Masalah Besar

22.7K 1.5K 43
                                    

Oslo

"Tepi, gue mau ngomong."

Mimi masih menatapku dengan wajah syok. Beruntung aku masih bisa mengendalikan diri, meski aku pun sama terkejutnya dengan Mimi.

Kenapa dia ada di sini?

Stevie harus punya penjelasan yang masuk akal.

Tanpa menunggu balasan Stevie, aku mendahuluinya keluar dari ruang meeting. Aku membawanya ke pantry, jauh dari Mimi.

"Apaan?" Tanya Stevie.

"Dia karyawan kita?" Aku masih berharap Stevie keliru atau mungkin aku salah dengar penjelasan Stevie barusan.

"Kan gue udah bilang ada anak baru mau masuk. Harusnya dia tanggung jawab lo." Stevie membalas sengit.

Saat membangun Creativa, aku dan Stevie berbagi tanggung jawab. Dia mengurus masalah kreatif dan produksi. Aku bertanggung jawab pada aspek bisnis.

Untuk urusan karyawan, juga menjadi tanggung jawabku. Namun, aku cukup kewalahan. Aku yang mengajukan untuk hiring HR agar bebanku bisa sedikit dibagi. Namun, aku sedang dalam tender besar sehingga melimpahkan tanggung jawab mencari HR manager dan staf GA kepada Stevie. Aku terima beres. Ketika dia bilang hari ini HR Manager akan masuk, aku terima-terima saja.

"Dia banget?"

"Lo ada masalah sama Miranti?" Stevie balik bertanya.

Jelas ada. Begitu Mimi keluar dari kamarku, aku yakin itu kali terakhir bertemu dengannya. Dia tidak berada dalam lingkup pertemanan, juga pekerjaan yang sama denganku. Itu yang membuatku akhirnya menurunkan perisai sehingga menerima tawaran one night stand itu.

Juga, tubuhnya yang menggiurkan.

Dan bibirnya yang enggak pernah berhenti mengoceh sehingga aku menciumnya.

She's cute.

Seharusnya aku belajar dari pengalaman. Perempuam seusia Mimi adalah masalah besar. Namun, malam itu aku berada di titik terendah setelah mengetahui kebohongan Rosie sehingga perisaiku luruh di hadapan Mimi.

Keputusan yang kuambil di saat sedang kalut, akibatnya mengikutiku hingga hari ini.

"Gue udah ngasih data dia, ngasih tahu hasil interview. Lo setuju sama Miranti. Apa lagi masalahnya?" Stevie menyecarku.

Dia benar. Aku sudah mempelajari datanya. Meski tidak interview langsung, aku membaca laporan Stevie. Dia yang paling menonjol di antara kandidat lain.

Aku mengingat CV Mimi. Namanya Miranti. Aku tidak mengaitkan antara Miranti dan Mimi. Aku mencoba mengingat fotonya. Sepertinya penampilannya berubah sehingga aku tidak mengenalinya.

Atau malam itu aku terlalu kalut sehingga tidak bisa mengingatnya dengan jelas.

"Wait, dia bukan selingkuhan lo, kan?" Tebak Stevie.

Aku memelotot ke arahnya.

"Temannya selingkuhan lo?"

"God damn it, bisa enggak lo berhenti bilang selingkuhan gue?" Labrakku.

Stevie memasang tampang tak peduli.

Bukan salahnya. Dia mengetahui aku selingkuh dengan Diana. Anak magang di kantorku yang lama.

Kalau aku benar selingkuh dengan Diana, aku tidak akan seemosi ini setiap kali disinggung soal kesalahan yang menyebabkan pernikahanku berakhir.

Itu sebelum aku tahu soal kebohongan Rosie.

"Jadi, apa masalah lo sama Miranti?"

Stevie akan mentertawakanku sampai kiamat kalau dia tahu aku pernah meniduri Mimi. Jadi, kusimpan rahasia itu rapat-rapat.

"Kalau gitu, enggak ada masalah kan? Kasihan anaknya sudah nunggu lama."

Stevie meninggalkanku yang masih sibuk mengutuk takdir yang mempermainkan hidupku.

Saat aku kembali ke ruang meeting dan disambut senyum lebar di wajah innocent Mimi, aku bertekad tidak akan melakukan kesalahan yang sama.

Mimi adalah terlarang untukku.

Namun, saat mataku tak sengaja melirik ke arah tubuhnya, payudaranya yang ranum itu begitu menggoda. Dia mengenakan bra hitam berenda yang terbayang samar di balik kemeja pink muda yang dikenakannya.

Payudara itu sangat pas di tanganku.

Juga puting cokelat yang selalu keras dan menantangku untuk menjilatnya.

Don't forget her pussy. Aku masih ingat rasanya ketika dia mencengkeramku erat sampai aku memuntahkan semua cairan spermaku. Tak ada yang tersisa.

She's a great disaster.

Aku memelotot ke arah Mimi, membuatnya menciut di kursi. Tidak peduli bahwa sikapku sangat tidak profesional, karena aku harus menegaskan pada diriku sendiri...

Mimi adalah buah terlarang dan aku harus menjaga jarak darinya agar tidak tergoda untuk mencicipi buah terlarang itu.

Yes, Baby! (Buku Kedua dari Yes Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang