22. SELALU ADA.

16 7 1
                                    

Haloo

Sebelum baca jangan lupa vote ya guys gratis kok

Jangan lupa follow akun kita juga

Tiktok: storyjazlyn_
Instagram: @storyjazlyn_

Happy reading

Pelangi saat ini sudah berada disamping Sabiru yang sejak tadi hanya terdiam.

Pelangi mengenggam tangan itu. Memberi kekuatan pada Sabiru yang sepertinya sedang dilanda kebinggungan.

"Jangan dipendem gitu, keluarin aja." Titahnya.

Sabiru menoleh kearah Pelangi tersenyum dan memberitaunya bahwa ia baik baik saja.

"Aku minta kamu jagain bunda sama Senja ya sebentar ya," Pelangi mengerutkan keningnya.

"Kamu mau kemana?" Tanya Pelangi.

"Mau cek rumah sebentar, nanti balik lagi kok. Disana ada Anggota inti Sagar Sky buat jagain kalian kok," jawab Sabiru menjelaskan tidak akan terjadi apa apa.

Pelangi mengangguk setuju. "Hati hati, cepet balik lagi ke sini ya." Sabiru tersenyum mengusap kepala gadis itu dengan lembut dan melangkah pergi menuju parkiran.

Sabiru juga manusia ia punya kata lelah. Sabiru binggung dengan ini semua. Sabiru tidak paham dengan ini semua. Sabiru tidak mengerti apa pun. Mencari tersangka dibalik ini semua tidak mudah.

Sabiru memarkirkan motornya dihalaman rumahnya yang sudah sepi. Mungkin anggota yang sudah membantu membereskan rumahnya itu langsung pulang.

Membuka pintu utama keluarga Nash itu dan Sabiru bisa lihat semua sudah dibereskan dengan rapih. Mungkin nanti ia akan meneraktir mereka karna sudah membantu membereskan rumah Sabiru.

Berjalan kearah kamarnya yang memang saat pergi sengaja ia kunci. Saat membuka kamar itu terlihat bahwa barang barangnya miliknya masih sama pada tempatnya.

Sabiru menidurkan tubuhnya dikasur miliknya itu. Menutup mata sejenak demi ketenangan dirinya.

"Yah, Biru butuh ayah." Gumamnya dikesunyian ini.

Sabiru merasakan bagimana menjadi sosok sang ayah. Sangat tidak gampang.

11 tahun dimana ia tidak tau dimana sang ayah berada. Hilang bak ditelan bumi.

Sabiru membuka matanya. Melihat lurus kedepan dimana ada sebuah rak kaca terdapat mainan pemberian sang ayah berada.

Bahkan disaat bunda menyuruhnya menerima permasalahan dunia Sabiru kadang tidak pernah menerima masalah yang bersangkut pautkan sang ayah. Sabiru bahkan tidak tau kenapa Ayah pergi darinya. Kenapa ayahnya itu pergi. Semua alasan itu tidak pernah Sabiru ketahui.

Drtt Drtt

Ponselnya bergetar disampingnya. Menandakan panggilan masuk.

"Sabiru! Kerumah sakit sekarang!" Ucap Pelangi dengan panik dan bisa ia dengar disebrang sana begitu sangat berisik.

"Pelangi kenapa?!" Tanya Sabiru ikut panik.

"Cepet kerumah sakit!" Panggilan itu ditutup secara sepihak.

Tuhan ada apa lagi?

Sabiru segera mengambil kunci motornya. Berlari menuruni tangga dan mengunci pintu rumah. Lalu Sabiru menjalankan motornya bak kesetanan.

Ada apa yang terjadi dirumah sakit itu. Apa bunda kambuh lagi?

Isi pikiran Sabiru benar benar kacau saat ini. Masalah yang tadi belum ia selesaikan tuhan, kenapa ada lagi?

Setelah menempuh perjalanan yang tidak cukup jauh. Sabiru segera berlari kearah ruangan dimana bunda berada.

"Biru!" Panggil Pelangi padanya. Gadis itu memeluk tubuh Sabiru yang baru saja datang.

Sabiru tidak paham situasi apa ini. "Hey, kenapa?" Tanya Sabiru kepada Pelangi.

Pelangi mendongkakan kepalanya untuk melihat Sabiru. "Biru maaf, aku gak bisa cegah Leo," ucap Pelangi diiringi tangis.

"Maksud kamu?" Tanya Sabiru.

"Leo bawa bunda ke RSJ karna tadi bunda ngamuk ngamuk, aku udah jelasin biar tunggu kamu tapi dia gak denger Biru. Aku binggung harus gimana,"

Tuhan, kenapa kejadian ini lagi?

Sabiru mengusap wajahnya dengan gusar. Menyalurkan rasa lelahnya.

"Senja kemana?" Tanya Sabiru.

"Ikut sama Jay ke RSJ," jawab Pelangi.

Pelangi sudah mencegar Leo untuk membawa bunda Kaila. Dengan Jay yang menahan Senja yang akan mengejarnya. Pelangi binggung dengan situasi ini. Leo sejak tadi tidak mendengarnya sama sekali.

Sabiru mengenggam tangan gadis dihadapanya itu. "Kita ke RSJ yuk," Sabiru menarik tangan itu untuk mengikutinya.

Menjalankan motor itu kearah RSJ yang tidak begitu jauh. Bunda pasti cape teriak teriak terus.

Setelah sampai Sabiru menelfon Leo.

"Dimana?" Tanya Sabiru.

"Apaan?" Tanya Leo dengan santainya. Bahkan sejak tadi Sabiru sedang menahan amarahnya.

"Bunda dimana bangsat!" Sentaknya.

"Dilantai 10 ruangan 112," Jawab Leo lantas.

Pelangi hanya mengikuti Sabiru. Pelangi menyadari bedanya sikap Sabiru ini. Rahang Sabiru mengeras menandakan Sabiru sangat emosi saat ini.

Pintu life terbuka dan Sabiru bisa liat keberadaan Leo dengan tampang tenangnya itu.

Disana juga ada Naufal dan Alaju yang sedang menceramahi sikap Leo yang se-enaknya ini.

Bugh

"Bangsat lo!" Sabiru memukul Leo dengan sekuat tenaga. Dan mengejutkan semua orang yang berada disana.

Sabiru menarik kerah baju Leo. "Bunda kagak gila anjing!"

Naufal dan Alaju menarik Sabiru agar menyudahkan pertengkaran itu.

"Kagak gila? Lo kagak denger dia teriak teriak kaya orang gila gitu?" Tanya Leo membuat Sabiru marah.

"Anjing lo Leo, bunda bukan gila bangsat. Dia cuman butuh gue!" Marah Sabiru tidak tertahan.

Mengapa semua orang selalu menyebut bundanya gila jika berteriak seperti itu. Kenapa orang orang mengganggap bundanya gila.

Bunda tidak gila, orang orang saja yang gila menganggap wanita hebat itu orang gila.

"Pergi lo semua anjing!" Sabiru menyentak tangan teman temanya yang menahan Sabiru untuk tidak memukul Leo.

Sabiru melangkah masuk kedalam ruangan dimana bunda berada. Bisa ia dengar dengan jelas teriakan sang bunda dengan jelas setelah masuk rungan itu.

Bunda berada diujung ruangan dengan kedua tangan menutup telinganya.

Sabiru rasanya ingin menangis jika melihat bunda seperti itu.

Sabiru berjongkok dihadapan sang bunda. Saat Sabiru akan menyentuh bunda. Wanita itu terkejut atas kehadiranya.

"Bunda, ini Biru," ucapnya dengan memperlihatkan sebuah senyuman.

"Sabiru?" Tanya sang bunda menatapnya dengan banyaknya jejak air mata di pipi wanita itu.

"Sabiru anak saya?" Tanya bunda.

Sabiru mengangguk dengan air mata yang ia tahan.

Kaila memeluk putranya itu. Ia sangat takut situasi ini, ia benci situasi ini.

"Bunda takut," lilih sang bunda padanya.

Pungung bundanya itu bergetar dengan tangisan yang tidak terhenti. Sabiru menangis. Menangisi kejadian hari ini yang benar benar membuatnya lelah.

SABIRU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang