Kepolisian Distrik Ottawa
Didalam ruang interogasi Ares terlihat duduk dengan kaki dipangku sambil mata yang terpejam. Didampingi penasihat hukumnya disebelah kiri dan kanan.
'Ceklek'
Pintu ruangan dibuka dan masuklah 2 orang perwira polisi membawa sebuah laptop. Sempat memperkenalkan diri sebelum akhirnya duduk dan berhadapan dengan Ares yang masih memejamkan matanya. Satu dari Satresnarkoba dan satunya lagi dari Satreskrim.
"Baiklah, kita bisa langsung memulai. Apakah Pak Ares mengenal Sarvito Sien?"
"Tidak. Aku tidak mengenalnya," Ares menjawab dengan suara tegas namun masih dengan mata tertutup. Seorang petugas membuka amplop cokelat dan menaruh 4 lembar foto di atas meja yang menunjukkan Ares tengah bertemu dengan seorang pria didalam sebuah kafe sampai mereka berpisah di tempat parkir.
"Lalu bisakah anda menjelaskan mengapa anda bisa bertemu dengannya saat itu ?" Pengacara disebelah kanan Ares mengambil dan menunjukkannya kepada Ares. 'Vito ?'
"Dia mengaku namanya Vito. Aku bertemu dengannya karena ada informasi yang ingin dia berikan padaku. Dia yang menghubungiku lebih dahulu." Suaranya mungkin terlihat tenang, namun benaknya mulai bertanya-tanya.
"Pria ini adalah Sarvito. Statusnya buronan dengan kasus narkoba dan pembunuhan. Bisa anda beritahu informasi apa yang diberikan kepada anda ?"
"Aku tidak tahu dia buronan atau bukan. Itu bukan urusanku. Dan untuk informasinya, itu tidak ada hubungannya dengan narkoba." Ucapan itu membuat si petugas terkekeh remeh sementara penasihat hukumnya mencoba membujuk agar Ares bisa bekerja sama.
"Pak Ares harus bisa bekerja sama. Tolong jelaskan informasi apa itu, agar semuanya bisa selesai." Ares berpikir sejenak lalu mengeluarkan ponselnya mengutak-atik sebentar kemudian meletakannya di atas meja. Petugas dari Satresnarkoba mengambil kemudian membaca beberapa pesan yang dikirim Sarvito alias Vito.
"Dari pesan ini memang tidak yang hubungannya dengan narkoba, hanya 'bukti kematian Julia Davis' tapi anda akan terus kami pantau. Jika dia kembali menghubungi anda, harap kerja samanya agar segera menghubungi kami. Kami mohon agar hal ini jangan sampai bocor, jika tidak dia mungkin akan kabur lagi." Beberapa pertanyaan masih terus dilontarkan hingga pintu ruang interogasi dibuka dan 2 petugas itu diberitahu jika Ketua tim gabungan yang menangani kasus ini memanggil kedua polisi tersebut.
Ares semakin kesal. Dia benar-benar bosan berada dalam ruangan tertutup ini. Sekitar 15 menit kemudian pintu kembali dibuka namun yang masuk orang yang berbeda lagi.
"Selamat siang menjelang sore. Perkenalkan, saya Ricco Jaqueen dari Badan Intelijen Negara."
«««««
Tuan Evan baru saja mendapat telepon dari Johan untuk diberitahu tentang kematian ayah dokter Mike. Selain ada kejanggalan, tuan Evan harus tahu karena selama ini ayahnya ditangani oleh dokter Mike. Johan juga sudah bertemu dan memastikan keadaan perawat Jesica baik-baik saja. Memang tadi malam ada nomor baru yang mencoba menghubunginya sebanyak 8 kali, namun perawat itu tak menjawab sesuai pesan Billy Hernandez yang menemuinya kemarin.
"Kakak ipar!" Panggilan itu terdengar dari lorong disamping ruang tunggu kantor polisi.
"Alex, apa kabar ?" Tuan Evan berdiri dan memeluk adik iparnya yang memang jarang berada di Kanada karena sering ditugaskan diluar.
"Aku baik. Ada apa dengan Ares memangnya ?" Alex bertanya seolah tidak tahu apa-apa. Padahal pria itu yang mengirim Ricco untuk bertemu dengan Ares disini. Alex tidak menyangka bahwa kepolisian juga ikut mengusut kasus ini. Pihak BIN akan mulai mengambil alih kasus ini dari sini dan memastikan kejadian ini tidak boleh sampai bocor keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT GUY
AksiKesalahan informasi yang diterima Ares membuat ia melakukan kesalahan besar yang tidak akan pernah ia sesali seumur hidupnya. Alvares Montana, pria dengan perangai tenang yang tidak suka mengusik orang lain. Namun jika ada yang mengusik hidupnya mak...