Perempuan yang Terpilih

34 0 0
                                    

"Ayah, kenapa ayahnya Diana itu perempuan seperti bunda?"

Aku tiba-tiba tersedak, saat Alesha menanyakan sesuatu yang membuatku sangat kaget. Aucha lalu mengambilkan aku segelas air putih dan dia menepuk-nepuk punggungku.

"Minum dulu yah."

Aku kemudian meminum air putih yang Aucha berikan kepadaku. Aucha lalu menghampiri Alesha dan dia duduk di sebelahnya.

"Alesha sayang, kenapa kamu bertanya begitu nak?"

Tanya Aucha kepada anak perempuan kita satu-satunya yang mulai memiliki banyak rasa ingin tahu terhadap apapun yang dilihatnya.

"Iya bunda, soalnya kemarin dede lihat, mama papanya Diana jemput, terus papanya diana ngasih dede es krim, nah waktu papanya bicara, suaranya seperti perempuan, terus dede nanya sama Diana, kenapa papanya seperti perempuan? Diana bilang kalau papanya memang perempuan dan mamanya juga perempuan. Jadi bun, kalau dede sudah besar, dede bisa menikah dengan Diana ya? Ga usah dengan teman laki-laki dede?"

Aucha terlihat kaget dengan pertanyaan dari Alesha. Aucha kemudian mengelus-elus rambut Alesha yang kini sudah dikepang dua dengan poni yang menutup keningnya.

"Alesha cantik, kamu kan sekarang masih kecil dan masih sekolah. Jadi, jangan mikirin nikah segala ya. Nanti kalau Alesha udah besar, nanti bunda jelasin ya. Sekarang Alesha fokus aja belajar, ga usah tanya lagi kenapa papanya Diana itu perempuan. Nanti Alesha bingung sendiri."

Alesha tampak tidak puas dengan jawaban dari ibunya. Anak cerdas seperti Alesha tidak akan berhenti bertanya, sebelum mendapatkan jawabannya. 

"Tapi, kan dede mau tau. Kenapa perempuan harus menikah sama laki-laki bunda? Tapi, kenapa mama papanya Diana sama-sama perempuan?"

Alesha masih konsisten dengan pertanyaannya. Aku berusaha menelan dulu makanan yang terlanjur aku kunyah, agar aku bisa menjawab pertanyaan anakku itu.

"Itu kaum Nabi Luth. Kamu tanya aja sama guru ngaji. Kan ga boleh laki-laki suka sama laki-laki dan perempuan suka sama perempuan. Nanti Allah turunin hujan batu dari langit, terus dijungkir balikin itu tanahnya dan orang-orang itu mati deh dan nanti masuk neraka."

Aku sangat kaget mendengar jawaban spontan dari Subhi yang langsung menghakimi seperti itu. Alesha yang mendengarnya, tiba-tiba menjerit dan menangis. Dia lalu memeluk Aucha yang ada disampingnya.

"Dede kenapa nangis sayang?"

Tanya Aucha sambil memeluk dan mengelus Alesha yang ketakutan mendengar penjelasan dari Subhi.

"Dede takut."

Aku langsung berdiri dan menghampiri Subhi yang masih sibuk makan sereal.

"Kakak, lain kali jangan langsung ngomong begitu ya. Liat tuh dede jadi takut. Kakak jangan langsung bilang kalau orang ini berdosa dan orang ini tidak. Allah yang boleh menilai dan menghakimi. Nanti, kalau Kakak melihat kejadian seperti ini, jangan langsung berbicara seperti itu ya. Kaum Nabi Luth memang ada, tapi bukan berarti kita harus bilang seperti itu langsung, kalau melihat orang-orang yang menyukai sesama jenis. Itu ga baik ya sayang."

Subhi yang sedang makan sereal, kini lalu menatapku dengan serius. Dia seperti tidak setuju dengan pendapatku.

"Tapi, kata Ustad Imran begitu yah. Katanya Allah itu cuma menciptakan Adam dan Hawa, laki-laki dan perempuan untuk menikah dan punya anak."

Aku tidak mau membuat anak-anak bingung dengan banyaknya teori. Aku kemudian beranjak dan mengambil pompa angin, balon dan boneka kecil yang bisa digenggam dengan tangan.

"Anak-anak, sekarang liat ayah ya. Laki-laki itu seperti pompa angin dan perempuan itu seperti balon yang belum ditiup ini. Sekarang perhatikan baik-baik ya."

AUCHA (Idola yang Saling Jatuh Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang