02- MPLS Day 1

1.6K 201 17
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Semua siswa baru SMA Galatasian kini berkumpul di lapangan outdoor sekolah. Mereka berbaris untuk mendengarkan sambutan-sambutan dari para petinggi sekolah dan beberapa panitia.

"Sekolah elit, tapi muridnya sulit." Chandra mencibir saat melihat murid angkatannya hanya sedikit, mungkin 70 orang saja tidak sampai.

"Masuk sini susah, sembarangan lo." Balas Gentala, tidak terima sekolah milik kakeknya dipandang sebelah mata.

"SPP nya kemahalan, sih, masa satu semester sampai puluhan juta." Ujar Chandra kembali.

Gentala hanya mendelik. Berdebat dengan Chandra adalah hal yang sia-sia sebab Gentala tidak akan pernah menang. Chandra seorang yang ulung dalam berdebat dan berargumen.

"Baru hari pertama aja udah telat, niat sekolah gak, sih, Lo?!"

"M-Maaf, Kak, tadi saya ke toilet dulu."

"Halah, alasan! Udah sana gabung barisan!"

Suara gaduh dari belakang membuat Gentala dan Chandra menoleh bersamaan. Mereka melihat siswi yang dimarahi panitia dan kini berjalan ke arah mereka sambil menunduk malu.

Waktu yang dirasa Chandra dan Gentala seakan terhenti, sosok itu begitu meraup atensi. Semakin gadis itu melangkah mendekat, napas mereka seakan tercekat, urung untuk berhembus. Terpesona, singkatnya demikian.

"Masyaallah."

Kalimat yang keluar dari bibir Chandra itu ikut membuat Gentala tersadar dari lamunannya.

"Ck, jaga mata!" Gentala mendorong pelan bahu Chandra yang berbaris tepat di sampingnya itu.

Chandra mendelik kesal dan terpaksa kembali menatap lurus ke depan. Padahal, Chandra sangat penasaran dengan gadis itu. Ayolah, di saat tidak satu pun siswi di sini yang peduli pada batasan aurat mereka, ada seorang bidadari yang rela memakai hijab panjangnya di tengah cuaca yang amat terik ini. Bagaimana Chandra tidak kagum?

Begitu pula dengan Gentala. Nyatanya, pemuda yang mengingatkan Chandra itu juga mati-matian menahan kepalanya agar tidak menoleh.

Ayumi Kamalia Harada, itulah nama yang tertulis pada papan nama gadis itu yang tidak sengaja Gentala baca sebelumnya. Kini, Ayumi, berdiri di belakangnya, tepat di samping Chandra.

"Barisan cewek penuh, ya?" Chandra bertanya, membuka konversasinya dengan Ayumi.

Ayumi mengangguk pelan tanpa menoleh, ia tampak sangat pemalu. Chandra terkekeh melihatnya.

"Mau gantian? Di sini lumayan teduh, ada pohon." Chandra menawari Ayumi.

"G-gak usah, di sini aja." Jawab Ayumi cepat.

CULTURE SHOCK!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang