AUCHA (Idola yang Saling Jatuh Cinta)

Belajar dari Luka

["Pagi Byy, gimana bobonya?"]

["Pagi sayang, alhamdulilah aku baikan hari ini. Mamah aku ngasih air zamzam yang sudah dia doakan. Aku juga udah denger semua voice note kamu dan itu bikin aku semangat lagi. Alhamdulilah aku ga demam dan mual hari ini. Mudah-mudahan besok atau lusa sudah bisa pulang."]

Aucha kemudian menelpon, namun tidak aku angkat, karena aku sedang berada ditoilet. Dia lalu mengirmkan foto paket dariku yang sudah dia terima dan Aucha mengucapkan terimakasih untuk itu. Aku kemudian menelpon Aucha setelah selesai dari toilet. Kita kemudian mengobrol tiga jam lamanya, setelah beberapa hari ini kita jarang mengobrol ditelpon.

Kita membicarakan apa yang dilakukan oleh Aucha kemarin, lalu kenangan manis apa yang tidak bisa Aucha lupakan, ketika bersama dengan Sandra dan terakhir adalah tentang kecemburuan Aucha akhir-akhir ini.

"Kenangan manis bersama Sandra itu, waktu ke Curug Cijalu, Purwakarta. Dia sempat menggendong aku untuk sampai ke Curug."

Mendengar nama Curug Cijalu, aku jadi teringat cinta pertamaku, yaitu teman kuliahku yang kini sudah menikah dan memiliki tiga orang anak. Itu adalah pengalaman indah terakhirku bersamanya. Bulan Juli 2009, setelah aku merayakan ulang tahun di Panti Asuhan bersama dia dan teman-teman Himpunan Mahasiswa Manajemen (HIMMA), aku memang banyak menghabiskan waktu berdua dengan dia. Aku yang saat itu menjabat sebagai ketua Himma dan juga ketua Senat Fakultas Ekonomi, kerap bersaing dengan dia dalam hal apapun, entah bersaing di dalam kelas, atau ketika kita menjadi rival saat akan pemilihan ketua BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa). Usia Rr lebih tua satu tahun dariku dan aku selalu menganggapnya sebagai kakakku. Sifat kita memang bertolak belakang. Dia yang dewasa dan kalem, jauh berbeda denganku yang saat itu lebih humoris, terbuka dan kekanak-kanakkan. Dan sejak aku terpilih sebagai Mahasiswa Terbaik, aku menjadi cukup populer di kampus. Berbeda dengan Rr yang baru terkenal setelah dia aktif di BEM.

Rr adalah kenangan termanis dan terpahit yang pernah aku alami. Dengannya, aku pertama kali merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Aku baru pertama merasakan bagaimana diperhatikan. Saat kita semua sedang berkumpul dikosan dia, dia selalu menyuapiku saat makan. Mulanya aku menolak, tapi lama-lama aku sangat menyukai diperlakukan seperti itu. Rr juga sering memelukku, saat aku menginap dikosannya. Pelukan pertamanya adalah awal mula aku merasakan banyak kupu-kupu diperutku, pun dengannya. Dia juga merasakan hal yang sama.

"Aku merasakan sesuatu lebih dari orang yang sedang jatuh cinta. Baru kali ini aku merasakan kupu-kupu dalam perutku."

Itu adalah ucapan Rr yang tidak bisa aku lupakan. Saat sedang berada dikelas, kita juga sering curi-curi pandang dan kita sering cemburu satu sama lain. Rr sering cemburu, karena aku cukup populer dan banyak orang yang mengenalku. Saat itu, aku juga sering menjadi narasumber peserta debat mahasiswa di radio-radio dan aku juga terpilih untuk mengikuti kompetisi manajemen dengan kampus-kampus lain. Aku sangat bahagia kala itu. Terkenal, berprestasi, disukai banyak orang dan memiliki Rr yang selalu memanjakan aku.

Namun, tidak berlangsung lama. Rr kemudian menjadi aktif di BEM dan dia menjadi panitia LDKM, sedangkan aku yang saat itu sibuk ditempat les dan juga baru mendirikan organisasi GP (Organisasi yang mendaur ulang sampah menjadi kerajinan) tidak sempat untuk bergabung menjadi panitia. Dari situ, Rr mulai dikenal oleh banyak orang dan dia juga mulai kenal dengan suaminya saat ini.

Setelah aku tahu kedekatan Rr dengan A, aku menjadi sangat posesif dan cemburuan. Aku bahkan sudah memutuskan laki-laki yang merupakan kakak kelasku saat itu, karena aku dan Rr sepakat tidak akan pacaran terlebih dahulu. Namun, Rr melanggar komitmen itu. Dia semakin intens berkomunikasi dengan A.

Hingga kemudian aku dan Rr menjadi rival saat pemilihan ketua BEM, Rr kemudian terpilih menjadi ketua BEM, sedangkan aku harus rela menjadi sekretaris. Aku menolak menjadi sekretaris dan memilih untuk mengundurkan diri dari BEM. Aku tidak terbiasa untuk kalah.