PARANOID

67 11 0
                                    

“Aku mau hidup satu atap denganmu, jika kita sudah dekat dan mengenal lebih jauh satu sama lain. Kamu harus tahu semua tentang aku terlebih dahulu, begitupun aku yang ingin tahu lebih banyak tentang kamu. Sekarang, kita nikmati dulu prosesnya ya. Aku ga akan kemana-mana dan aku akan terus menyebut namamu dalam doa. Good night, have a nice dream. I love you.”

Itu adalah ucapan terakhirku kepada Aucha dihari sabtu malam. Setelah sebelumnya dia bertanya lebih jauh tentang usaha dan profesiku. Aku sudah menjelaskan semuanya kepadanya. Aku bahkan mengatakan bahwa aku tidak pernah menceritakan hal ini kepada siapapun, kecuali kepada Spider dan kepada dia. Aku memang paling malas bercerita tentang semua, di luar diriku sendiri. Aku hanya ingin dikenal sebagai seorang penulis dan dicintai hanya karena karya dan kepribadianku, itu saja. Aku ingin dicintai apa adanya dan tanpa embel-embel apapun yang melatar belakanginya.

***

[“Kalau kangen, kenapa ga hubungi aja?”]

Ucap Ay tiba-tiba, setelah aku bercerita bahwa Aucha belum menghubungiku sama sekali dihari minggu ini.

[“Engga ah, biarkan saja. Mungkin dia sedang sibuk.”]

Aku lalu merebahkan badanku di atas kasur dan memutar kembali rekaman ucapan suara dokter yang sempat membuatku sedikit paranoid sampai sekarang.

“Takutnya kalau ada apa-apa, tiba-tiba bisa langsung ga sadarkan diri. Soalnya kan racun ya, racunnya bisa langsung ke otak.”

Mendengar ucapan dokter yang seperti itu, aku menjadi merasa sedikit tidak tenang. Aku lalu mengambil air wudlu dan mulai meditasi.

“Mah, dulu itu Nabi Muhammad sempat diracun kan ya? Makanannya diracun sama orang Yahudi, tapi Nabi tidak langsung meninggal kan ya? Dia meninggal beberapa tahun setelah itu?”

Tanyaku kepada ibuku, setelah aku baru saja selesai bermeditasi.

“Iya, Rasulullah pernah memakan daging kambing yang telah diracun oleh seorang perempuan Yahudi. Namun, ketika Rasulullah baru makan sebagian, daging kambing itu memberitahu bahwa beliau telah diracun. Rasulullah memang menghentikan makannya, tapi sebagian racunnya telah masuk ke dalam tubuhnya. Rasulullah memang tidak meninggal saat itu juga, tapi beliau meninggal beberapa tahun setelah diracun. Kadang-kadang efek racun memang seperti itu. Tapi, semua memang sudah takdir. Kelak, kita pun juga akan begitu. Kita tidak akan pernah tahu akan meninggal dimana, dengan cara seperti apa dan pada usia berapa. Maka dari itu, kita harus mempersiapkannya dari sekarang.”

Setelah mendengar ucapan Ibuku, tiba-tiba perasaanku menjadi mellow, sehingga hari ini, aku belum sempat menulis apa-apa. Aku jadi lebih sering mendengar lagu, sambil berbaring. Aku bahkan belum sempat membalas semua pesan masuk dari handphoneku yang satu lagi, yang aku pakai untuk kegiatan bisnis. Sejak jatuh cinta dengan Aucha, aku memang lebih sering memegang handphone aku yang lain, yang sebetulnya bukan nomor utamaku. Ditambah sekarang aku sedang merasa mellow, sehingga aku belum ingin membahas urusan bisnis. Ini hari minggu, sehingga aku ingin bisa bersantai sesaat. Aku lalu mendengarkan lagu Kang Daniel, yang berjudul “PARANOIA” secara berulang-ulang. Lagu itu memang sangat mewakili apa yang aku rasakan saat ini. Sebetulnya aku sudah menyukai lagu itu sejak awal kemunculannya, namun entah mengapa hari ini, lagu itu seperti berbicara lebih benyak daripada biasanya.

=======================================

Siang hari sama gelapnya dengan malam

Semakin menakutkan

Di kamarku tanpa cahaya

Ini menjadi rutinitas

Apakah aku hanya gila atau terbangun

AUCHA (Idola yang Saling Jatuh Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang