KECERDASAN EMOSIONAL (EQ)

120 12 0
                                    

Setelah aku menyelesaikan tulisanku dan hendak mempostingnya, ponselku tiba-tiba berdering. Ay menelponku.

“Kak, sibuk ga? Baca pesanku. Dan aku mohon kakak nongol sebentar di room ya. Suasana sudah panas. Itu Royce memaki-maki kakak. Aku greget banget, rasanya pengen bela kakak, tapi ga bisa.”

“Aku baru selesai menulis dan baru mau aku posting. Ok, wait.”

Aku lalu membaca pesan masuk dari Ay terlebih dahulu, sebelum aku membuka grup whatssap. Aku kemudian membaca kata-kata Royce yang sudah di screenshoot oleh Ay.

[“Ini boleh dibaca oleh semua orang yang sudah dewasa di sini. Bukankah kalian tahu Siapa aku (Royce) dan siapa Aucha? Tapi, banyak orang membiarkan Becky menembak orang yang sudah punya pasangan. Dia merasa jantan? Maaf, dia adalah pecundang yang merasa wajahnya good looking dan merasa dirinya hebat. Jika aku adalah laki-laki dan ada laki-laki yang menembak (meminta dia menjadi pacar) di depan umum, maka aku akan menganggapnya tak lebih dari seekor binatang. Dan dia akan sangat mungkin untuk mati ditanganku dengan cara kepala terpenggal.”]

Setelah membaca isi pesan dari Royce yang di screenshoot oleh Ay, aku lalu membaca pesan dari Ay yang sangat geram dengan apa yang sudah diucapkan oleh Royce di dalam grup.

[“Aku ga suka dia bawa-bawa nama kamu begitu. Kamu ga ngapa-ngapain sama Aucha, tapi, kata-katanya sudah kasar banget. Itu si Royce punya otak ga sih, kok ngomong sembarangan. Bangsat banget si Royce.”]

Membaca pesan dari Ay, aku merasa heran, kenapa Royce membawa-bawa nama Ay segala. Tapi, setelah dibaca lagi, ternyata Ay marah karena Royce berkata-kata dengan sangat kasar kepadaku. Aku lalu masuk ke room dan mulai menulis pesan.

[“Alhamdulilah, terimakasih Royce. Aku ga marah dikata-katai dan disebut lebih rendah dari binatang. Alhamdulilah, terimakasih Ya Allah. Nanti kalian baca aja tulisanku setelah ini ya, yang sebentar lagi akan aku posting. Silahkan yang mau menghujat aku, lanjutkan. Semoga dosa aku berkurang ya. Aku cinta kalian.”]

Setelah menulis digrup, aku lalu tersenyum bahagia. Aku tidak marah sama sekali kepada Royce, apalagi sampai harus terpancing emosi dan ikut membalas kata-kata kasar dia. Aku bukan orang yang mudah marah, apalagi untuk hal yang tidak perlu, karena emosi yang negatif hanya akan menguras energiku. Aku hanya ingin membalas kejahatan dengan kebaikan. Dan itu yang selalu diajarkan oleh ibuku. Balas kejahatan dengan kebaikan. Beri mereka hadiah, atau doakan mereka. 

Selain pesan dari Ay, aku juga melihat pesan masuk dari Hani dan Kholbi yang berusaha menahan agar aku tidak berkomentar digrup, karena mereka takut kalau-kalau aku akan terpancing dan kemudian emosi. Aku lalu tersenyum dan mengatakan kepada mereka kalau aku baik-baik saja. Aku tidak marah sama sekali. 

Aku kemudian membuka pesan dari Aucha.

[“Kak, jangan lupa shalat ya. How your feel? Aku yakin kamu pasti baik-baik aja, karena banyak wanita dalam hidup kamu. Dan sebentar lagi, nama Aucha akan berlalu.]

[“Makasih udah diingetin shalat. Alhamdulilah aku udah shalat. Aku baik-baik aja kok, karena aku sudah bisa mengelola emosiku dengan baik. Dan untuk yang kamu bilang barusan tentang banyaknya wanita disekelilingku, itu memang benar. Aku memang bisa mencari pelampiasan kepada wanita-wanita lain. Dulu aku sempat melakukan itu, namun tidak mempan, karena hatiku tidak bisa dilampiaskan. Aku bukan orang seperti itu sekarang, karena semua wanita layak untuk diberikan kasih sayang yang tulus dan bukan hanya dijadikan pelampiasan.”]

[“Subhanallah, luar biasa ya kamu. Kak, kalau nanti aku tiba-tiba ada rasa sama kamu, aku yang nembak kamu ya, gantian hahaha. Terus kamu gantian nolak aku ya, biar satu sama.”]

AUCHA (Idola yang Saling Jatuh Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang