55- Kepergian, lagi

733 80 6
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*****

Di Minggu pagi ini, entah mengapa Chandra tidak ingin melakukan banyak hal. Chandra hanya ingin beristirahat, duduk di meja belajar dan memikirkan tentang banyak hal. Salah satu yang terlintas adalah tentang betapa dinamis hidup yang ia alami belakangan ini.

Bagai bibir pantas yang digerus ombak laut tiada henti, rentetan peristiwa hidup menyapa silih berganti. Mereka mengukir catatan tersendiri. Seolah, tidak diizinkan hidupnya hanya menjadi roman klasik, namun harus berganti elegi. Dimana, suram gelap dan terang cahaya datang silih berganti.

“Ya Allah, apa rencana yang Allah simpan buat Chandra di masa depan?” Hati kecilnya bertanya.

Kadang, logika Chandra itu tak sampai. Pandangannya tentang harapan nyaris buntu di tengah jalan. Tentang apa kiranya rencana Dzat Yang Maha Bijaksana simpan untuk dirinya, sampai ia harus melaui jalan sedemikian berliku di usianya yang masih sangat belia ini.

Namun, sisa-sia keteguhan keyakinan dalam hati Chandra berbisik, bahwa semakin dalam sakit menghujam, maka semakin tinggi pula lah bahagia yang akan ia daki.

Tidak ada orang yang mendayung kecuali menepi.  Tidak ada ujian yang dijalani anak adam, melainkan pertolongan dan kelapangan lah yang menjadi kawan perjalanannya. Sebelum kebahagiaan dan kegemilangan menjadi akhir genggamnya kelak. Selama tidak putus asa ia pada pertolongan Dzat Yang Maha memberi Asa.

Binatang melata saja bisa kenyang ketika ia berjalan dengan perutnya. Tumbuhan saja bisa subur hanya dengan menengadah pada air hujan. Maka, kenapa Chandra tidak? Bukan kah Tuhan yang memelihara mereka adalah Tuhan yang sama?

Dzat yang ia sembah adalah Dzat yang menerbitkan matahari dari timur dan menenggelamkannya di barat . Dzat menurunkan hujan dan menumbuhkan tanam-tanaman. Dzat Yang memelihara seluruh dunia dan seisinya dengan sangat indah dan presisi, apalagi hanya dirinya seorang? Tidak pantas Chandra merasa khawatir.

Tok! Tok! Tok!

“Kak Chandra...”

Suara sopran dari luar kamarnya membuat Chandra sadar dari lamunannya. Suara sopran nan lembut itu membuat Chandra tidak perlu bertanya tentang siapa yang berada di luar sana.

“Masuk aja, Ri, gak dikunci.” Chandra menyahut.

Riani pun membuka pintu perlahan, kemudian berjalan menghampiri sang kakak yang tengah beranjak dari kursi belajar menuju sofa yang ada di kamarnya.

“Kamu bawa apa?” Chandra bertanya tatkala melihat Riani datang dengan membawa sebuah kantung plastik dan meletakannya di atas meja.

“Ini jajanan. Kemarin, waktu beli sepeda sama Mama Riri liat ada jajanan korea, tapi rame jadi gak sempat beli waktu itu. Barusan, Riri beraniin beli pagi-pagi.” Jelas Riani dengan senyum manis yang mulai menghiasi wajah cantiknya

CULTURE SHOCK!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang