THAT GUY BAB 14

595 78 10
                                    

Sudah setengah jam Noah menangis. Sesekali terhenti karena batuk, lalu kembali menangis. Ibu Gina juga ikut menenangkan, tapi bayi gemuk itu tak mau diam.

Noah menangis setelah mendengar kabar tentang Maya. Semua orang terlihat bingung. Bagaimana seorang bayi berusia lima bulan, mengerti kalimat berat seperti itu?

Emma tadi sudah mengajak Anna untuk pulang ke Ottawa, namun ditolak. Ibu beranak satu itu tak mau lagi berurusan dengan keluarga Montana. Tapi putranya justru ingin sebaliknya. Jujur, ia juga ingin menjenguk Maya, tapi takut akan bertemu dengan Ares.

"Begini saja. Nanti sampai disana, Noah kakak titip saja pada kak Sandra. Kakak ke rumah sakit berdua saja dengan ku, bagaimana?" Emma kembali merayu. Ini adalah satu-satunya cara agar mereka tak kehilangan Anna lagi terlebih sudah ada Noah sekarang.

Anna bimbang. Pikirannya tertuju pada Ares, namun matanya juga melihat Noah yang tak mau berhenti menangis.

Tidak! Dia tidak bisa!

"Aku tidak bisa! Nona Emma bisa pergi sekarang." Anna membawa Noah kembali ke dalam ruangannya di kafe.

Emma termenung sebentar, tapi langsung menggelengkan kepalanya. Dia harus segera pergi ke bandara sekarang.

"Kalau begitu, saya pergi dulu. Jika nanti kak Anna berubah pikiran dan masih sempat, tolong hubungi saya di nomor ini." Emma mengeluarkan kartu nama yayasan yang terdapat nomornya. Setelah itu ia membayar pesanannya meski belum dilayani. Sebelum akhirnya berjalan keluar, mencari taksi menuju bandara.

Sebenarnya Emma ke Toronto karena mendapat undangan seminar. Semua kegiatan sudah selesai sejak kemarin, tapi gadis itu yang masih ingin berlama-lama di kota ini.

Tangisan Noah belum juga reda. Anna yang melihat wajah putranya semakin memerah akhirnya ikut menangis.

"Kenapa sayang? Kita tidak boleh kesana," Anna mengusap pipi bulat yang penuh air mata putranya, namun kembali basah lagi.

"Sudah yah sayang. Tolong mengerti Mama!" Yuna yang baru masuk bersama ibunya juga ikut menangis. Ini adalah tangisan paling lama dari Noah.

"Badannya mulai hangat. Sepertinya karena terlalu lama menangis. Nak, ikut saja. Demi Noah." Ibu Gina mengambil Noah dan merasakan hangat dari tubuh kecil itu. Air mata Anna semakin deras.

"Nak!" Ibu Gina memekik pelan ketika Noah kembali terbatuk. Namun kali ini cukup keras.

"Baiklah, kita ke Ottawa sekarang!" Putusnya. Anna mengambil Noah dari ibu Gina, memeluknya. Tangisan putranya mulai mereda. Benar. Sepertinya Noah ingin melihat neneknya.

"Sudah sayang. Kita akan melihat nenek. Jangan menangis lagi yah," Anna mengecup kening putranya.

"Ma?" Noah menatap ibunya dengan mata dan hidung yang memerah, "Iya, kita pergi sekarang."

"Nona yang tadi sudah pulang," ucap ibu Gina.

"Tadi dia sempat memberikan nomornya. Dia berpesan, jika kakak berubah pikiran tinggal menghubunginya di nomor ini." Yuna memberi sebuah kartu nama yang dikenali Anna.

"Ayo telpon dia, cepat!" Ibu Gina menyuruh Yuna yang langsung berjalan keluar untuk mengambil ponselnya.

"Dia bilang akan memesankan tiket lagi," Yuna datang memberi kabar.

"Aaa!" Noah berteriak saat Yuna mencubit perut buncitnya. "Ciee yang mau ketemu neneknya, senang sekali."

"Uuuu" Noah memeluk perutnya. Menghalau tangan Yuna yang mengganggunya sejak tangisnya reda.

Anna hanya menatap wajah putranya dalam diam.

«««««

Ares berjalan mondar-mandir bak setrika di depan sebuah ruangan. Diatas pintu tertulis, 'Operating Theater' atau kamar operasi dengan lampu yang menyala, tanda jika operasi sedang berlangsung. Darah masih menempel dikedua tangannya.

THAT GUYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang