24- Pacuan Kuda

493 84 6
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








******

Hari ini tanggal merah, senang sekali rasanya Chandra bisa menikmati waktu libur. Setelah menutup Al-Qur'an yang baru saja dibacanya selepas melaksanakan empat rakaat shalat Dhuha, Chandra bangkit dari tempat shalatnya dan berjalan menuju jendela kamarnya yang langsung mengarah ke taman belakang rumah.

Chandra melihat Radja dan kekasihnya—Vana—sedang berduaan di sana tanpa merasa malu sama sekali. Merasa geram, Chandra pun menutup tirai kamarnya dengan kasar.

"Dih, gedeg banget gue." Chandra mendumal tak suka atas perilaku kakak sulungnya.

Chandra menjatuhkan diri pada tempat tidurnya, beralih menatap langit-langit kamar.

"Ini dunia gimana, sih, cara kerjanya? Manusia makin ke sini diliat-liat kok pada makin gak bener?" Gumam Chandra tak paham.

"Orang yang berusaha nasehatin dianggap sok suci, lah mereka yang maksiat malah dianggap bagian dari kebebasan berekspresi."

Apa-apa yang terjadi di sekelilingnya saat ini benar-benar diluar dari ekspektasi Chandra, sangat-sangat kontras dengan apa yang dipelajarinya dalam kitab-kitab di pesantren dulu. Seolah, semua yang tertulis di sana hanya sebatas hitam di atas putih. Sebatas idealisme dan teori yang tidak lagi memiliki ruang untuk diterapkan secara kongkrit dalam kehidupan sehari-hari.

Ting!

Suara notifikasi dari ponselnya yang ada di atas nakas mengalihkan atensi Chandra. Chandra beranjak mengambilnya, melihat dari siapakah gerangan pesan yang sampai kepadanya.


Yeniçeri (6)

Nafis:
|Dimana nih jadinya?

Satria:
|Apa yang jadinya dimana, Nafis?

Nafis:
|Latihan berduka! Ah! Kan tadi siang
kita udah janji mau berkuda bareng

Satria:
|Oh, iya, aku lupa

Chandra:
|Kakek gue punya tempat pacuan kuda
cuman agak jauh, di jakbar

Anggana:
|Kjauhn

Nafis:
|Iya, ntar baru nyampe sono udah
maghrib yang ada

Erlangga:
|Ada tempat pacuan kuda deket sini
|gue biasa ke sana pas weekend

CULTURE SHOCK!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang