45. MENOLONG.

13 4 0
                                    

Holaaaaa

Aku cuman mau ngasih tau, siapin tisuu yaa plaseee bangett

Sebelum baca jangan lupa vote ya guys

Jangan lupa follow akun kita juga

Tiktok: storyjazlyn_
Instagram: @storyjazlyn_
                      @sabirulansky

Happy reading

Saat ini dihadapannya, seseorang yang sedang menutup mulutnya itu, adalah seseorang yang mereka cari.

Sabiru berada dihadapannya saat ini.

Pelangi melirik seluluh badan pria itu begitu menyedihkan saat ini, baju yang berwarna putih itu bercampur dengan darah, wajah yang biasanya dipuja begitu tampan menjadi banyak luka dan lebam. Jaraknya yang begitu dekat ini bisa Pelangi rasakan betapa lelahnya pria itu. Bahkan tubuh Sabiru dihadapannya saat ini terlihat begitu kurus.

Sabiru mengalihkan pandangannya kearah wanita yang berada dihadapannya ini. Sabiru melepaskan  tangan yang menutup mulut gadis itu.

Ia naikan tanganya untuk mengusap pipi Pelangi dengan satu ibu jarinya begitu lembut. Pelangi yang sudah tidak tahan menahan air mata itu kini menumpahkan tangisannya dihadapan Sabiru dengan kedua tangan menutup wajahnya.

Sabiru yang begitu paham mengusap puncak kepala Pelangi. Ia usap sedikit punggung yang bergetar itu untuk menenangkan gadis yang berada dihadapannya. Sabiru tidak bisa membuat baju gadis itu kotor karna ulah darahnya yang kini tersemat dimana-mana.

"Maaf," suara yang begitu serak itu Pelangi dengar. Pelangi membuka kedua tangannya untuk menatap pria yang kini berdiri.

"Aku khawatir," ucap Pelangi dengan nada serak sehabis nangis.

Sabiru dengan sisa tenaganya itu tersenyum begitu tulus. "Pergi dari sini Gi," titah Sabiru yang bisa Pelangi pahami.

"Aku harus bareng sama kamu," pelangi berucap. Sabiru mengelengkan kepalanya tidak setuju.

"Mereka bawa senjata, kamu harus pergi." Setelah mengucapkan itu Sabiru mengalihkan pandangannya kearah kaca untuk melihat situasi disekitar mereka.

"Aku minta maaf," kalimat itu membuat Sabiru mengalihkan pandangannya kearah gadis yang berada dihadapannya kini.

"Aku udah liat bukti itu, maaf. Maaf aku udah nyakitin kamu," Sabiru mengangguk, seraya tersenyum. Satu tangan terangkat mengusap pipi gadis itu dengan lembut.

"Aku selalu maafin kamu, tapi sekarang situasinya gak aman buat kamu. Kamu pergi dari sini dan bawa pertolongan kesini mau?" Tutur Sabiru.

Pelangi menganggukan kepalanya paham. Gadis itu lantas berpamitan kepada Sabiru dan pergi meninggalkan pria itu sendirian.

Sabiru mengangkat satu tanganya untuk memegang kepalanya yang terasa sangat sakit. Bahkan sejak tadi, Sabiru mencoba menahan rasa sakit itu dihadapan Pelangi.

Sabiru menjatuhkan tubuhnya itu dan mensandarkan dirinya di tembok. Sabiru tidak begitu kuat menahan tubuhnya, rasa sakit disemua bagian tubuhnya itu membuatnya tidak memiliki tenaga.

Sabiru memejamkan mata untuk sementara, untuk mehilangkan rasa peningnya.

"SABIRU!" Panggilan itu terdengar di indra mendengaraannya.

Sabiru membuka kedua matanya. Dengan pandangan yang sedikit bergerak, ia bisa melihat disana, didepannya Pelangi.

Gadis itu ditahan oleh dua orang pria dan dipegang kedua tangannya.

Sabiru sesegera mungkin membangkitkan dirinya dan berusaha mendekat untuk menghajar kedua pria itu yang menangkap Pelangi.

Tapi tangan seseorang mengarahkan sebuah pistol kearah kepala Pelangi.

Disana ada Edzard, pria yang selama ini menculiknya dan mengaku sebagai kaka tirinya.

"Kalo lo mendekat kearah cewek ini, gue bakal tembak dia!" Sabiru mengelangkan kepalanya untuk menitah Edzard tidak melakukan hal itu.

"Gue mohon lepasin dia karna dia enggak salah disini!" Tutur Sabiru.

"Gue bakal lepasin dia, tapi lo harus balik ke tangan gue!"

"Jangan Ru, kamu mending pergi dari sini!" Teriak Pelangi untuk tidak menyuruh pria itu menolongnya.

"Kalo lo kabur, dia mati di tangan gue Sabiru," tekan Edzard.

"Please, kamu harus selamat! Semua orang sayang sama kamu Sabiru! Aku mohon!" Pelangi sudah menangis. Tidak apa jika dirinya yang memang harus mati hari ini, tapi tidak dengan Sabiru.

Pria itu harus hidup. Sabiru harus hidup bahagia dengan orang orang yang dia sayang.

"Sabiru please!" Pelangi menatap kedua mata yang begitu teduh itu. Ia berusaha meyakinkan kepada Sabiru untuk segera pergi dari sini.

"Pelangi engga!" Sabiru menentang.

"Lepasin dia dan gue bakal serahin diri gue ke lo!"

"Engga jangan! Pergi Sabiru sekarang!"

"Gue bilang lepasin dia!" Sabiru berteriak sekuat tenaga.

Pelangi yang melihat Edzard kini menitah kedua suruhannya itu untuk melepas Pelangi. Pelangi seketika mundur saat Edzard mendekat kearahnya.

"Gue tau Sabiru sesayang itu sama lo, tapi gimana perasan dia kalo lo yang mati sekarang?" Edzard tersenyum tipis kearah Pelangi.

Edzard mengarahkan pistol itu kearah Pelangi, Pelangi seketika terdiam saat pistol itu mengarahkan kearah jantungnya.

Lalu bisa Pelangi lihat tangan Edzard mulai bergerak untuk menarik pis-

DOR!!!

SABIRU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang