TENTANG FEBRI

97 6 0
                                    

Aucha masih sibuk berbelanja, ketika aku baru saja selesai shalat tarawih dan bersiap-siap untuk menulis. Dia kemudian mengirimkan foto dua buah jam tangan. Dia meminta pendapatku untuk menentukan mana yang lebih bagus. Melihat merk jam tangan itu, aku jadi teringat mantan pacar pertamaku yang tinggal di Jakarta, yang paling sering membeli jam tangan dengan merk Alexandre Christie. Foto jam tangan yang diperlihatkan oleh Aucha yang satu terlihat lebih simple, sedangkan yang satu lagi, ada motif bunga di dalamnya dan dipinggir-pinggirnya terdapat kristal-kristal putih yang mengelilingi jam tangan itu. Kedua jam tangannya berwarna gold.

“Untuk kamu, cocok yang ada bunganya. Tapi, sebetulnya bagus yang simple yang ada di sebelahnya sih, hehe.”

Aku jadi tertawa sendiri, ketika membaca ulang jawaban yang aku berikan kepada Aucha. Jika aku jadi dia, aku pasti menjadi semakin bingung mendengar jawaban seperti itu. Aucha menurutku lebih cocok memakai jam yang aku sebutkan tadi. Jam tangan yang ada motif bunga di dalamnya, walaupun sebetulnya kalau aku sendiri yang disuruh memilih, maka aku akan memilih yang polos dan tanpa motif apapun.

Berbicara tentang jam tangan, ingatanku memang tidak bisa lepas dari Febri, pacar perempuan pertama yang tinggal di Jakarta. Dia adalah orang yang paling suka mengoleksi jam tangan, parfum dan barang-barang branded lainnya. Dia adalah orang yang paling bertolak belakang denganku. Aku adalah orang yang membeli sesuatu karena kebutuhan dan bukan keinginan. Aku bahkan tidak suka berganti-ganti jam tangan, sepatu atau tas. Meskipun aku memiliki barang-barang itu lebih dari satu, namun aku paling suka memakainya satu secara terus menerus sampai rusak, baru aku menggantinya. Sedangkan Febri adalah orang yang fashionable. Aku yang memang paling tidak suka berbelanja, akhirnya sering menemani dia berbelanja ketika sedang berada di Jakarta ataupun Bandung. Aku juga orang yang tidak suka banyak memilih, ketika sedang berbelanja. Jika aku sudah menemukan yang cocok, maka aku akan langsung membelinya. Aku tidak pernah melihat harganya terlebih dahulu, bukan karena aku punya banyak uang, namun aku hanya ingin membeli apa yang memang aku sukai dan bukan karena harganya lebih murah. Jika uangku kurang untuk membeli barang tersebut, maka aku tidak akan berkeliling untuk mencari yang lebih murah, tapi aku lebih baik tidak jadi berbelanja dan memilih untuk menabung terlebih dahulu agar bisa membeli barang tadi.

Dari Febri, aku jadi mengenal siapa Anne Avantie. Salah satu designer Indonesia idolanya. Bunda, begitu dia memanggilnya. Aku sampai ikut acara-acara yang diadakan oleh Anne Avantie di Jakarta, padahal aku tidak menyukai fashion. Pada acara seminar yang diadakan oleh bunda, aku dan Febri memakai baju batik couple. Dress code hari itu memang baju batik. Aku sangat tidak percaya diri, ketika harus memakai baju yang sama dengan dia di tempat umum, karena rambutku pendek dan rambut dia panjang. Aku takut orang mengira kita pasangan lesbian, walaupun memang pada kenyataannya seperti itu.

“Buka jaketnya! Kamu ga mau keliatan kalau kita pacaran?”

Febri dan aku memang sering bertengkar, bahkan untuk masalah sepele seperti ini. Aku yang pemalu memang sangat kontras dengan dia yang terlalu percaya diri. 

Malam sebelum acara ini berlangsung pun, kita sudah bertengkar dikosan harian yang kita sewa di dekat tempat acara seminar. Saat itu, kita sedang melakukan scissoring sex, karena dia menginginkannya. Namun, ketika Febri sedang menikmati hal itu, aku tiba-tiba melihat kecoa di sebelah bantalnya. Aku kemudian menjerit dan menghentikan aktivitasku. Aku lalu beranjak dari tempat tidur. Aku memang sangat takut dengan kecoa, berbeda dengan Febri yang tidak takut dengan apapun.

“Apaan sih? Kok berhenti?”

Gerutu Febri kesal, karena aku menghentikan aktivitas itu, ketika Febri hampir mencapai klimaks.

“Itu ada kecoa sebelah kamu.”

“Yaelah, cuma kecoa doang.”

Febri lalu menyemprot kecoa tadi dengan vape pembunuh kecoa yang memang sudah dia beli tadi pagi. Setelah kecoanya mati, aku berusaha untuk melanjutkan yang tadi sempat tertunda, namun Febri menolaknya dan langsung pergi ke kamar mandi.

AUCHA (Idola yang Saling Jatuh Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang