41. LOST.

14 3 0
                                    

Haloo

Sebelum baca jangan lupa vote ya guys

Jangan lupa follow akun kita juga

Tiktok: storyjazlyn_
Instagram: @storyjazlyn_
                      @sabirulansky
                     

Happy reading

Sudah dua hari berlalu akan kejadian itu tapi tidak ada Sabiru menunjukan dirinya. Sebagian besar polisi ikut andil dalam pencaharian itu, dan banyak sekali tersangka yang sudah dituduh akan kejadian ini. Bahkan Pelangi sempat ditanya-tanya oleh polisi bagaimana dengan hubungannya atau apa pernah Sabiru bercerita tentang hidupnya yang sulit atau bercerita tentang musuhnya. 

"Polisinya udah pergi?" tanya seseorang yang membuyarkan lamunannya. "Udah bun," Jawab Pelangi. "Kalo bunda liat-liat Sabiru itu anak yang baik loh, tapi kenapa banyak yang gak suka dia," ujar sang bunda. 

Pelangi menghembuskan nafas gusar seraya menyandarkan punggungnya itu di punggung sofa. "Pelangi aja gak paham bun sama ini semua," lilihnya berucap.

Hanna usap kepala putrinya itu dengan lembut, saat ini ia sangat paham perasaan putrinya itu. "Bun, kalo Sabiru gak pulang pulang gimana?" tanyanya kepada sang bunda dengan mata yang mulai memerah. 

"Pasti pulang sayang, dia juga lagi berusaha untuk keluar dari sana. Kamu jangan kaya gini ah! kita cari bareng Sabiru sampe ketemu, ayah juga lagi ikut cari kan jadi jangan khawatir ya." Hanna peluk putrinya itu seraya mengusap punggung yang bergetar didalam pelukannya. 

"Aku nyesel biru, tolong pulang. Semua orang udah mulai nyerah nyari kamu,"

🩵

"SABIRU!" 

"SABIRU JAWAB!" 

"SABIRU LO DIMANA!" 

"KAK BIRUU!" 

Disini lah Senja, disebuah hutan yang diperkirakan kakanya itu diculik. Dengan tim basarnas dan teman kakanya itu kita semua meneriaki nama itu untuk mengetahui dimana sang kaka namun dipanggilnya nama itu belum kunjung mendapatkan jawaban. 

Keadaan bunda setelah kakanya itu menghilang menjadi tidak stabil. Disaat bunda kembali kambuh hanya kakanya itu yang bisa menenangkan bunda, hanya sebuah pelukan. 

"KAK BIRU TOLONG PULANG!" teriak Senja menyalurkan rasa sedihnya lalu gadis itu berjongkok dengan seraya menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Jay yang saat ini berada tidak begitu jauh dari jarak gadis itu lantas mendekat. "Istirahat, ayo gue anter." Tawar Jay. Senja mengelengkan kepalanya lantas membangunkan dirinya untuk melanjutkan mencari sang kaka.

Jay mencengkal tangan gadisnya. "Istirahat dulu Senja," Jay berucap. Senja menghapus jejek air matanya lantas menganggukan kepalanya. Senja mengikuti langkah Jay yang berada didepannya. Cekalan pada tangan gadis itu tidak dilepas oleh Jay.

"Kak biru pasti pulang kan?" Tanya Senja dan Jay sangat mengetahui pertanyaan itu tertuju padanya.

"Pasti," jawab Jay.

"Tiga hari, kak biru pasti masih hidup kan kak?" Pertanyaan itu menghentikan langkah Jay. Pria itu membalikkan badanya menghadap Senja, ia tatap gadis yang setinggi dadanya itu.

"Kalo kita gak berharap Sabiru pulang dengan selamat, untuk apa kita semua cari Sabiru segininya Senja?" Terang Jay.

Senja menangis sejadi jadinya dihadapan sahabat kakanya itu. "Tapi kenapa gak ada?! Bunda butuh kak biru kak Jay, cuman kaka yang bisa sembuhin kambuhnya bunda! Cuman dia yang Senja percayakan, bahkan disaat dia dikondisi lagi gak baik-baik aja dia bisa bisanya mendem itu semua sendiri sedangkan ada aku yang sebagai adiknya yang bisa jadi rumah buat dia cerita!" Jelas Senja.

"Kita semua butuh kaka, bahkan ayah yang udah balik kekita dia pernah nangis sembunyi sembunyi karna binggung harus cari kaka kemana lagi. Kemana lagi kita harus cari dia kak Jay, kemana?!" Lanjut Senja dengan isakan yang terdengar pilu oleh Jay.

Jay tarik lengan gadis itu, ia peluk adik dari sahabatnya. Ia usap punggung yang begitu sempit dan bergetar itu. Tidak ada yang menginginkan hal ini terjadi.

Hanya satu orang yang bisa Jay tuduh sebagai tersangka saat ini.

🩵

Jay melangkahkan kakinya tergesa, mendekati sebuah tempat yang sangat ia hafal untuk tempat pelarian seseorang.

Bugh!

"DIMANA SABIRU?!" Jay menarik kerah seseorang itu begitu kuat. Yang barusan dihajar olehnya tertawa remeh.

"Ngapain lo nanya begitu? Bukannya lo juga tau dimana Sabiru?!" Jay mendorong pria itu dengan segenap emosi yang ia tahan.

Jay mendekatkan dirinya kepada seseorang yang kini berdiri dihadapannya. "Gue bukan orang kaya lo yang hanya bersembunyi dibalik kekuasaan!" Jay menunjuk wajah itu.

"Gue bukan pengecut kaya lo!"

Bugh!

"ANJING LO JAY!" Dia meninju ujung bibirnya yang tersulut emosi.

"Lo kagak pernah ngerasain jadi gue udah berusaha jaga orang yang gue cintai tapi dia malah milih Sabiru!" Jelas pria itu begitu emosi.

"Bangsat soal hati, Gue tanya dimana Sabiru?!" Tanya Jay.

"Gue kagak bakal kasih tau dia dimana, karna gue pingin dia menghilang dari hadapan gue. Mending lo pergi dari hadapan gue," Jay mengepalkan tangannya kuat dan pergi meninggalkan seseorang itu.

Persetan semua ini, ia sudah sangat frustasi mencari sahabatnya itu. Dengan perantara orang suruhannya Jay belum menemukan tempat dimana Sabiru disekap.

Bahkan orang suruhannya itu tidak bisa menemukan Sabiru secara pasti.

"Bangsat lo biru, lo dimana?" Gumam Jay dengan frustasi.

🩵

SABIRU ON INSTAGRAM GUYSSS

NAME AKUN: @sabirulansky

JANGAN LUPAA FOLLOWWWW YAA!!

SABIRU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang