Ada banyak aksara yang tidak bisa aku terjemahkan dalam kepala. Goresan-goresan tinta yang menjadikannya lapuk dimakan usia. Kertas-kertas kuning yang sudah bosan menyimpan ceritanya, kini berbicara lebih banyak daripada lilin-lilin yang masih menyala diantara pelataran duka. Mayleen, namanya kini bisa aku rasakan dimana-mana. Diantara sebait puisi malam dan diantara kepalan senja yang menyuarakan kelembutan. Aku bisa mengenalnya, melalu dimensi lain yang mulai mengajakku berkelana. Dia lalu bercerita tentang Aucha, tentang apa yang tidak bisa aku lihat dengan mata terbuka.
"Perempuan dengan mata seribu panah asmara. Dia senang bermain, dengan banyak anak panah di tangannya. Memanah satu persatu apa yang dilihatnya. Dia menjadikan cinta sebagai 'boneka', sebagai hiburan yang bisa membuatnya tertawa. Banyak deretan nama-nama ditangannya. Kau hanya salah satu nama yang ia sematkan dalam barisan yang sudah ia susun sejak lama."
Aku tertegun, mendengar suara-suara asing yang datang, saat aku memejamkan mata. Aku bisa melihat banyak hal yang tidak bisa aku jangkau sebelumnya. Cuplikan-cuplikan kejadian yang tidak pernah dia ceritakan dengan terus terang dan debaran-debaran yang masih ia rahasiakan sebagai bagian dari ranah pengasingan.
Mayleen dan Aucha adalah teka-teki baru yang belum bisa aku pecahkan dalam kepala. Satu rupa, satu rasa, namun tidak satu jiwa. Mayleen adalah bentuk lain dari Aucha yang bisa aku rasakan dari dekat. Dia kerap berbisik tentang tanda tanya yang belum aku temukan jawabannya.
***
Setelah menutup buku tua yang sudah rapuh dimakan usia. Aku lalu terdiam beberapa saat lamanya. Berlembar-lembar halaman sudah aku terjemahkan dan aku bahasakan dalam diksi yang belum sempat aku beri nama. Kisah Mayleen di awal-awal cerita sungguh menguras airmata. Dia benar-benar fotocopy dari Aucha yang kini hidup di dalam dunia yang berbeda. Aku sampai bingung untuk membedakan antara mereka berdua. Benarkan mereka adalah satu nama dalam dua cerita yang berbeda? Entahlah, aku masih sulit untuk memecahkannya.
Aku lalu membuka kembali Dream Book, dimana aku kerap bercengkrama dengan keluarga kecilku di sudut rumah bernama "Keluarga". Ada aku, Aucha, Subhi dan Alesha. Aku kerap merindukan mereka yang hanya bisa aku sapa didunia imajinasiku saja. Mereka yang mengajakku berpetualang pada sekumpulan rasa bernama suka cita.
=======================================
PIKNIK
"Ayah, orang yang menyanyi itu laki-laki atau perempuan? Kalau perempuan, kenapa suaranya seperti laki-laki? Terus, kalau dia laki-laki, kenapa memakai rok dan lipstick seperti perempuan?"
Tanya Alesha, saat melihat seorang pengamen di lampu merah. Aku tersenyum mendengar pertanyaannya. Baru saja aku mau menjawab, Subhi tiba-tiba mengomentari pertanyaan adiknya itu.
"Itu banci! Laki-laki yang berpenampilan perempuan."
Aucha yang mendengar obrolan dua orang anaknya, kini ikut-ikutan nimbrung dengan percakapan mereka.
"Alesha sayang, Om yang sedang mengamen itu sebetulnya laki-laki, cuma dia ingin menjadi perempuan dan lebih nyaman jadi perempuan."
"Emang boleh Bunda? Kalau nanti Kak Subhi pakai rok dan lipstick, Bunda ngijinin?"
Subhi yang mendengar ucapan Alesha, tiba-tiba protes, karena dia tidak suka disamakan dengan orang yang dilihat mereka pada hari ini.
"Ih enak aja, mana mau aku jadi banci. Aku kan laki-laki, jadi ga mau pakai rok dan lipstick."
Aucha tertawa saat mendengar Alesha dan Subhi yang masih memperdebatkan masalah laki-laki yang berpenampilan seperti perempuan.
"Udah-udah. Kita jangan menghakimi orang lain ya. Setiap orang bisa menjadi seperti itu, karena ada alasannya tersendiri. Tapi, kalau nanti anak-anak ayah ada yang begitu, ayah bakal mengingatkan, kalau sebaiknya mereka bersyukur dengan apa yang sudah diberikan Allah kepadanya. Allah sudah menetapkan jenis kelamin laki-laki atau perempuan kepada seseorang, karena Allah tahu yang terbaik buat kita. Misalnya, Alesha lahir sebagai perempuan, tapi sebetulnya Alesha mau jadi laki-laki. Alesha jangan protes ya, karena Allah sangat sayang sama Alesha, Allah mau Alesha jadi perempuan agar Alesha bisa dilindungi, disayangi dan dimanjakan. Kalau Alesha tiba-tiba jadi laki-laki, Alesha harus bisa lebih kuat dan tidak bisa bermanja-manja seperti perempuan. Allah tahu yang terbaik buat Alesha, makannya Allah jadiin Alesha perempuan dan bukan laki-laki."
KAMU SEDANG MEMBACA
AUCHA (Idola yang Saling Jatuh Cinta)
RomanceBecky adalah perempuan yang sudah menutup hatinya selama dua tahun. Dia tidak pernah ingin menjalin hubungan lagi dengan siapapun. Sampai suatu hari, dia berkenalan dengan Freen Sarocha yang dia panggil Aucha dalam sebuah grup khusus lesbian. Becky...