Pukul empat sore Anna keluar dari kamar mandi rumah pohon. Iyah, pasangan suami istri ini belum pulang karena baru saja selesai dengan pergulatan panas mereka yang kesekian kalinya sekitar satu jam yang lalu. Bagai pasangan muda-mudi, keduanya seolah lupa jika mereka sudah memiliki seorang putra.
Drrtt! Drrtt! Drrtt!
'Mama Maya' terpampang di layar ponsel milik Anna yang kini digenggam oleh Ares. Pria itu sedang menunggu istrinya di teras depan rumah pohon.
"Sudah?" Tanya Ares.
"Sudah, ayo pulang. Kasihan Noah," ujarnya sambil menyambut uluran tangan suaminya dan menuruni tangga.
"Aku malu," tutur Anna. Langkah mereka terhenti sejenak. "Malu kenapa?" Tanya Ares bingung. Anna menundukan kepalanya, "Kita pergi dari tadi pagi dan baru pulang sekarang, apa kata orangtuamu nanti?"
Ares mendengus, "Mereka juga pasti mengerti. Lagi pula ini namanya bukan bulan madu. Bulan madu macam apa yang sedikit-sedikit diganggu! Sedikit-sedikit diganggu!" Sungut Ares, Anna hanya bisa menggeleng. Pernikahan mereka baru satu hari tapi perubahan Ares cukup mengejutkan. Apa selama ini dia menahan dirinya untuk tidak bermanja pada keluarganya?
"Aku akan memanjakanmu nanti." Ujar Anna tiba-tiba.
Alvares menatapnya, "Manjaku berbeda dari yang lain."
"Beda bagaimana?"
"Manjaku adalah mendengarmu mendesah di-AAW! Kenapa memukul suamimu?!"
"Bisa tidak jangan membahas hal itu dulu?"
"Kau yang mulai duluan," cibir Ares
Anna melengos, "Iya, sekarang kita urus dulu putramu okey?"
Keduanya kini sudah sampai di pintu belakang mansion dan mendengar suara tangisan Noah. Jam begini memang waktunya untuk mandi dan mungkin karena belum dimandikan makanya dia merasa tidak nyaman ditambah dia juga belum disusui sejak pagi.
"Itu Mama!" Seru Emma saat Ares dan Anna memasuki ruang tengah mansion. Noah beralih menatap ibunya namun melengos dan kembali memeluk kakeknya. Merajuk.
"Dia sepertinya marah karena kalian meninggalkannya hampir seharian aaww!" Tuan Evan memekik karena pinggangnya dicubit oleh istrinya. Maya melakukan itu karena Anna yang menunduk dalam. Sepertinya menantunya itu malu.
Ares tidak peduli dengan ayahnya yang menatap penuh cibiran. Ia mendekati putranya namun tetap saja Noah tidak menghiraukannya. Semua yang ada disana menatap takjub karena ini pertama kalinya Noah menolak untuk digendong oleh ayahnya.
Tak hilang akal, Ares membuka lemari kecil didekat sana dan mengeluarkan sebuah bola basket dan mendribelnya di lantai hingga menimbulkan bunyi yang cukup nyaring.
Suara pantulan itu memancing perhatian Noah. Setelah melihat sang ayah, ia sepertinya mulai mengerti. Yang dilakukan ayahnya sama dengan pertandingan yang ia lihat di televisi.
Noah menunjuk Ares dengan tangan kanannya sementara kepalanya menoleh pada kakeknya dengan bibir yang mencebik hendak menangis. Mengadu jika ia menginginkan bola tersebut.
"Ares, berikan bolanya." Pinta tuan Evan.
Ares mengerti tatapan sang putra. Tangan kirinya terangkat, "Kalau mau, kemarilah." Noah menatap ayahnya lalu kembali pada kakeknya. Evan tersenyum dan mengangguk hingga tak lama Noah mengangkat kedua tangannya pada sang ayah.
Ares tersenyum kecil dan menggendong putranya lalu melangkah kembali ke belakang dimana lapangan basket yang sudah selesai dibangun berada. Anna mengikuti keduanya dari belakang.

KAMU SEDANG MEMBACA
THAT GUY
ActionKesalahan informasi yang diterima Ares membuat ia melakukan kesalahan besar yang tidak akan pernah ia sesali seumur hidupnya. Alvares Montana, pria dengan perangai tenang yang tidak suka mengusik orang lain. Namun jika ada yang mengusik hidupnya mak...