AUCHA (Idola yang Saling Jatuh Cinta)

Memurnikan Cinta dengan Uzlah

["Assalammualaikum, Wr, Wb. Kak, kalau mau memperbaiki diri menjadi lebih baik, langkah pertama yang harus dilakukan apa kak?"]

Satu pesan masuk dari Miss. I menambah daftar nama-nama dari anggota grup yang mulai ingin berubah ke arah yang lebih baik dengan meminta saran dariku. Hari ini, ada tiga orang yang intens berkomunikasi denganku terkait masalah agama, motivasi dan bisnis, diantaranya adalah Mrs. X, Miss. R dan Miss. I. Aku merasa bersyukur, ketika kehadiranku bisa memberikan dampak yang positif bagi orang lain.

["Waalaikumsalam, Wr. Wb. Yang aku lakukan dulu saat ingin memperbaiki diri adalah harus banyak menyendiri dulu alias uzlah. Menjauh dari hiruk pikuk dunia yang bisa melalaikan kita dari mengingat Allah. Menyendiri dengan memperbanyak istighfar dan shalawat. Ingat-ingat lagi semua yang sudah kita lakukan selama ini. Jangan lupa bangun pukul 02.30, mandi taubat, shalat taubat, shalat tahajud dan shalat hajat. Jangan tidur lagi dan dzikir aja sampai subuh. Setelah subuh, lanjut dzikir dan ngaji, lalu sedekah subuh. Pukul 07.00 lanjut shalat sunat dluha. Terus kurang-kurangin menghabiskan waktu yang bisa melalaikan kita dari mengingat Allah, seperti melihat tontonan yang kurang bermanfaat, sibuk melihat sosmed, atau bahkan sibuk bermain games. Saat kita banyak menyendiri, merenung dan mengingat Allah, insyaallah nanti Allah akan ngasih petunjuk ke dalam hati kita dan saat itu juga kita bisa mendapatkan kedamaian yang sebelumnya belum pernah kita rasakan."]

Saat menyebut kata Uzlah, aku teringat kembali perjalanan aku ketika mencoba mengenal Allah. Aku memang mengasingkan diri terlebih dahulu dari keramaian dan mencoba menyepi untuk bisa berkomunikasi dengan suara hatiku sendiri. Di dalam kesunyian, pikiran dan hati kita bisa lebih jernih untuk berpikir dan merasakan, sehingga kita bisa mengetahui jawaban-jawaban dari persoalan hidup yang selama ini belum terpecahkan.

=======================================

Uzlah adalah perilaku menyendiri yang dilakukan seseorang untuk menyucikan pikiran dan jiwanya. Sikap ini dianjurkan oleh beberapa tokoh Islam seperti Sufyan Al-Tsauri, Ibrahim bin Adham, dan Fudhail bin Iyadh.

Menurut Imam Ghazali, sikap uzlah memungkinkan seseorang untuk istiqamah pada ketaatan dan belajar mengendalikan diri dari larangan yang muncul dalam interaksi sosial seperti riya, ghibah, cinta dunia dan lain-lain.

Uzlah menjadikan seseorang tidak mudah terpengaruh oleh urusan duniawi. Sama seperti amal baik lainnya, niat seseorang yang ingin menerapkan sikap uzlah haruslah murni semata-mata karena Allah SWT.

Ia harus memiliki tekad yang kuat untuk menjauhkan umat manusia dari keburukan, memfokuskan diri secara total untuk dzikir kepada Allah SWT, tidak banyak angan-angan atau fantasi, dan siap berjihad memerangi hawa nafsu (mujahadah al-nafs).

Sejatinya sikap uzlah dimaksudkan sebagai wahana penyerahan diri secara total kepada Allah SWT. Proses uzlah diibaratkan seperti kerbau yang sedang berkubang. Kalau kerbau berkubang dengan fisik, maka dalam konteks uzlah yang berkubang adalah jiwa.

Mengutip buku Menuai Fadhilah Dunia, Menuai Berkah Akhirat karya Prof. Dr. Nasaruddin Umar (2014), orang yang bersikap uzlah akan mengasingkan diri pada suatu tempat yang ditutup rapat oleh kondisi kejiwaannya. Hal ini membawanya keluar dari persoalan duniawi dan beralih mendekatkan diri kepada Allah.

Saat beruzlah, seorang hamba akan memasrahkan diri untuk meminta diterima di hadapan Allah SWT. Uzlah sering kali dilakukan secara fisik dengan harapan bahwa pengkondisian tersebut akan membuat jiwa merasakan kesunyian, kesepian sekaligus kehangatan dan kerinduan kepada Rabb-Nya.

Dalam Al-Quran, uzlah tidak dijelaskan secara rinci dan detail. Penafsiran tentang uzlah hanya tersirat dari isyarat yang ditunjukkan oleh beberapa ayat Al-Quran. Dalam surat Al-Kahfi ayat 16, Allah SWT berfirman: