THAT GUY BAB 4

702 87 3
                                    

"Johan William, penggal kepalanya sekarang!"

"Tidak! Tidak! Jangan tuan saya mohon! Jangan!" Anna yang sempat melotot karena terkejut, langsung melemparkan tubuhnya ke kaki Ares. Berlutut sambil melipat kedua tangannya, mengiba belas kasihan Ares dengan air mata yang berderai. Ares yang berdiri menjulang kini menundukkan kepalanya untuk menatap dengan pandangan mencemooh.

"Tuan! Anda mendengar saya ?"

"Ada apa? Cepat katakan!" Pandangan matanya menghunus tajam kearah Anna yang kini semakin gelisah.

"Tuan Evan ada disini dan sekarang berada didalam ruangan dokter Johan. Saya tidak tahu apa tujuan kedatangan tuan Evan, pintu ruangannya tertutup rapat tuan." Jadi benar yang dikatakan kakeknya ? Mereka bersekongkol ? 'Lihat pukulan macam apa yang akan aku beri!'

"Biarkan saja. Kau pulanglah." Pria itu lantas menarik Anna untuk berdiri.

"Kira-kira apa yang pantas aku berikan kepadamu Nona Anna ?" Tangannya terulur hendak menyentuh pipi Anna namun langsung ditepis dengan keras.

"Katakan dengan jelas, apa yang ingin kau dapatkan dariku ? Kau sendiri juga tahu bahwa yang terjadi di masa lalu itu bukan salahku."

'Tubuhku. Itu yang bajingan ini inginkan!' Batin Anna.

Terkekeh pelan, "Benar! Bukan salahmu. Aku membawamu kesini karena aku ingin memberikan penawaran. Kau yang membayar atau ayahmu, itu penawaranku. Bagaimana ?" Anna terdiam sesaat.

"Harus dibayar pakai apa ?"

"Tubuhmu atau kepala ayahmu." Jawaban sederhana Ares sukses membuat bahu sang gadis semakin berat.

"Kau tertarik padaku ?" Ares tertawa garing ketika melihat wajah cantik didepannya.

"Anda memang tampan dan mapan sebagai laki-laki, tapi aku tid- AAAA!!!!"

Sweater yang dipakai Anna ditarik sampai robek. Tubuh gadis itu gemetar ketakutan dan beringsut mundur hingga bersandar pada tembok ketika Ares mulai mendekat.

Dicengkramnya rahang Anna dengan begitu kuat. Mata pria itu seperti menggelap dan sedikit berair, bukti seberapa marahnya seorang Ares.

"Aku juga tidak tertarik padamu, sialan! Kalian bersekongkol hmm ? Menyingkirkan ibuku dan hidup dengan begitu nyaman. Aku akan membalas kalian semua! KALIAN AKAN MATI DI TANGANKU!!!" Ares berteriak di depan wajah Anna yang sudah penuh air mata, memerah menahan sakit. Melepas cengkraman lalu merobek kaos turtleneck hitam yang dipakai Anna untuk menutupi lehernya yang membiru kehitaman akibat cekikan Ares kemarin.

"Tuan, saya mohon! Ampuni saya tuan!" Anna menggosok kedua tangannya di depan wajahnya untuk memohon.

"Kau ini guru tapi bebal sekali. Sudah aku katakan, kalau kau menolak maka kepala ayahmu yang akan aku penggal." Tubunya perlahan bergerak ingin mengambil ponsel yang ada di atas sofa.

"Jangan! Jangan tuan. Aku akan melakukannya! Aku mau tuan, aku mau!" Anna tahu panggilan itu bukan omong kosong belaka. Senyum penuh kemenangan tercetak jelas di wajah Ares. Pria itu menyeret Anna memasuki sebuah kamar yang didominasi warna gelap pada setiap interiornya kemudian mendorong tubuh kecil itu menuju kasur berukuran besar.

"Buka pakaianmu!" Dengan tangan yang gemetar Anna mulai membuka bra dan roknya dengan suara tangis yang pilu.

Menarik tengkuk Anna kemudian melumat habis bibir gadis itu dengan penuh senyum. 'Manis! Cerry ? Aku suka'

Melepas kemudian mengecup, lepas kecup, lepas lalu dikecup lagi hingga suara kecupan memenuhi kamar. Selama melakukan itu, Ares terus menatap bibir sang gadis. Manis!

THAT GUYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang