03. PERKENALAN CUKUP BAIK.

72 32 13
                                    

Hiii

Kangenn kalian😣

Jaz bawa part baru

Happy reading

Jam sudah menunjukan jam 4 sore, bel sekolah baru saja berbunyi sekitar 5 menit yang lalu. Saat ini Sabiru beranjak dari duduknya untuk pulang, menurutnya hari ini sama seperti biasanya, sungguh tidak asik dan tidak ada yang menyenangkan.

Sabiru menaiki motor sport warna hitamnya itu, Teman-temanya sudah lebih dulu pulang karna ada urusan katanya, makanya hanya tinggal Sabiru disini.

"Balikin botol minum gue!"

Saat motor Sabiru keluar dari lingkungan sekolah, ia bisa melihat ada seorang gadis yang diganggu oleh geng motor yang ia ketahui.

Motor sport sabiru mendekat kerah sekumpulan geng motor Delvin yang menjadi musuh bubuyutan Sagar Sky hingga saat ini.

"Balikin botol tuh cewek," ucap Sabiru membuat inti anggota Delvin itu menoleh ke arahnya.

Edzard tersenyum remeh dengan menatap orang yang ia tunggu-tunggu keluar dari tempat sekolahnya itu.

"Waw, ada pahlawan kesiangan rupanya" ucap Edzard melangkah maju kearah Sabiru berada.

Sabiru memutar bola matanya malas. "Ck! Kalo lo mau ribut sama gue gak disini." Sabiru berucap.

Edzard tertawa renyah. "Peka juga lo,"

Sabiru mendekat kearah Edzard berada lalu mengambil sebuah botol minum berwarna pink itu dengan kasar. Edzard menatap tajam Sabiru yang selalu membuatnya kesal sepanjang saat.

Sabiru menatap Edzard tanpa ada ekspresi diwajahnya. "Tunggu dilapangan," ucap Sabiru begitu dingin kepada Edzard.

"Kalo lo kabur habis ditangan gue Sabiru," ancam Edzard kepada Sabiru.

Sabiru tersenyum remeh dengan mengangkat alisnya sebelah. "Gue bercanda? Liat nanti siapa yang bakal kabur karna takut Edzard." Sabiru melangkah pergi dan mendekat kearah gadis tadi berada.

Edzard yang merasa tersindir itu memutuskan untuk pergi dari halte bus dengan emosi yang ia tahan.

"Sabiru," ucap gadis yang kini berada dihadapanya.

"Nih," Sabiru menyodorkan sebuah botol minum itu kepada Pelangi.

Gadis yang barusan diganggu oleh Delvin itu adalah Pelangi. Sabiru tau wanita itu karna sahabatnya Leo.

"Balik," ucap Biru pada Pelangi.

Pelangi kembali menatap Biru. "Ini mau kok, cuman busnya gak dateng terus." Ucap pelangi melihat sekitar halte bus.

"Ini udah jam setengah 5, bus udah gak bakal dateng lagi. Balik sama gue," ajak Biru pada gadis itu.

"Kalo lo ogah, gue telfon Leo." Baru saja Sabiru akan menghubungi Leo sahabatnya tanganya sudah dicekal oleh wanita itu.

"Leo lagi sibuk, sama Biru aja." Sabiru mengerutkan keningnya binggung. Pelangi adalah orang yang baru saja ia kenal tapi wanita itu sudah memanggilnya dengan tanpa kata 'Sabiru'.

"Lo panggil gue apa?" Tanya Sabiru kembali, mungkin hanya salah dengar.

"Biru," jawab Pelangi polos.

"Emang kenapa?" Tanya Pelangi kepada Sabiru.

"Lucu tau kalo panggilnya Biru, kaya Leo ke biru juga kan." Sabiru menghembuskan nafas gusar.

"Ck! Serah lo," saat Sabiru akan mendekat kearah motor, tanganya dicekal oleh seseorang.

"Kita belum kenalan dengan baik ihh!" Ucap Pelangi pada Sabiru.

"Lo mau kenalan sama gue?" Tanya Sabiru pada Pelangi. Pelangi tersenyum senang dengan mengangguk girang.

Pelangi menyulurkan tanganya kehadapan Sabiru. "Gue Pelangi Helia Alula,"

Sabiru menerima uluran tangan Pelangi. "Gue Sabiru Langit Sky Nash," jawab Sabiru apa adanya.

Pelangi sedikit terdiam saat nama lelaki dihadapanya ini disebutkan. "Sabiru Langit Sky Nash? Nama yang unik." Ucap Pelangi.

"Lo mau balik atau masih mau disini?" Tanya Sabiru.

Pelangi tersenyum dan menganggu. "Buruan," Sabiru melangkah mendekat kearah motornya dengan Pelangi yang mengikuti setiap pergerakan Sabiru.

Sabiru menyodorkan sebuah helm cadangan yang ia sediakan. Sebenarnya Sabiru tidak ada berniat mengajak pelangi untuk pergi dan mengantarkan gadis itu pulang.

"Sabiru ketua geng motor Sagar Sky ya?" Tanya Pelangi dan Sabiru hanya diam tidak menjawabnya.

"Pelangi baru tau tadi soal biru sih,"

Sabiru hanya tetap diam dengan memfokuskan pandanganya kedepan, ini kalau mereka terjadi seseuatu sungguh ketahuan ketidak ikhlasan Sabiru.

"Biru rumah pelangi belok kanan," ucap gadis itu memberi tau arah rumahnya.

"Nah nanti didepan berhenti," Sabiru hanya diam dan tidak menjawab semua pertanyaan yang gadis itu berikan padanya.

Sabiru mendongakan kepalanya untuk menatap langit yang mulai menghitam. "Rumah lo yang mana?" Tanya Biru.

"Itu," Pelangi menunjukan satu rumah dengan gerbang tinggi berwarna hitam.

Sabiru menepikan motornya itu dihadapan rumah Pelangi. "Ini," Pelangi menyodorkan sebuah helm milik Sabiru.

"Thanks biru," Sabiru menganggukan kepalanya lantas menjalankan motor tersebut dengan kecepatan kilat.

Pelangi memanyunkan bibirnya itu bete. "Kenapa kalo pelangi nanya selalu gak jawab biru tuh, nyebelin." Gerutu Pelangi lalu masuk kedalam rumahnya itu.

Sabiru yang mengendari motornya itu dengan kecepatan kilat ingin segera cepet cepet datang ke lapangan yang sudah ia janjikan kepada Edzard.

Gerimis air hujan dari atas langit yang berubah menjadi hitam itu tidak membuat semangat Sabiru untuk cepat sampai pada lapangan itu. Namun hal yang tidak iya duga adalah lapangan yang akan mengawali pertengkaranya dengan Edzard begitu kosong dan tidak ada satu orang pun berada disana.

Sabiru menghembuskan nafas gusar, ia menyugarkan rambut hitam pekatnya itu dengan gusar. Sabiru menatap awan hitam diatas sana dengan tatapan sukit diartikan.

Awan hitam itu mengigatkan dirinya pada suatu kejadian. Sabiru tersenyum kecut, ia mengalihkan pandanganya untuk melihat runtik hujan yang membasahi jaket Sagar Sky nya.

Drtt Drtt

Ponsel yang berada disaku Sabiru bergetar menandakan sebuah panggilan masuk untuknya.

Sabiru mengeluarkan ponselnya. Ia tersenyum tipis saat satu panggilan yang ia sudah sangat sangka. Sabiru mengeserkan panggilan untuk menjawab telfon sang bunda.

"Biru, Sabiru jawab bunda!" Suara yang terdengar panik itu membuatnya terdiam seribu bahasa.

"Biru? Nak dimana?" Suara lembut itu kembali ia dengar.

"Disini bunda," jawab Sabiru.

"Diluar hujan, kamu meneduh dulu ya nak? Bunda takut Biru kenapa-napa."

"Iya bunda,"

"Hati-hati pulangnya,"

"Biru," panggil sang bunda.

"Kenapa bunda?" Tanya Biru.

"Bunda sayang Biru, Bunda sayang saaa putra bunda satu ini." Sabiru terdiam seribu bahasa.

"Bunda tutup ya, hati-hati naik motornya."

Satu kalimat yang selalu ia butuhkan saat hujan dan awan gelap melanda bumi ini. Bunda sangat paham pada dirinya, mungkin jika bunda tidak menelfonnya entah apa yang akan terjadi padanya.

Hujan dengan awan hitam diatas langit itu sangat ia benci.

SABIRU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang