47. KAMU YANG INGKAR.

13 4 0
                                    

Holaaaaa

Malem guys, aku upnya terlalu malem banget sorryyy

Selamat membaca ya lovv☹️

Sebelum baca jangan lupa vote ya guys

Jangan lupa follow akun kita juga

Tiktok: storyjazlyn_
Instagram: @storyjazlyn_
                      @sabirulansky


Happy reading

Semua orang yang masih menunggu kabar itu sudah hampir 2 jam menunggu.

Tanda merah pada ruang oprasi tergantikan menjadi hijau. Pintu oprasi itu terbuka dan menampilkan seorang dokter.

Seluruh pasang mata kini menatap dokter yang berdiri dihadapan mereka.

"Bagimana keadaan putra saya?" Tanya Arseno kenapa Dokter Dilo.

"Maaf pak, saya sudah semaksimal mungkin."

"Maksud dengan ucapan anda itu apa Dokter Dilo?" Tanya Arseno tidak terima.

"Arseno, Sabiru sudah cukup kehilangan banyak darah. Saat tadi oprasi pun kondisi Sabiru sudah sangat kritis, dengan banyaknya luka yang putramu alami, didalam tubuhnya sudah begitu banyak kerusakan. Didalam otak Sabiru begitu banyak cairan darah yang sangat sulit untuk dilakukan oprasi, pendengaran pada telingga Sabiru cukup rusak karna terkena pukulan begitu banyak."

"Maaf, tapi putramu tidak bisa saya selamatkan Arseno." Semua orang yang berada disana terdiam. 

Pelangi mengelengkan kepalanya tidak setuju. "Bun, gak mungkin! Sabiru masih hidup kan? bunda jawab!" Pelangi menangis sejadinya di pelukan Hanna. 

"Bun, bukan keajaiban ini yang Pelangi mau!" lilih Pelangi. 

Hanna peluk putrinya itu untuk memberinya kekuatan. Hanna ikut menangis disela memeluk putrinya. 

Arseno menjatuhkan didinya dilantai Rumah sakit yang begitu dingin. Ia sesekali mengingat putranya itu. 

"Maaf Biru, maaf kalo kamu harus mengalami hal ini karna ulah ayah,"  

Bahkan anggota ini Sagar Sky yang mendapatkan kabar itu hanya bisa terdiam. Mereka menghembuskan nafas yang begitu gusar, untuk menangis rasanya mereka tidak mampu. 

Kaila masuk kedalam ruangan dimana putra kesayangannya itu berada, diatas sana ia melihat putranya itu ditutupi oleh kain berwarna putih. Kaila bukakan kain itu dan kini iya bisa melihat putranya yang sudah tidak pernah iya lihat. 

"Biru," Panggil Kaila pada putranya. Namun saat ini tidak ada lagi panggilan itu bisa di jawab. Wajah Sabiru ia usap begitu sayang, wajah yang pucat dan disertai damai itu sesekali ia cium kening putranya. 

"Kenapa mereka begitu jahat sama kamu kak, kamu itu anak yang baik loh." Kaila menangis di sela sela ucapannya itu. 

"Luka ini semua gak patut kamu alami sayang, maafin bunda udah gak ngerti kondisi kamu saat itu. Bunda minta maaf kak, maafin bunda!" Kaila mengenggam tangan putranya seraya menangis sejadinya. 

🩵

Arseno usap kening putranya itu. "Biru, ayah belum pernah main loh sama kamu. Masa kamu ninggalin ayah dulu, hidup kamu masih panjang loh, kamu masa nyerah sampe sini? Ayah belum minta maaf dulu kak. Tolong bangun nak!" Arseno menangis dengan kesalahan yang sudah ia buat. 

"Kamu boleh benci ayah tapi bangun Sabiru ayah mohon, kamu masih muda harusnya ayah yang ada di posisi saat ini, bukan kamu. Tolong maafin ayah," Arseno peluk tubuh putranya itu yang sudah tidak bernyawa lagi. 

🩵

Disini lah Pelangi saat ini, di ruangan yang begitu menyesakkan baginya. Pelangi genggam tangan yang sudah tidak bisa membalas lagi, ia genggam begitu kuat dengan hati yang begitu sesak. ini salahnya, harusnya ia yang terkena tembakan itu bukan Sabiru. 

"Kamu ingkar untuk bahagia terus sama aku Ru, tolong aku butuh kamu. Kamu sayang sama aku jadi ayo bangun jangan kaya gini, maafin aku, tolong jangan pergi." 

Dia yang selalu mengenggam tangannya itu dengan begitu hangat dan ketulusan, kini tidak ada lagi genggaman yang begitu hangat itu.

Tangan yang memucat dan luka lebam begitu kentara ditangan Sabiru itu.

Dada pelangi begitu sesak, otaknya seakan menolak hal ini akan terjadi.

Pria yang ia begitu harapkan akan kembali bersamanya dan berbahagia, kini hanya bisa ia rasakan kesedihan yang begitu sakit.

"Kamu udah janji," lilih Pelangi yang kini berlutut disamping ranjang itu, dan mengenggam tangan Sabiru. "Kamu udah janji untuk kita bahagia, sekali lagi."

Janji itu hanya sebuah harapan yang tidak bisa dilakukan karna Sabiru telah pergi.

"Maaf, Sabiru tolong bangun! Aku mohon!" Tubuh bergetar itu terduduk di lantai ruangan Sabiru yang begitu dingin.

"Gi, kamu tau kan kalo senja itu tidak selamanya ada?" Tanya Sabiru yang kini berada di tepi pantai bersamanya.

Pelangi menganggukan kepalanya sebagai jawaban. "Mau kamu tunggu Senja gimana pun dia bakal tetap pergi karna pada dasarnya kaya gitu,"

Sabiru menganggukan kepalanya membenarkan perkataan pelangi. "Tapi Gi, ada loh tempat yang bisa setiap saat kamu lihat Pelangi."

Pelangi mengerutkan kening binggung. "Dimana emangnya?" Tanya Pelangi.

"Di kehidupan yang benar benar abadi," jawab Sabiru.

"Soalnya Senja itu benar benar bikin aku tenang, sampai berisik di kepala aku itu rasanya hilang.

"Dan kamu tau, aku pingin liat senja di ke abadian itu sama kamu." Sabiru menatap manik kelam milik Pelangi.

Setiap kenangan masuk kedalam pikirannya. Pelangi tutup kedua matanya dengan seraya menangis.

"Sekarang kamu udah bisa liat senja di keabadian itu kan? Tolong bahagia Sabiru. Tolong, dengan sangat."

SABIRU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang