THAT GUY BAB 3

708 83 1
                                    

Pelabuhan Montreal – Quebec – Kanada

Pukul 01.40 dini hari, sebuah kapal berlabuh di bibir pelabuhan. Beberapa pria bertubuh tinggi dengan kulit sedikit gelap terlihat turun melewati tangga tali yang dilempar kearah bawah kapal. Seorang pria kemudian berjalan ke arah mobil yang diparkir berjejer. Sebuah lampu sein yang berkedip seakan memberi kode kemana pria tersebut harus berjalan.

"Bagaimana? Ada malasah?" Begitu memasuki mobil tersebut dan duduk disamping kemudi, ada seseorang yang berada di kursi belakang mulai menginterogasi.

"Aman. Barangnya sudah sampai. Lengkap dan asli. Besok akan dibawa ke Ottawa." Seketika terdengar suara tawa didalam mobil tersebut.

"Bagus! Bos pasti senang."

«««««

Hari ini Anna tidak masuk kerja. Setelah kejadian kemarin, dia hanya berdiam diri di dalam ruangan ibu Vanessa sampai sekolah benar-benar sepi. Sandra bahkan menelponnya berkali-kali tapi tidak ada satupun panggilan yang dijawab Anna. Hingga ibu Vanessalah yang kemudian menghubungi dan memberitahu Sandra jika Anna masih ada urusan dengannya jadi Sandra boleh pulang terlebih dahulu.

Sebelum pulang, ibu Vanessa sempat memberikan syalnya untuk menutupi leher guru muda itu karena menolak untuk diantar pulang oleh atasannya. Beliau juga masih sempat menanyakan apa yang sebenarnya terjadi antara Anna dan Ares tapi sekali lagi Anna memilih untuk bungkam. Gadis itu juga diberikan cuti selama 3 hari untuk memulihkan kembali keadaannya.

Setelah sarapan pagi, Anna sempat meminum obat yang dibeli dalam perjalanan pulang kemarin sore dan jatuh tertidur sekitar 1 jam lebih akibat pengaruh obat. Begitu selesai mandi, Anna mulai menghubungi sang ayah yang kini tinggal di wilayah Vanier.

Ayahnya, Johan William merupakan seorang dokter bedah syaraf dan kini bertugas di Ottawa Hospital Campus. Anna memang berasal dari keluarga yang berada. Alasan dirinya yang terpisah dari keluarga besarnya adalah karena sang ibu sambungnya yang tak begitu menyukai keberadaannya. Rumah yang kini Anna tinggali adalah rumah yang pernah ditempati ibu kandungnya, Jade Harley.

"Selamat pagi Ayah," suaranya yang sedikit serak langsung menyapa begitu sambungan tersambung.

"Pagi Nak. Ada apa? Kenapa dengan suaramu?" Beginilah jika berbicara dengan seorang dokter ahli.

"Baik Ayah, hanya sedikit tidak enak badan. Ayah bagaimana? Ibu dan Joana bagaimana?" dengan cepat Anna mulai mengalihkan perhatian sang ayah.

"Ayah baik, ibu dan adikmu juga baik Nak. Kapan pulang? Apa kau tidak merindukan Ayah?" Dokter Johan terkekeh pelan tanpa tahu jika Anna sedang memaksakan tenggorokannya untuk mengeluarkan suara.

"Syukurlah. Ada yang ingin aku tanyakan pada Ayah," meski kesulitan tapi dia tetap memaksa. Ada yang perlu dia ketahui.

"Dulu ketika ibu Jade meninggal, apa penyebabnya? Gagal jantung atau gagal ginjal?" Keringat dingin membanjiri dahinya menanti jawaban ayahnya.

"Gagal ginjal? Siapa yang memberitahumu? Ibumu dulu mengidap Kardiomiopati atau lemah jantung. Selama kami bersama, ibumu menyembunyikan semua itu dari Ayah. Beberapa hari sebelum melahirkanmu barulah Ayah tahu penyakitnya," terdengar helaan napas pelan.

"Saat Ayah ingin membawanya untuk berobat, dia beralasan untuk menunggu sampai kau lahir karena pengobatannya cukup berbahaya bagi kandungannya. Padahal, memaksa untuk hamil saja itu sudah cukup berbahaya bagi ibu dan anak. Setelah melahirkan, ibumu mulai beralasan sedang menyusui, hingga 3 bulan kemudian dia menghembuskan napas terakhirnya ketika kau sedang demam saat itu. Mungkin karena khawatir kau sakit parah, jantungnya jadi semakin melemah. Maaf Nak, maafkan Ayah yang tidak berada pada saat ibumu pergi." Sepertinya ayahnya sedang menangis diseberang sana. Seketika Anna merasa bersalah karena telah membuat ayahnya sedih dengan membuka luka lama.

THAT GUYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang