35- Mamah dan Papah

533 91 2
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

******

"Assalamualaikum!!!"

Ucapan salam dari Satria membuat Riani yang sedang mengupas buah jeruk menoleh ke arah pintu yang baru saja terbuka itu. Riani begitu terkejut ketika melihat teman-teman dari kakaknya datang. Gadis 14 tahun itu turun dari ranjang pasien dan segera merapikan hoodie yang ia pakai.

"W-waalaikumussalam..." Jawab Riani sambil menunduk dengan suara yang sangat pelan.

"Kamu pasti Riani, ya?" Satria bertanya ramah.

Riani mengangguk ragu.

Melihat Riani yang sangat canggung bahkan seperti merasa ketakutan, Satria, Anggana, Gentala, Erlangga, dan Nafis jadi merasa kebingungan. Langkah mereka bahkan masih tertahan di ambang pintu.

"Chandra dimana?" Gentala bertanya karena tidak melihat keberadaan Chandra di sana.

"Apa?"

"ASTAGHFIRULLAH! BISA ASSALAMUALAIKUM DULU KAGAK, ANTUM?!" Nafis berteriak terkejut ketika Chandra tiba-tiba berdiri di sampingnya.

"Ya, lagian lo pada ngapain berdiri di depan pintu gini kayak pager ayu? Minggir, lah! Ngalangin jalan aja!" Bentak Chandra sambil menggeser Nafis dan Erlangga untuk masuk ke dalam ruang rawatnya.

Setelah Chandra masuk, barulah mereka semua berani masuk ke dalam ruangan itu.

"Darimana, lo? Dokter bilang 'kan jangan banyak gerak, batu amat jadi manusia." Ujar Gentala sembari duduk di sofa.

"Jalan-jalan bentar, sumpek gue di kamar mulu." Jawab Chandra sebelum naik kembali ke atas tempat tidur.

"Adik Antum satu lagi kemana? Gak di sini?" Nafis ikut bertanya.

"Ke kantin dulu." Jawab Chandra singkat.

"Hm." Anggana menyimpan paper bag berisi kue yang ia beli sewaktu perjalanan tadi di atas nakas

"Syukron." Chandra tersenyum tipis.

"Afwan." Jawab Anggana.

"Aku beliin telur gulung sama pop ice!" Satria berseru semangat sambil memberikan plastik berisi jajanan itu kepada Chandra.

"Udah tau gue sakit muntaber gara-gara salah makan, dikasih beginian." Chandra mendumal.

"Chandra kok gitu? Niat aku 'kan baik, kali aja Chandra kangen makanan Ibu kantin." Satria menekuk wajahnya sedih.

"Tau, kasian tuh tadi dia bela-belain belinya ngantri panjang." Gentala menimpali.

Chandra menghela barat.

CULTURE SHOCK!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang