33- Sakit

706 86 8
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

******

"Muka lo pucet amat, Chan, sakit?" Gentala bertanya ketika melihat wajah Chandra tampak lebih pucat dari biasanya.

"Nggak, lemes dikit doang." Jawab Chandra mengelak sambil meneruskan memotong kardus untuk bahan mereka membuat seni kriya.

"Chandra kalau sakit istirahat aja, biar kita yang kerjain." Ujar Satria, turut merasa prihatin.

"Dibilangin gak papa, udah kerja! Kerja!" Balas Chandra, memilih fokus pada pekerjaannya.

Sejak beberapa hari lalu, Chandra memang tidak enak badan. Namun, hari ini lebih parah. Chandra bahkan berulang kali ke toilet karena mual dan sakit perut. Padahal, sebelumnya ia hanya merasa sedikit pusing saja karena kurang tidur.

"Ana aja yang motong kardusnya, nanti Antum bukannya potong kardus malah potong tangan, nge-lem aja sana sama Anggana." Ujar Nafis sambil merebut gunting di tangan Chandra.

Chandra menghela berat, ia pun membuatkan Nafis mengambil alih pekerjaannya. Setelah itu, Chandra mendekat pada Anggana.

"Sakit?" Tanya Anggana begitu Chandra duduk di sampingnya.

"Kagak, sehat walafiat." Jawab Chandra sedikit sarkas.

Anggana tertawa kecil.

Tidak banyak konversasi yang terjadi setelah itu, mereka fokus pada tugas masing-masing. Hampir tiga jam mereka berkutat dengan bahan-bahan seni kriya itu, hingga pukul sepuluh malam sebuah miniatur kapal pesiar selesai mereka buat.

Kamar Satria yang semula rapih kini berserakan. Potongan kardus dan bekas lem ada di mana-mana. Tanpa saling menyuruh, Gentala, Chandra, Nafis, Anggana, Erlangga, dan Satria bergotongroyong membereskan ruangan itu, membuatnya bersih seperti sedia kala.

"Ya Allah, ngerjain kapal segede uprit ajak encok pinggang Ana, gimana Pasukannya Muhammad al-Fatih yang narik puluhan kapal melewati bukit Galata." Ujar Nafis sambil meregangkan badannya.

"Halah! Gini doang ngeluh lo pada! Belum jadi mujahid malhamah al-qubra!" Sungut Chandra.

Satria tertawa mendengar percakapan kedua temannya, sementara Anggana geleng-geleng kepala. Di sisi lain, Erlangga mengerjap pelan karena tidak paham apa yang mereka bicarakan.

"Narik kapal ngelewatin bukit? Maksudnya gimana?" Tanya Erlangga yang merasa kebingungan dengan perkataan Nafis sebelumnya.

"Napoleon Bonaparte pernah bilang, Alexander The Great hebat karena bisa mengarungi lautan dengan kapal-kapalnya, tapi Muhammad al-Fatih gila. Kenapa? Karena dia menjadikan bukit-bukit di Galata sebagai pengganti ombak untuk kapal-kapalnya berlayar." Jelas Gentala.

CULTURE SHOCK!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang