Bali Breeze

32.8K 1.5K 22
                                    

Hands down. Last night was the best kiss I've ever had.

Bukannya aku punya banyak perbandingan. Sekalinya menjalin hubungan, biasanya bertahan lama. Enggak heran kalau referensiku sedikit.

Laki-laki terakhir yang kucium adalah Drew. Semua hal tentang Drew adalah kesalahan fatal yang seharusnya tidak perlu diungkit. Bahkan mengingatnya saja membuatku merasa sudah menyia-nyiakan waktu. Meski, aku tidak bisa memungkiri bahwa ciuman Drew menjadi salah satu faktor perekat hubungan kami, juga membuatku menangisi kebohongan Drew yang menyebabkan hubungan tersebut berakhir.

Dalam semalam, Oslo berhasil menghapus semua ingatan akan Drew.

Ciuman itu begitu tiba-tiba. Sedikit pun, aku tidak menduga dia akan memutus jarak secepat itu. selama beberapa detik, tubuhku hanya bisa terpaku. Diam beku seperti patung. Aku baru tersadar ketika merasakan telapak tangan Oslo menahan bagian belakang kepalaku. Napasnya sedikit berbau alkohol, tapi tak lantas membuatku menarik diri.

Malah sebaliknya, aku membuka bibir dan membalas ciuman Oslo.

Ini juga pengalaman pertamaku. Kissing with stranger.

He's practically a stranger. Semalam adalah pertemuan pertama dengannya. Pertemuan yang tidak sampai satu jam, tapi berakhir dengan lidahku berpagut dengan lidahnya.

Bohong jika aku bilang ciumannya hanya sekadar angin lalu. He was a great kisser. Aku bisa merasakan betapa dia mendominasi ciuman itu. Dia yang mengambil inisiatif, dia juga yang mengarahkanku untuk membalas ciumannya sesuai keinginannya.

Rasanya, aku tidak ingin waktu berakhir. Ciuman bersama Oslo berhak masuk ke dalam daftar hal-paling-menyenangkan-yang-pernah-terjadi-dalam-hidupku. Isi daftar tersebut baru sedikit, aku membuatnya tak lama setelah putus dari Drew untuk mengingat bahwa hidupku terlalu berarti untuk dihabiskan dengan menangisi manusia sialan satu itu. Sekarang, ciuman Oslo berada di daftar teratas.

Dia yang memulai, dia juga yang mengakhiri. Dengan tiba-tiba. Satu detik yang lalu dia melumat bibirku tanpa ampun, detik setelahnya dia melepaskanku. Oslo memasang postur tegak. Dari penerangan seadanya, aku bisa merasakan tatapannya yang tajam.

"I know you were a trouble," gerutnya.

Aku memaksakan diri untuk tersenyum meski dalam hati rasanya ingin melompat ke pangkuannya dan kembali merasakan bibirnya. Namun, aku menahan diri. sumpah demi Tuhan, ini ujian yang sangat berat.

"Am I worth of trouble?" tantangku.

Sebaris senyum miring terukir di wajahnya. dia tidak bicara apa-apa lagi, sampai akhirnya dia meninggalkanku sendiri.

He kissed like an animal. I wonder how does it feel when he fucks.

Aku mengutuk diriku sendiri. Sepertinya Drew terlalu menguasaiku, sampai-sampai setelah kepergiannya aku tidak bisa berpikir jernih. Aku kehilangan diriku yang dulu. Karena sekarang, aku malah memikirkan banyak hal tentang Oslo.

"Earth to Mimi." Teriakan Nava mengembalikanku ke masa sekarang. Aku menatap sekeliling-La Brisa yang ramai di sore ini, matahari yang meninggalkan semburat oranye saat akan tenggelam, musik menghentak disela tawa dan suara bising yang membuat beach club ini begitu hidup.

Aku ada di La Brisa. Bersama kedua orang teman baikku, nava dan Pat. Namun hanya tubuhku saja yang berada di sini karena pikiranku masih tertinggal di pesta semalam.

"Jadi, siapa cowok yang ciuman sama lo semalam?" Pat menatapku dengan penuh ingin tahu.

Aku berjengit saat mendengar pertanyaan Pat. "Maksud lo?"

Yes, Baby! (Buku Kedua dari Yes Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang