20- Bahasa Thailand

540 87 11
                                    


♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


******

"Masyaallah, ini Istana Sultan Sulaiman Al-Qanuni begini kali bentukannya." Nafis berdecak kagum saat melihat hotel tempat mereka menginap.

"Hati-hati kesandung, ah! Liat tuh ke jalan!" Omel Chandra pada Nafis yang tidak memperhatikan langkahnya.

Mereka berdua sampai di hotel setengah jam lebih lambat dari rombongan dikarenakan Nafis yang memaksa mampir ke tempat makan—which mean toko buah, karena gak tau merk makanan yang halal— dulu sebelum ke hotel tadi gara-gara maag nya kambuh.

Gak makan di pesawat? Nggak, soalnya tadi di pesawat makanannya pake tomat semua. Nafis punya phobia sama tomat, makannya dia belum makan sama sekali sejak tadi. Paling cheese cake doang sepotong las di toko kue.

"Namanya juga kagum. Tapi Ana jadi mikir, ini yang punya hotel kalau meninggal hisabnya begimana, ya? Ana timbang punya sepatu harga 200 rebu aja was-was, takutnya hisabnya lama." Celetuk Nafis tiba-tiba.

"Ya siapa tau pas mau meninggal dia bangkrut, jatuh miskin, husnudzan kek lu." Balas Chandra.

"Itu namanya antum mendoakan keburukan, dong! Husnudzan darimana?" Nafis menjawab.

"KHAIRUDDIN NAFIS BARBAROSSA!"  Chandra berteriak penuh amarah.

"Hiyah maap, paduka, maap, maap." Nafis langsung menyatukan telapak tangannya meminta maaf.

Chandra benar-benar lelah, dia tidak ingin mendengar ocehan siapapun untuk hari ini. Tapi, tidak beruntungnya Chandra, dia malah satu kamar dengan Nafis.

"Kamar kita di lantai 25, kan? Cara naiknya begimana ini? Masa naik tangga, leklok dong lutut Ana. Nanti kalau tiba-tiba ada panggilan jihad kagak bisa berangkat." Ucap Nafis.

Chandra memejamkan matanya kesal.

"ITU LIFT SEGEDE GABAN KAGAK LIAT? BUTA LO MATA LO?!" Chandra menunjuk lift emosi.

Nafis pun melihat kemana telunjuk Chandra mengarah.

"Wah! Kayak di sinetron yang Umma tonton kemarin! Itu kotak besi yang bisa naik turun itu kan, yak?" Nafis terlihat antusias.

Mau nangis aja Chandra, ini kenapa dia punya temen katro bener dah. Masa lift aja kagak tau?!

"Udah, Fis, jangan sampai ini koper di tangan gue melayang ke muka Lo, ya." Ancam Chandra yang sudah hampir habis kesabaran.

"Sabar, Chan, Istighfar. Kata Rasulullah, laa taghdo walakal jannah, janganlah marah maka bagimu surga." Nafis memberi nasihat.

"Astaghfirullah al-adzim..." Chandra mengusap dadanya sendiri. "Astaghfirullah al-adzim..."

CULTURE SHOCK!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang