30- Keributan

499 99 16
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

******

Pukul sembilan malam, Restu keluar dari kamar untuk mengambil charger laptop yang tertinggal di ruang tengah. Ketika itu, Restu berpapasan dengan Radja yang baru saja masuk ke dalam rumah dengan wajah merah menahan amarah.

"Ulah lo, kan?" Radja menatap Restu dengan tajam.

"Apaan, sih, gak jelas banget." Jawab Restu malas lalu mengambil charger laptopnya di atas meja.

"Chandra yang suruh lo lakuin ini?" Radja mendekat pada adiknya dengan kedua tangan terkepal.

"Ngomong tuh yang jelas, jangan berbelit-belit. Gue gak paham." Restu menatap sang kakak sinis.

"Lo yang kempesin motor gue, kan!" Bentak Radja sambil mendorong bahu Restu kasar.

"Buktinya mana?" Restu malah balik menantang.

"Gue liat cuma lo yang ada di luar tadi sore. Lo pasti yang buat motor gue kempes, kan!" Teriak Radja semakin murka.

"Motor Lo masih bisa dipompa, piala-piala Kak Chandra yang lo pecahin apa kabar? Mau cari gantinya dimana?" Restu menatap Radja berani.

Restu merasa sangat muak dengan kelakuan kakak sulungnya. Radja benar-benar jauh dari kata dewasa. Alih-alih menjadi sosok yang menggantikan kedua orang tua mereka, Radja malah selalu mementingkan dirinya sendiri. Tidak pernah memikirkan adik-adiknya sama sekali.

"Lo itu anak sulung di sini, Kak! Lo seharusnya bisa lebih dewasa dan jadi pelindung buat adik-adik lo! Bukan malah kayak bocah gini!" Bentak Restu.

"Gak ada hak lo buat ngatur-ngatur gue!" Radja kembali mendorong bahu Restu lebih keras. "Asal lo tau, gara-gara lo gue gak bisa jemput Vana!"

"APA SIH PENTINGNYA CEWEK ITU, HAH?! Kenapa lo selalu prioritasin dia dibanding adik-adik lo sendiri!" Restu balik mendorong sang kakak.

"KITA BUTUH LO, KAK! Gue, Riani, kak Chandra, kita semua butuh lo sekarang! Kita butuh seorang kakak yang bisa jadi sandaran buat kita, bukan orang egois yang cuma sibuk sama urusannya sendiri!" Restu menatap sang kakak nyalang.

Tangan Radja terkepal mendengarnya.

"Emang sejak kapan kita hidup bareng-bareng, hah? Urus aja hidup kalian masing-masing! Biar gue urus hidup gue sendiri!" Final Radja.

Perkataan Restu tadi tampak tidak berpengaruh baginya sama sekali. Radja tetaplah Radja. Seorang yang sangat bebal dan keras kepala.

"AGHR! Apa sih yang udah dikasih cewek itu sama lo sampai lo setergila-gila itu sama dia?! VANA ITU ORANG LAIN, KAK! GUE ADIK, LO!" Bentak Restu.

CULTURE SHOCK!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang