-31-

722 109 14
                                    

Baru saja beberapa jam, kelas Rose akhirnya berakhir karena sang donsen punya urusan yang harus diselesaikan.

"Jangan sekarang" gumam Rose ketika kepalanya mula merasa nyeri. Dengan buru buru dia menggendong tasnya dan berlalu ke toilet tanpa mempedulikan Hyeri yang menatap kepergiannya dengan tatapan bingung.

Setibanya ditoilet, Rose kembali mimisan. Dia menatap pantulan dirinya dicermin. Wajahnya benar benar pucat dengan darah yang terus mengalir keluar dari hidungnya.

"Sshhh" ringisnya kesakitan.

Brukk

Karena tidak mampu menahan rasa sakit dikepalanya lagi, Rose terduduk lemes dilantai toilet. Untung saja toilet itu sepi jadi tidak ada yang bisa melihat kondisi yang kacau itu.

Ceklekk

Pintu toilet yang dibuka dari luar membuatkan Rose menelan ludahnya dengan kasar.

"Rosie!? Lo kenapa!?" Jennie, sosok itu bergegas berjongkok disamping Rose. Dia mengeluarkan tisue dari tasnya dan menyumpalkannya dihidung Rose yang masih mengeluarkan darah itu.

Rose mencengkram tangan Jennie ketika rasa sakit dikepalanya semakin kuat.

Mata Jennie berkaca kaca. Dia benar benar khawatir saat ini "Rosie, lo kenapa" lirihnya.

"O-obat gue" ujar Rose memejamkan matanya.

"Obat?" Walaupun bingung, Jennie tetap mencari keberadaan obat didalam tas Rose. Setelah menemukan botol obat, dia bergegas memberikannya kepada Rose. Tidak lupa juga dia mengambil air putih dan memberikannya kepada Rose.

Dengan bantuan Jennie, Rose mula meminum obatnya itu.

Akhirnya setelah beberapa menit, rasa sakit dikepalanya mula berkurang.

"Terima kasih" ujar Rose menatap Jennie dengan lemes.

"Rosie, lo kenapa? Ini bukan kali pertamanya lo mimisan. Itu obat apa?" Tanya Jennie.

"Bukan apa apa kok Jen. Gue hanya capek" sahut Rose berbohong.

Jennie menghela nafasnya dengan kasar. Dia memegang kedua pundak Rose "Gue sudah menganggap lo seperti adek gue sendiri. Tolong jujur sama gue Rosie"

Mata Rose berkaca kaca. Secara tiba tiba dia memeluk Jennie dengan erat bahkan dia sudah menangis didalam dakapan Jennie "Hiks gue sakit Jen. Tumor otak. Hiks hidup gue sudah tidak lama" isaknya.

Jennie terbeku. Jantungnya seakan ditancapkan oleh sesuatu yang tajam "T-tidak mungkin" lirihnya.

Dia membalas pelukan Rose tidak kalah eratnya "Lo harus sembuh Rosie. Lo harus bertahan demi gue sama yang lain. Jisoo juga pasti tidak ingin lo menyerah"

Rose melepaskan pelukan itu dan menatap Jennie "Tolong jangan ngomong sama siapa siapa soal ini. Hanya Chan Oppa sama lo yang tahu"

"Kenapa? Jisoo harus tahu"

"Gue tidak mau Jisoo sedih Jen. Hati gue sakit melihat dia sedih gara gara gue. Biar saja gue menanggung semua ini sendirian"

"Tidak Rosie. Lo tidak akan menanggung semua ini sendirian karena lo punya gue. Gue akan terus disamping lo"

"Gomawo Jennie-ah"

"Apa lo masih ada kelas?"

Rose menggeleng "Donsen gue punya urusan makanya kelas gue sudah berakhir"

"Ya sudah, ayo ke kantin. Kelas gue dibatalkan jadi kita bisa menunggu dikantin saja" ujar Jennie membantu Rose bangkit.

Rose menghampiri wastafel dan membersihkan sisa darah yang masih mengotori hidungnya itu.

"Ayo pergi" ujarnya lalu berganjak pergi bersama Jennie.



Setibanya dikantin, mereka langsung memesan makanan sambil menunggu yang lain tiba.

"Apa lo hanya meminum obat untuk kesembuhan lo?" Tanya Jennie.

Rose menggeleng "Kemarin gue sudah menjalani kemoterapi kok. Chan Oppa yang menemani gue"

Jennie mengelus kepala Rose "Gue juga akan menemani lo. Kabarin gue saja pas lo ada jadual kemoterapi ya" ujarnya dibalas anggukan dari Rose.

"Ternyata kalian sudah disini!" Terlihatlah Seulgi bersama yang lain menghampiri mereka.

"Ngapain lo elus elus kepala pacar gue?" Tanya Jisoo berganjak duduk disamping Rose.

"Kenapa? Lo cemburu?" Sahut Jennie.

"Iya lah. Hanya gue yang bisa" sahut Jisoo memeluk pinggang Rose.

Jennie memutar bola matanya dengan malas "Bodo amat. Andai saja gue cowok, sudah lama gue jadikan Rose pacar gue"

"Wahh dasar" gerutu Jisoo "Lim, jagain pacar lo tuh"

"Huh? Apa apa?" Sahut Limario pura pura tidak peduli.

"Awas saja lo. Gue gundulin juga kucing lo!" Ancam Jisoo.

"Enak saja lo. Tidak akan gue biarkan hal itu terjadi ya!" Sahut Limario.

"Nan-"

"Alvero" panggil Rose dengan datar.

Jisoo cengesan "Iya Sayang?"

"Masih mau berdebat?" Tanya Rose.

"Hehe tidak kok" sahut Jisoo mengecup pipi gembul Rose dengan manja.

"Ngomong ngomong, gimana sama cewek gatal itu? Apa dia masih mengganggu kamu?" Tanya Rose serius.

"Tidak kok. Tadi dia menghampiri aku tapi aku tidak peduli sama dia" jujur Jisoo.

Rose mengelus pipi Jisoo "Bagus Chu. Pokoknya kamu harus jauh jauh dari cewek gatal itu kalau kamu tidak mau aku menjadi macan!"

"Gue malah tidak sabar menunggu tupai menjadi macan" timpal Limario.

"Nah, benar tuh" sambar Mingyu.

"Mendingan jangan ditunggu deh. Lo tidak akan sanggup melihat tupai menjadi macan. Galaknya bahkan lebih galak dari Jennie" ujar Jisoo.

"Kok gue!?" Protes Jennie.

"Lo memang galak Jen. Kucing oren bukan?" Sambar Joy terkekeh kecil.

Jennie menggerutu "Dasar!" Kesalnya.














Tekan
   👇

I'm Your BAD BOY✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang