Ares memarkirkan mobilnya didekat pintu masuk pelabuhan. Tak lama seseorang masuk dan duduk disebelahnya. Billy Hernandez.
'Pluk!'
Sebuah amplop cokelat dijatuhkan ke pahanya. "Itu salah satu bukti kematian ibumu." Tak banyak kata, Ares langsung membuka dan membaca isinya yang ditanda tangani oleh ayah dari ibunya, George Davis. 'Surat Permohonan Rehabilitasi Narkoba, Julia Davis'
"Siapa kau? Dari mana kau mendapatkan ini?" Ares mulai memperhatikan pria disebelah kanannya. Lelaki itu memang tak mengenal Billy karena mereka belum pernah bertemu.
"Tidak penting siapa sa- menunduk!" Mereka berdua langsung menunduk dan mengangkat sedikit kepalanya saat 4 buah truk kuning memasuki pelabuhan yang diikuti sebuah mobil BMW.
"Kau ini sebenarnya siapa? Lalu apa urusanku dengan mereka? Aku tid-" ucapannya terpotong karena Billy telah keluar dari mobil.
"Itu Vito anak buah kakekmu Eric, sekarang ikut aku dan kau bisa memanggilku Billy." Mengangkat tangan kanannya guna bersalaman, namun dilewati Ares begitu saja. "Terserah kau saja. Jangan sampai membuat kekacauan!" Billy kemudian berjalan mendahului Ares, "Sialan!"
Kedua pria itu mulai memasuki pelabuhan. "Dimana tempatnya?" Hanya gelengan yang didapat Ares, "Aku juga tidak begitu tahu, aku hanya tahu dibagian container."
"Pct! Kau gila?! Tempat ini luas dengan ratusan container dan kau mau kita mencarinya satu per satu?!!" Ucap Ares dengan dongkol.
"Jangan memancing keributan. Ayo cari tahu lewat bunyi yang bisa saja mereka timbulkan, cepat!"
"Ini gila! Aku tidak tahu siapa orang ini, tapi aku mau saja mengikutinya karena gara-gara Vito sialan itu, aku harus berurusan dengan polisi. Kalau sampai itu bukan Vito, aku akan menggilingnya sampai mampus!" Meski mengumpat tapi kakinya tetap mengikuti dan matanya mulai memindai. Dia harus menangkap Vito agar bisa membersihkan namanya.
"Tunggu! Darimana dia tahu aku ada urusan dengan Vito?"
«««««
Hampir setengah jam lamanya, Ares akhirnya sampai dibagian belakang dari container yang ditumpuk tinggi. Jika berjalan lebih ke belakang lagi, maka akan sampai ke pembatas alias jalan buntu.
Saat akan berbalik, matanya tak sengaja menangkap cahaya kecil yang bergerak-gerak. Instingnya mulai menajam. Dia tidak tahu apa sebenarnya yang dicari, tapi dia yakin yang dicari Billy pasti ini.
'Vito? Box senjata api?'
Seseorang muncul dari belakangnya. Ares tahu itu adalah Billy makanya dia terlihat tenang. "Ternyata kau yang menemukannya. Kau tahu apa yang mereka keluarkan?" Billy kemudian mengeluarkan sebuah kamera kecil guna merekam.
"Hmm. Setelah ini apa?" Ares juga penasaran, berarti yang dikatakan Nando benar tentang Vito adalah mantan tentara bayaran.
"Siapa disana?!!" Sorot senter langsung diarahkan pada keduanya yang menghalau pandangan karena silau. Ares dan Billy langsung berlari saat ada 6 orang mulai mengejar mereka berdua.
Ketika akan berbelok, langkah mereka terhenti saat melihat ada banyak orang yang sudah menghadang di depan sana. "Kau bisa berkelahi?" Tanya Billy sembari mengeluarkan pisau lipat dari saku celananya.
"Pikirkan saja dirimu sendiri." Balas Ares yang mengeluarkan pistol yang sudah terpasang peredam dari belakang kemudian berlari dan menembak 2 orang didepannya tanpa mengeluarkan suara lalu memutar kaki kanannya, menghantam 2 orang pria yang akhirnya jatuh tergeletak.
Pistol ini awalnya ia gunakan untuk berjaga-jaga saat akan bertemu Billy, ternyata tepat walau dengan sasaran yang berbeda.
Billy menghindar dari pukulan, namun langsung memegang tangan tersebut, menikam lengan dan leher orang itu dengan gerakkan cepat lalu menggunakan tubuh yang sudah lemas itu sebagai tameng.
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT GUY
AksiKesalahan informasi yang diterima Ares membuat ia melakukan kesalahan besar yang tidak akan pernah ia sesali seumur hidupnya. Alvares Montana, pria dengan perangai tenang yang tidak suka mengusik orang lain. Namun jika ada yang mengusik hidupnya mak...