak hati.

"Haha, gak papa, namanya juga gak tau. Sebentar, ya, Tante ambilin krim nyeri ototnya dulu." Arum tersenyum simpul dan meninggalkan ruangan tamu menuju kamarnya di lantai dua.

CULTURE SHOCK!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang