19. SEMUA TENTANG BIRU.

17 6 0
                                    

Haloo

Sebelum baca jangan lupa vote ya guys gratis kok

Jangan lupa follow akun kita juga

Tiktok: storyjazlyn_
Instagram: @storyjazlyn_

Happy reading

"Bunda gak nyangka kalo nama kamu sama Biru bener bener secocok itu," ucap Bunda.

Pelangi tersenyum. "Awalnya juga Pelangi gak nyangka bakal sama Biru bun," candanya.

"Tapi bener tau, kalian cocok banget." Ucap bunda.

"Bunda bisa aja, makasih bunda,"

Bunda Biru benar benar seceria ini kah? Kenapa anaknya itu kadang cuek banget kadang manis banget. Kayanya manisnya Biru turun dari bunda deh.

"Kalo Biru bikin kamu nangis kasih tau bunda ya, biar nanti bunda hajar anak itu." Pelangi tertawa pelan.

"Siap bunda, tapi Biru gak pernah bikin Pelangi nangis kok, dia baik bun, Pelangi aja masih gak percaya Biru jadi pacar Pelangi." Jelasnya.

Kaila tersenyum. "Bagus kalo dia gak bikin kamu nangis, Biru sering bikin Pelangi kesel gak?" Tanyanya.

"Enggak bun, kalo bikin kesel juga cuman bercanda aja kok, soalnya kadang Biru itu anaknya canggung banget kadang aku jailin juga bunda." Jelasnya.

"Kamu gak tau aja Pelangi, Biru itu anaknya jail banget sama Senja. Senja aja sampe nangis dijailin kakanya, kadang bunda pusing sama kelakuan anak bunda yang satu itu." Pelangi mengangguk paham.

"Kamu kalo dijailin, jailin balik aja terus biar tau rasa dianya." Ucap bundanya.

Namun saat perbincangan itu sedang berlanjut. Pintu utama terbuka oleh seseorang gadis dengan pakaian SMP nya.

"Senja pulang," ucapnya.

"Eh ada tamu," ucap Senja tersenyum malu. Berjalan ke arah bunda dan Pelangi, menyalimi tangan itu.

"Ade, kenalin pacarnya kaka biru nih." Kaila mengenalkan putrinya kepada kekasih putranya itu.

"Hai kak, aku senja." Ucapnya memperkenal kan diri.

Pelangi tersenyum. "Hai juga aku Pelangi," ucap Pelangi menperkenalkan diri.

"Aduh bun, namanya bagus Pelangi, pantes aja kak Biru suka kak Pelangi," ucap Senja pada sang bunda.

Pelangi dan bunda tertawa. "Makasih, nama kamu juga bagus Senja." Pujinya.

"Ade ganti baju dulu ya nanti makan, sekalian panggil kak Biru. Kenapa lama banget ganti bajunya," titah kaila.

"Siap bunda!" Senja memberikan hormat dan berpamitan untuk membersihkan diri pada Pelangi.

Sabiru yang sedang membenarkan mainan pemberian ayahnya itu tidak sengaja ia menyengolnya dan terjatuh hinga menjadi tangan robotnya itu copot.

"Ayolah, jangan rusak," ucapnya terus membenarkan mainan itu.

Yah, Biru beneran gak sengaja. Eluhnya.

Tadi sang adik memberitaunya bahwa bunda dan Pelangi sudah menunggunya namun Biru masih belum beranjak dari kamarnya.

Tok tok tok

"Biru, ayo kita makan dulu." Panggil sang bunda.

"Sebentar bunda, Biru lagi beberin mainan Biru!" Jawab Sabiru.

Kaila mengerutkan keningnya. "Buka pintunya dulu!" Titah bundanya.

Sabiru lantas berdiri dan berjalan membuka kunci pintu kamarnya. Menarik sang bunda untuk melihat mainan yang tidak sengaja ia sengol.

"Bun, mainan dari ayah. Biru gak sengaja nyengolnya. Gimana bun? Biru takut ayah marah," ucap Sabiru meminta bantuan karna ia begitu sangat panik dengan mainanya yang rusak itu.

Kaila mengusap pundak putranya. "Jangan panik gitu, kamu benerinya pelan pelan dong. Kalo panik sama tangan kamu gemetar gitu ya gak akan bener mainanya."

"Nanti benerinya selesai makan, kita makan dulu nanti kamu boleh benerin lagi mainanya ya," Sabiru menghembuskan nafas gusar ia msngangguk dan mengikuti sang bunda untuk makan terlebih dahulu.

Berbincang sebentar dengan makanan yang sudah bunda siapkan. Setelah selesai Pelangi membantu bunda membereskan piring kotor dengan Senja.

"Pelangi, kalo mau ke Sabiru, kekamarnya aja ya. Biru lagi benerin mainanya yang rusak dikamarnya," ucap Kaila memberi tau.

"Gak papa bun?" Tanyanya tidak enak.

"Gak papa, disamping kamar Biru ada kamar Senja kok," Pelangi mengangguk lantas melangkahkan kakinya menuju lantai 2 dimana kamar Biru berada.

Pintu berwarna putih yang ia pastikan adalah kamar Biru itu terbuka dengan lebar menampakan kamarnya yang bersih dan terjaga.

Sabiru sedang mendudukan dirinya dikarpet berbulu didepan kasurnya. Pelangi melangkah pelan dan mendudukan dirinya disamping Sabiru.

"Belum selesai?" Tanya Pelangi.

Sabiru yang baru saja menyadari kehadiran Pelangi menoleh dan menganggukan kepalanya.

"Pelan pelan makanya benerinya," ucapnya lantas Sabiru menyandarkan dirinya dikasur yang mereka belakangi.

Sabiru sadar sejak tadi ia membenarkan mainan miliknya itu tidak hati hati. Sejak tadi ia hanya panik apa ayah akan marah padanya jika mainan itu rusak? Yang dipikiran Sabiru hanya itu.

"Coba pelan pelan benerinya tanpa panik gitu, pasti bener." Ucap Pelangi dengan lembut seraya mengenggam tangan Sabiru yang dingin.

Sabiru menarik nafas sejenak lalu kembali membenarkan mainan itu dengan perlahan. Dan benar saja, tangan robot yang copot itu bisa terpasang dengan sempurna.

"Tuhkan bener lagi deh," ucap Pelangi dengan senyuman.

Sabiru tersenyum lantas mengusap puncak kepala Pelangi. "Makasih," ucapnya.

Pelangi mengangguk sebagai jawaban. "Mainan dari siapa?" Tanya Pelangi.

"Dari ayah," jawabnya dengan menatapnya.

"Mainanya kaya masih baru," mainan milik Biru itu terlihat masih sangat baru.

"Enggak, ini udah lama sekitar 11 tahun yang lalu," ucapan Sabiru itu membuat Pelangi kaget bukan main.

"Kamu serius? 11 tahun yang lalu?" Tanya Pelangi memastikan.

Sabiru mengangguk sebagai jawaban. "Ini udah lama, tapi keliatan baru karna selalu dipajang sama dibersihin sama aku. Makanya masih bagus," jelas Sabiru.

"Keren banget, aku punya mainan paliangan besok atau lusa pasti udah rusak," beritaunya.

"Ini mainan spesial soalnya. Aku sayang banget robat ini," jelasnya.

Pelangi mengangguk. "Sayang robotnya atau sayang akunya?" Tanya Pelangi.

Sabiru tertawa lantas mengusap puncak kepala perempuan itu dengan lembut. "Beda sayang," jawabnya membuat Pelangi terdiam.

"Dia kan benda mati kalo kamu kan benda hidup," jelasnya.

Pelangi menganggukan paham seraya tersenyum.

Sabiru memang selalu bisa membuatnya tergila gila.

"Kamu sering ngerokok Biru?" Tanya Pelangi setelah melihat asbak yang berada dikamarnya banyak sekali puntung rokok.

Sabiru paham apa yang Pelangi maksud. "Jarang, kalo lagi stres aja baru." Jawabnya dengan jujur.

Sabiru kadang tidak memiliki pelampiasan hingga berakhir mengunakan jalur aman yaitu merokok.

"Gak boleh?" Tanya Biru.

"Boleh aja, tapi jangan terlalu berlebihan kaya gitu. Gak baik," jelasnya.

"Sekarang ada aku kan, kamu bisa cerita sama aku kalo kamu gak bisa cerita ke bunda." Pelangi paham kenapa Sabiru memilih melampiaskan kepada rokok karna pasti ia mempunyai masalah yang tidak bisa diceritakan keorang tuanya. Kak Janu pernah seperti itu dan Pelangi sangat hafal yang Biru lakukan.

"Iya cantik, aku bakal kurangin lagi." Janji Sabiru pada Pelangi.

SABIRU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang