-45-

917 131 36
                                    

Tidak terasa, sudah hampir 1 bulan Rose masih belum sadarkan dirinya bahkan kini para sahabatnya sudah menyelesaikan kuliah mereka semester pertama.

Kondisi Rose masih sama dan tidak ada tanda tanda untuk dia segera sadar. Dokter Julia bahkan sudah memberikan pilihan kepada mereka untuk melepaskan Rose pergi dengan mencabut alat penunjang hidupnya atau menunggu dan membiarkan tubuh Rose sendiri yang menyerah.

Sudah pasti Jisoo bersama yang lain memilih opsi kedua dimana tubuh Rose harus tetap bertahan karena mereka belum siap untuk kehilangan Rose.

Sekarang, didalam ruang inap Rose hanya ada Chanyeol bersama sahabat sahabat Rose. Orang tua Jisoo baru saja berpamitan untuk pulang karena ada pekerjaan yang harus mereka uruskan.

"Gue sudah bikin keputusan" semua pandangan sontak tertuju kearah Chanyeol yang bersuara "Mendingan kita melepaskan saja Rose pergi"

Deg

"Tidak!" Bantah Jisoo dengan cepat "Rose tidak akan kemana mana! Dia akan terus disini bersama kita!"

"Tolong mengerti Jisoo-ya!" Sentak Chanyeol "Sampai kapan kita ingin membiarkan Rose merasakan kesakitan? Rose sudah tidak mampu bertahan lagi! Gue sebagai abang Rose merasa sakit ketika melihat tubuh kurusnya yang harus dipenuhi kabel kabel yang menyakiti tubuhnya" suara Chanyeol melemah diakhir kata. Cowok itu sudah tidak mampu menahan air matanya lagi.

Dia bukannya ingin sang adek pergi namun jika sang adek harus merasakan kesakitan, mendingan dia melepaskan saja kepergian adeknya itu agar adeknya tidak lagi merasakan kesakitan.

Brukk

Jisoo bersimpuh didepan Chanyeol "Gue mohon sama lo, tolong biarkan Rose berjuang lagi. Gue yakin dia tidak akan menyerah. Dia pasti akan sadar untuk kita semua. Sekarang dia lagi berjuang. Gue mohon"

"Tapi sampai kapan Ji? Lo tega melihat Rose kesakitan seperti itu?" Lirih Chanyeol.

"Gue tidak tega Hyung. Andai bisa, biarkan saja gue yang menanggung segala rasa sakitnya. Tapi gue memang benar benar tidak sanggup untuk kehilangan dia. Gue mohon, tolong biarkan Rose berjuang lagi" lirih Jisoo diakhir kata.

Chanyeol mengusap wajahnya dengan kasar. Tanpa bersuara, dia berganjak keluar dari ruangan itu.

"Ji, apa yang dikatakan oleh Chanyeol Hyung itu benar kok. Mendingan lo fikirin ya" ujar Seulgi mengusap punggung Jisoo.

Jisoo bersandar didinding dan mengusap wajahnya dengan kasar "Tuhan, tolong mampukan aku untuk melupakan dirinya. Aku tidak siap untuk kehilangan dia" lirihnya.

Mereka semua memandang Jisoo dengan iba.

Bersamaan dengan itu, jari sosok yang ditunggu oleh mereka itu perlahan lahan bergerak.

"G-gue tidak salah lihat bukan?" Gumam Yeri kembali fokus menatap kearah jari Rose "Omo! Jari Rose Eonnie bergerak!" Hebohnya.

Buru buru mereka semua menghampiri Rose "Sayang" panggil Jisoo mengelus pipi Rose.

"Gue panggilkan Dokter" ujar Limario lalu berganjak keluar dari ruang inap itu.

Tidak butuh waktu yang lama, dia kembali bersama Dokter Julia dan tidak lupa juga dengan sosok Chanyeol yang mengikuti mereka.

"Ada apa Lim?" Tanya Chanyeol takut.

"Jari Rose bergerak Hyung" sahut Limario.

Dokter Julia mendekati Rose dan mula memeriksa pasiennya itu. Senyumannya sontak muncul membuatkan yang lain menatapnya dengan bingung "Rose sudah melewati masa kritisnya. Beberapa menit lagi dia akan sadar"

Kabar bahagia itu sudah pasti membuatkan yang lain tersenyum haru.

"Jadi sekarang adek saya sudah sepenuhnya sembuh Dok?" Tanya Chanyeol.

"Iya. Tumornya sudah dibuang dan dia hanya perlu menjalani fasa pemulihan" sahut Dokter Julia.

"Terima kasih Dok. Semuanya berkat bantuan Dokter" ujar Chanyeol dengan tulus.

Dokter Julia tersenyum "Ini sudah menjadi tugas saya. Lagian saya senang ketika pasien saya sembuh" setelah itu, dia akhirnya berlalu pergi dari sana.

"Terima kasih Jis. Kalau bukan gara gara lo, mungkin gue sudah membiarkan Rose pergi" ujar Chanyeol mengusap pundak Jisoo.

"Itu karena gue percaya kalau Rose tidak akan meninggalkan gue" ujar Jisoo menatap Rose dengan senyuman harunya.

Bersamaan dengan itu, perlahan lahan Rose membuka matanya membuatkan mereka meneteskan air mata.

"Rose" panggil Chanyeol dengan lembut.

Rose menatap Chanyeol dengan lemah. Ingin sekali dia memanggil sang Oppa namun suaranya seakan tidak ingin keluar.
Dengan tenaga yang lemah, Rose mengangkat tangannya dan mengelus pipi Chanyeol. Dia bersyukur karena diberi kesempatan untuk hidup dan menemani sang Oppa.

"Eomma, Appa, terima kasih karena menyadarkan aku kalau aku masih harus berjuang demi Oppa" batin Rose.

Chanyeol memegang tangan Rose yang berada dipipinya itu. Dia menangis haru karena bisa merasakan usapan lembut dari adeknya itu lagi "Tuhan, terima kasih karena memberikan peluang untuk adekku"

"Sayang" panggil Jisoo.

Rose akhirnya beralih menatap Jisoo, cowok yang masih berada dihatinya itu. Namun setelah beberapa detik, dia mengalihkan pandangannya. Walaupun masih samar, dia tetap mengingati apa yang terjadi sebelum dia masuk kerumah sakit. Dengan jelas dia masih bisa merasakan kekecewaan yang sudah Jisoo lakukan kepadanya itu. Untuk sekarang biarlah dia menjauh dari Jisoo duluan untuk menyembuhkan luka dihatinya itu.





















Roje be like: "Mana nih yang mau traktir gue makan pas gue bangun?" 🤔

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Roje be like: "Mana nih yang mau traktir gue makan pas gue bangun?" 🤔




















Ngomong ngomong, Readers aku ada yang dari Malaysia gak si?


Tekan
   👇

I'm Your BAD BOY✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang