13- Oh, namanya Lily

657 108 7
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Pulang sekolah Satria ngajak teman-temannya buat makan siang di rumah. Hal itu diprakarsai sang Ibu yang habis borong catering punya temennya yang baru buka, kasian katanya. Jadi, daripada mubazir mending dimakan rame-rame.

"Nyokap lo mana, Sat?" Chandra bertanya basa-basi saat tidak melihat kehadiran ibu Satria.

"Oh, Mama lagi ke toko kue." Jawab Satria. "Mama aku 'kan tukang kue." Lanjutnya.

"Tante Arum rektor! Sembarangan antum." Sanggah Nafis.

Satria menggeleng pelan. "Enggak, Mama itu tukang kue, orang sehari-hari kerjaan Mama bikin kue. Rektor itu cuma kerjaan sampingan."

"Mana ada tukang kue yang kerja sampingan jadi rektor, Satria, yang ada rektor kerjaan sampingannya jadi tukang kue!" Balas Chandra.

"Mama Arum kan Mama aku, aku yang paling tau, bukan Chandra." Satria bersikukuh.

"Tau, Sat! Capek gue." Balas Chandra.

Sementara Gentala dan Erlangga hanya tertawa.

"Ga, gue kayak gak asing sama lo. Kita pernah ketemu, tapi lupa dimana." Ucap Erlangga pada Anggana yang sejak tadi hanya diam, sibuk menikmati risol mayo di depannya.

"Pertemuan bisnis." Jawab Anggana.

"Oh, ya! Sekitar dua hari sebelum MPLS." Sambung Erlangga, ingatannya yang samar perlahan jelas.

"Gaya banget orang, first meeting nya di pertemuan bisnis." Ujar Chandra.

"Ngiri aja, lo!" Sinis Gentala.

"Setahu Ana, antum juga anak emas perusahaan, gak pernah diajak meeting-meeting gitu, Ta?" Tanya Nafis pada Gentala.

"Gak pernah, Bokap gue bilang suruh cari passion sendiri. Katanya, gue baru akan ditetapin sebagai ahli waris kalau emang punya kemampuan di bidang bisnis, kalau gak punya, ya, dikasih orang lain yang lebih kompeten." Jelas Gentala.

"Wah, mulia sekali hati Tuan Rezarian Abraham." Nafis berdecak kagum.

"Kalau Chandra gimana? Dengar-dengar ayahnya Chandra pembisnis juga, ya?" Satria bertanya.

"Mana ada, DPR bokap gue." Jawab Chandra.

"Tapi 'kan pejabat-pejabat gitu biasanya punya bisnis banyak, Chan. Gak mungkin lah mereka bisa punya aset triliunan cuma ngandelin gaji bulanan doang." Gentala tersenyum penuh arti.

"Pinggir lembah banget jokes lo, Ta." Erlangga tertawa pelan, memukul bahu Gentala.

Gentala hanya tertawa.

CULTURE SHOCK!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang