(Not Your) Sugar Baby

30.3K 1.6K 38
                                    

Pengalaman kerjaku belum begitu banyak. Sebelum di Creativa, aku hanya bekerja di satu perusahaan. Itu pun lebih banyak makan hati. Meski tidak punya banyak perbandingan, tapi aku jauh lebih menyukai pekerjaanku di agensi ini.

Ada banyak hal yang bisa membuatku betah bekerja. Rekan kerja yang suportif dan menyenangkan salah satunya. Rekan kerjaku masih muda-muda, sangat bersemangat dan begitu berapi-api, membuatku ikut terpacu memberikan yang terbaik.

Atasanku juga sangat suportif. Aku mengesampingkan fakta bahwa Oslo menarik hatiku, tapi dia benar-benar tipe atasan idaman. Terlepas dari wajah masamnya, dia adalah atasan yang bisa membuat siapa saja betah bekerja dengannya. Dia memberikan banyak tantangan, tidak sering ikut campur, tapi selalu siap sedia jika dibutuhkan.

Dari hari ke hari bekerja dengannya membuat nilainya di mataku terus bertambah. Namun juga membuatnya semakin jauh dari sosok yang kukenal saat di Bali. Aku tidak pernah menemukan sosok Oslo yang menyedihkan selama bekerja dengannya. Seolah-olah Oslo yang kutemui di Bali berasal dari dunia lain.

Aku sering mencuri lihat ke ruangannya. Di saat dia memasang wajah serius, itulah titik lemahku saat ini. Aku pernah berhadapan dengan aneka ragam jenis Oslo–Oslo yang berwajah masam dan sedikit menyebalkan, Oslo yang menebarkan feromon ketika bersimbah keringat saat berolahraga, juga Oslo yang playful saat bersama karyawannya. Semuanya membuatku tertarik. Namun, kelemahanku adalah saat Oslo memasang wajah serius, kerutan dalam di kening, dan jarinya yang selalu bergerak mengetuk pipinya setiap kali berpikir keras.

That’s my major turn on.

Karena wajah serius dan keras itu hanya mengingatkanku pada Oslo yang bercinta dengan panas dan liar.

Masalahnya, aku sering melihat Oslo dalam mode serius seperti ini. Artinya, keinginan untuk kembali menghabiskan waktu bersama Oslo semakin menjadi-jadi.

Aku ingat ucapannya kemarin, ketika dia mengutarakan hal yang sangat sensual. Otakku langsung berhenti bekerja sehingga aku hanya bisa melongo di hadapanya. Aku malah buang-buang waktu, karena setelah lima detik yang terasa seperti selamanya, Oslo meninggalkanku. Reggie sampai harus mengagetkanku karena aku masih mematung di tempat.

Semalam, aku mengalami mimpi yang sangat erotis. Mimpi yang membuatku frustrasi karena ingin merasakan orgasme yang sudah berbulan-bulan absen dari hidupku.

Akibatnya, sepanjang hari ini, aku sering mengangkat wajah untuk mengintip Oslo.

Aku terkesiap saat Oslo mengalihkan perhatian dari laptopnya. Saat dia mengangkat wajah, matanya langsung menangkap basah aku tengah memperhatikannya. Meski ada jarak dengannya, bahkan ada dinding kaca yang membatasi, aku merasa gelisah. Tubuhku mendadak merasa gerah karena tatapan Oslo yang membakar.

Dia tidak segera mengalihkan perhatian. Dia juga tidak menatapku dengan wajah masam seperti biasa. Tatapannya yang membara kembali melemparkan ingatanku akan malam panas yang kulewatkan di Bali.

Oslo pernah menyuruhku untuk melupakan kejadian itu, tapi aku tidak akan pernah bisa lupa. Bagaimana aku bisa lupa sementara setiap hari kehadirannya hanya mengingatkanku akan apa yang dibutuhkan tubuhku?

Oslo bersandar ke kursinya. Dia mengatupkan kedua tangan di bawah dagu. Tatapannya tidak beranjak dariku. Perlahan, dia menarik bibir membentuk senyum tipis yang terlihat sinis di wajahnya. Sebelah alisnya terangkat.

Seakan dia tengah menantangku untuk menghambur ke pelukannya.

Aku mengusap leher, berusaha meredam rasa gelisah yang menguasaiku. Ini tidak boleh dibiarkan. Bisa-bisanya aku turn on hanya karena tatapan seperti itu?

Menyerah kalah, aku menunduk dan kembali fokus pada pekerjaan. Namun, konsentrasiku buyar. Aku melawan keinginan untuk kembali menatap Oslo. Pertentangan itu begitu kuat, hingga aku kembali kalah. Aku mengangkat wajah dan mendapati Oslo masih menatapku. Senyuman sinis di wajahnya membuatku semakin gelisah.

Yes, Baby! (Buku Kedua dari Yes Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang