For One Night Only

48.3K 1.5K 16
                                    

"Gue belum pernah one night stand." Pengakuan itu meluncur dari bibirku.

Oslo memainkan gelas bir di tangannya. Dia sedikit menelengkan wajahnya, seakan memberitahu bahwa dia mendengarkanku.

"Gue selalu serius tiap kali pacaran. Enggak main-main, makanya setiap kali putus, gue hancur sehancur-hancurnya," lanjutku.

Sebelum Drew, aku pacaran dengan Irgi selama empat tahun. Dia pacar pertamaku, kami kenalan sejak kuliah. Setelah lulus kuliah, aku yakin Irgi adalah jodohku. Namun, Irgi memutuskanku karena menurutnya pacaran begitu menyita waktu di saat dia tengah meniti karier.

Irgi juga menjadi patah hati pertamaku. Aku menangis berhari-hari, merasa duniaku seketika runtuh. Aku tidak yakin bisa jatuh cinta lagi.

Hingga akhirnya aku bertemu Drew. Ternyata aku bisa jatuh cinta lagi.

Dan patah hati lagi.

Kali ini, rasanya lebih menyesakkan dibanding saat Irgi memutuskanku.

"Cukup dua kali gue patah hati. Salah satu bucketlist yang gue punya, gue mau menikmati hidup. Enggak mau langsung jatuh cinta, apalagi pacaran. Gue mau lakuin apa yang belum pernah gue lakuin sebelumnya," lanjutku.

"Termasuk one night stand?" Tanya Oslo.

Sewaktu menyusun daftar tersebut, aku tidak setuju dengan ide ini. Namun, Nava dan Pat meyakinkanku bahwa ini salah satu cara untuk mengambil kembali kendali diriku. Aku masih ragu, sehingga meletakkannya di urutan terakhir karena mustahil terjadi.

Mau one night stand dengan siapa?

Setelah menghabiskan sore bersama Oslo, daftar keinginan itu tidak bisa beranjak dari benakku.

Aku menghela napas panjang dan beringsut mendekati Oslo.

"Sex with me," bisikku.

Jika Oslo terkejut, dia tidak menunjukkannya. Wajahnya terlihat sangat datar.

"Lo benar, karena sekarang gue sudah memohon mau ngerasain kontol lo. So, sex with me?" Ulangku.

Oslo meletakkan gelas berisi bir di atas meja, sebelum memutar tubuh untuk menatapku.

"Lo jangan asal ngomong," timpanya.

Di atas kertas, Oslo akan menjadi pasangan one night stand yang tepat. Dia berpengalaman dan tentunya tidak akan menimbulkan masalah jika dia menghabiskan malam ini denganku. Itu yang kubutuhkan agar tidak ada drama yang mengikuti di kemudian hari.

"Why?" Tanyanya.

"Pertama, gue mau rasain sensasi one night stand. Kedua, kita stranger. Kemungkinan untuk ketemu lagi enggak ada. Ketiga, lo enggak akan melihat lebih dari sekadar seks sesaat." Aku memberikan argumen.

"Argumen yang masuk akal."

Aku mengangguk.

Lama Oslo menatapku sebelum akhirnya dia membuka mulut. Jarinya terangkat dan tertuju ke arahku.

"Pertama, this is only for one night. No call. No text. Oke?" Tegasnya yang kujawab dengan anggukan. "Kedua, lo bisa mundur kapan aja."

Aku kembali mengangguk.

"Jadi?" Kilat di mata Oslo membuatku terperangkap.

Sekali lagi, aku mengangguk. "Sex with me."

**

Oslo menendang pintu di belakangnya hingga tertutup sebelum dia mendorongku ke dinding. Bibirnya membungkamku, melumatku dengan kasar dan menggebu-gebu. Sementara tangannya menggerayangi tubuhku.

Yes, Baby! (Buku Kedua dari Yes Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang