50- Kehilangan

679 77 3
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



******

“Jadi, daripada sibuk mikirin kita nikah sama siapa, mending kita mikir dulu aja nanti kita ketemu sama malaikat maut dalam keadaan apa.”

Perkataan Satria terus terngiang dalam benak Chandra hingga menapaki rumahnya pukul delapan malam ini. Bagai sebuah kaset yang terus berputar, tanpa henti memberikan padanya peringatan bahwa kematian adalah akhir yang hakiki bagi tiap-tiap makhluk yang diberikan Tuhan kesempatan untuk hidup.

“Akhir-akhir ini gue terlalu sibuk sama banyak hal, pengen ini dan itu, harapin ini, harapin itu, sampai lupa minta puncak dari kebahagiaan, meninggal dalam keadaan Allah ridha sama gue.”  Monolog Chandra dalam hatinya, sembari menapaki tangga.

Terlalu banyak kebaikan dunia yang Chandra gumamkan setiap harinya. Sibuk meminta ini dan itu, mengharapkan banyak hal yang berorientasi hanya pada saat ia hidup. Bukan berarti buruk, namun tidakkah lebih baik jika ia meminta yang lebih dari itu?

Yakni, permintaan, harapan, dan kebahagiaan yang bisa dinikmatinya bukan saja saat hidup di dunia, melainkan di kehidupan setelah kematian. Kehidupan yang hakiki dan mutlak adanya, namun dilupakan sebagai besar manusia.

Chandra merasa beruntung sekali bisa memiliki teman-teman seperti Yeniceri yang senantiasa mengingatkannya tidak hanya pada kebaikan dunia, namun juga untuk selalu dekat dengan Pencipta mereka. Dzat Yang hakikatnya dari Dia lah segala kebaikan berasal.

Setelah menyusuri tangga dan sampai di lantai dua rumah, Chandra langsung menuju kamar Restu yang pintunya agak sedikit terbuka. Ternyata, benar saja, kedua adiknya ada di sana.

 "Ri, udah malem, tidur." Ujar Chandra saat melihat Riani masih betah bergulung selimut di atas tempat tidur saudara kembarnya.

"Riri mau tidur di sini lagi. Gak mau sendiri tapi." Ujar Riani.

"Lo apa, sih, ribet amat? Pegel gue kalau tidur di sofa!" Tukas Restu.

Riani menghela berat, kemudian membuka minuman botol yang dibawanya dari kulkas tadi. Riani masih enggan untuk beranjak dari sana.

Chandra hanya geleng-geleng kepala. Ia pun mendekat, duduk di samping adik perempuannya, mengusap surainya dengan lembut.

"Kamu banyak makan akhir-akhir ini." Chandra tertawa kecil saat melihat begitu banyak snack di pangkuan Riani.

"Dikasih vitamin sama Kak Dokter Hulya, jadi makan terus." Jawab Riani.

"Halah, bilang aja emang rakus." Restu meledek.

CULTURE SHOCK!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang