Pukul 6 sore Ares membuka pintu Penthouse. Saat akan memasuki kamar, ponselnya bergetar menunjukkan jika ayahnya yang menelopon. Meski kekesalannya belum reda, Ares tetap menjawab panggilan itu.
"Ada masalah dengan Miracle Insurance, jika kau tidak bisa kesana sekarang tolong kirim file hasil auditnya ke email Papa sekarang. Bisa tidak ?"
Menarik napas pelan, "Baiklah, akan aku kirim sekarang." Membalik badan kemudian berjalan menuju ruang kerjanya. Dia tidak mendapat kabar apapun hari ini tentang masalah yang terjadi pada salah satu anak perusahaan Montana Group itu. Meski kebingungan melanda tapi karena lelah dan kesal membuat Ares mengirimkan file yang diminta ayahnya tanpa banyak bertanya.
Setelah selesai, dia kembali menuju kamarnya. Karena dongkol dengan ayahnya, dia sempat melupakan Anna. Saat membuka pintu kamar, wanita itu tak terlihat. Pria itu santai karena mengira Anna mungkin di kamar mandi sehingga bergegas cepat membuka pintu disudut kamar namun kosong.
Ares lalu keluar kamar untuk mencari perempuan berambut hitam panjang itu namun tak ia dapati disudut manapun. Mengambil ponsel dan mencoba menghubungi Anna. Suara dari dalam kamar membuat Ares kembali ke dalam dan mendapati benda pintar itu tergeletak diatas nakas samping tempat tidur. 'Kabur ? Bagaimana bisa ?' Pintu ruang kerjanya kembali dibuka. Menghidupkan komputer dan mengakses CCTV.
Tertegun sejenak saat melihat tubuh wanita yang ia cari dibopong keluar penthousenya. Tangannya dengan cepat mengambil ponsel untuk menghubungi asisten pribadinya.
"Ke penthouseku sekarang." Suara husky itu menggema ketika panggilan tersambung.
Sedangkan Steve yang baru saja menerima panggilan dari bosnya terlihat gelisah. Keringat dingin membasahi keningnya. "Bagaimana ini ?"
Begitu memasuki penthouse, Ares telah menunggunya. Mendekat dan menengadahkan tangan kanannya. "Berikan kartu aksesmu." Steve langsung merogoh saku jasnya kemudian mengeluarkan sebuah kartu yang selama ini ia pakai untuk bisa keluar masuk tempat ini.
"Anna diculik. Dari CCTV aku melihat seorang pria masuk tanpa kesulitan sama sekali. Kau tak tahu apapun ?" Steve terlihat terkejut. Benar-benar terkejut. Dia tidak tahu jika rencana yang dimaksud tuan Evan adalah menculik nona Anna. Tadi malam beliau meminta kartu aksesnya dan berpesan agar diam dan tetap tenang. Tidak memberitahu tentang rencana apa yang pria paruh baya itu susun.
"Tidak tuan, saya tidak tahu! Tapi bagaimana bisa ? Kartu aksesnya hanya 2 dan itu tidak bisa diduplikat." Ares percaya setelah melihat raut wajah Steve, dia mengenal pria bermata minus itu sudah 10 tahun dan dia tahu ketika Steve sedang jujur atau berbohong. Dan selama 1 dekade ini Steve belum pernah berbohong padanya.
"Panggil semua petinggi hotel kesini!"
«««««
Kevin menghentikan mobilnya didekat sebuah bekas pabrik yang terbengkalai. Beberapa menit kemudian pintu mobil sebelah kanan diketuk. Seorang pria berperawakan tinggi berambut pirang masuk dan duduk di kursi penumpang.
"Kau sudah memeriksanya ?" Pria pirang itu mengangguk dan memberikan sebuah kunci pada Kevin.
"Pesanan kalian ada di pelabuhan. Kodenya ada pada kunci itu. Kami akan berangkat malam ini, jadi kalian urus barang kalian sendiri."
Setelah menyampaikan pesan, lelaki pirang itu kemudian keluar dan pergi menggunakan mobil yang diparkir tak jauh dari mobil Kevin.
"Sudah tuan. Kuncinya ada padaku sekarang, tapi sebaiknya kita urus terlebih dahulu yang ada di pabrik. Vito bilang dia sudah merekrut beberapa orang untuk menjualnya tuan." Ujar Kevin pada bosnya yang berada di ujung panggilan telepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT GUY
ActieKesalahan informasi yang diterima Ares membuat ia melakukan kesalahan besar yang tidak akan pernah ia sesali seumur hidupnya. Alvares Montana, pria dengan perangai tenang yang tidak suka mengusik orang lain. Namun jika ada yang mengusik hidupnya mak...