Lose or Win

25.1K 1.2K 24
                                    

"Sengaja banget duduk di sini?" Tanya Oslo.

Aku menyengir tanpa ada perasaan bersalah sedikit pun. "Yup."

Dengan santai aku menarik kursi di sebelah Oslo, sebelum ada yang menempati kursi itu. Kalau Oslo keberatan, dia bisa pergi. Nyatanya dia tetap bergeming di tempat.

Makan malam kali ini berlangsung di pinggir pantai. Seafood yang tumpah ruah membuar air liurku menetes. Aku yakin berat badanku akan bertambah sekembalinya ke Jakarta, tapi aku enggak peduli.

Itu urusan nanti. Yang penting sekarang hanya ada makanan enak di depan mata.

Dan seks panas dengan Oslo.
Aku terkikik saat mendengarkan isi pikiranku sendiri.

"Kenapa ketawa?" Tanya Oslo.

Aku sengaja menopang pipi dengan tangan sehingga bisa menatap Oslo. "Mau tahu aku lagi mikirin apa?"

Oslo mendesah. "Nyesel udah nanya."

Aku kembali tertawa. Meski begitu, aku tetap berniat untuk menggodanya. "Lagi mikirin, nanti Mas Oslo bakal pakai gaya apa?"

"Ngarep?"

"Menurutmu?"

Oslo menatapku dengan mata menyipit. Pencahayaan yang seadanya membuatku kesulitan membaca arti air mukanya.

"Sudah ketagihan?" Tanyanya lagi.

"Maybe."

Oslo menyunggingkan sebaris senyum tipis. "Awalnya ketagihan, awas lama-lama jadi suka," kekehnya.

Aku mencibir. "Not in a million ways aku bakalan suka sama om-om."

Dengan sebelah alis terangkat, Oslo seakan menantangku. "Yakin? Padahal udah begging mau kontol."

Aku meninju pelan lengannya. "Kalau itu, sih emang suka. Kalau yang lain?" Aku menggeleng. "No, thanks."

Oslo tertawa, jenis tawa ringan yang meledekku. "Awas jilat ludah sendiri."

Aku menggeleng kencang. "Aku paham Mimi itu kayak apa. Kalau aku beneran suka sama Mas Oslo, aku enggak akan bersikap lantang kayak gini."

"Terus, kenapa mau ditiduri."

"Soalnya enak." Aku terkekeh.

Oslo menjentikkan jarinya. "Bermula dari sana, lama-lama bisa suka."

Aku sengaja menggigit jarinya yang teracung di depanku, membuat Oslo tertawa.

"Mau taruhan? Kali aja Mas Oslo yang suka beneran sama aku," tantangku.

"Udah dua kali ya, Mi, kamu mengajak taruhan yang kamu sendiri bakal kalah." Oslo terkekeh.

Aku sengaja memasang wajah keras dan serius. "I'm just having fun with you."

Sekali lagi, Oslo menjentikkan jarinya di depanku. "Semua berawal dari senang-senang, Mi."

Aku menatapnya dengan mata menyipit. "Aku tahu. Mas Oslo khawatir kita having fun dan nanti Mas Oslo malah beneran suka? Kayak dulu sama Rosie? Sama selingkuhan Mas Oslo juga?" Tantangku.

Oslo tidak menjawab. Dia hanya menatapku tajam. Kali ini, meski dengan penerangan seadanya, aku bisa melihat ekspresinya yang mengeras.

"You will fall for me. Ketika hari itu datang, aku enggak mau bertanggung jawab kalau kamu patah hati," desisnya.

"Nope. Never." Aku bersikeras.

Oslo menyunggingkan senyum menantang. Aku menguatkan diri untuk membalasnya, tidak ingin dia tahu kalau ucapannya menghadirkan sedikit ragu di hatiku.

Yes, Baby! (Buku Kedua dari Yes Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang