48- Cuma sekedar siklus

493 72 3
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


******

Chandra duduk di sofa tunggu sebuah klinik psikiatrik. Sesekali, ia melirik pintu ruangan tempat adiknya berkonsultasi. Sudah lebih dari tiga puluh menit, Riani masih belum keluar. Hal itu membuat Chandra merasa sedikit khawatir.

Sadar bahwa di sampingnya hening, Chandra pun menoleh dan mendapati Restu yang tampak fokus pada buku yang tengah dibacanya.

"Lo mau konsultasi juga, gak?" Chandra bertanya.

"Gak perlu." Jawab Restu tanpa mengalihkan pandangan dari buku miliknya.

Chandra mengangguk pelan.

"Kak, lo kok bawa Riani ke psikiater, sih?" Restu tiba-tiba bertanya.

"Ya, karena Riani butuh itu. Kenapa emang?" Chandra balik bertanya.

"Usia lo tujuh belas aja belum, tapi pikiran lo sedewasa ini. Emang pas di pesantren diajarin apa aja? Cuma shalat sama ngaji, kan, palingan." Ujar Restu pada sang kakak.

Chandra menuntut ilmu di pesantren sejak usia enam tahun. Restu pernah sekali ke sana dan tempatnya memang terpencil, sangat sederhana. Sepertinya, untuk listrik pun susah. Sangat tidak menunjang untuk seseorang berkompetisi di dunia yang modern ini, pikir Restu saat itu.

Namun, lihat lah apa yang terjadi sekarang.

Seseorang yang dulu Restu anggap akan tumbuh menjadi kampungan, kagok dalam segala hal, dan tidak tahu apa-apa kini menjelma menjadi sosok paling mengagumkan yang pernah Restu temui. Sosok yang dinamis dan mampu menghadapi masalah dengan sedemikian tenang dan bijaknya.

"Seharusnya, lo yang ngalamin shock sama semua yang ada di sini, tapi nyatanya malah gue yang shock sama semua yang ada di diri lo. Lo manusia apa bukan, sih?" Restu menatap sang kakak tak habis pikir.

Alih-alih tersinggung karena underestimate sang adik atas dirinya, Chandra malah tertawa.

"Di pesantren, gue emang teori-teori, hasil penelitian terbaru, atau teknologi paling mutakhir. Tapi, yang gue pelajari di sana itu soal kepribadian, mental, dan prinsip hidup yang buat kita bisa tuff dalam ngehadapin masalah apapun jenisnya."

"Kalau lo gak ngerti teknologi, lo bisa belajar. Lo gak hafal teori, lo bisa baca. Lo gak tahu sesuatu, lo bisa cari. Tapi, kalau lo gak punya kepribadian dan prinsip hidup lo pasti hancur." Jelas Chandra.

"Tapi prinsip setiap orang itu beda! Gimana kalau prinsipnya nyakitin orang? Atau prinsip hidupnya dangkal, kayak si Radja? Hidupnya hancur-hancur juga." Balas Restu kemudian.

"Itu lah makannya manusia gak bisa hidup cuma ngandelin pengetahuan dia tentang hari ini. Hidup terlalu singkat buat coba-coba. Kalau lo mati dalam keadaan nyobain hal yang salah, konyol itu namanya."

CULTURE SHOCK!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang